Mohon tunggu...
Silvie Mariana
Silvie Mariana Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Penulis buku 30 Suplemen Menulis untuk Guru Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merancang P5, Mulai Dari Mana?

28 September 2024   20:03 Diperbarui: 28 September 2024   20:11 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menghadapi pembangunana global yang berkelanjutan dan tangguh dalam berbagai tantangan, pelajar Indonesia diharapkan memiliki kompetensi untuk menjadi warga negara yang demokratis serta manusia unggul di abad ke-21. 

Profil pelajar pancasila tidak hanya berfokus pada kemampuan kognitif saja, melainkaan juga pada sikap dan perilaku yang  sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, sekaligus sebagai warga dunia.

Penguatan projek profil pelajar Pancasila, sebagai projek lintas disiplin ilmu yang kontekstual, berbasis pada permasalahan di lingkungan satuan pendidikan. 

Projek Profil atau dikenal dengan P5 diharapkan dapat menjadi sarana yang optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Namun, seringkali dalam merancang P5, sekolah berpusat ada produk yang dihasilkan atau tema yang diangkat. Tentu hal ini harus segera dibenahi.  Karena yang harus sekolah fokuskan ternyata bukan pada produk dan tema.  Lalu apakah itu?

Jawabannya: tujuan P5.  Dalam merancang P5, sekolah hendaknya fokus pada tujuan P5 yang akan dicapai. Hal ini untuk memperkuat Profil Pelajar Pancasila yang tertuang dalam dimensi Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Bergotong Royong, Mandiri,  Bernalar Kritis, dan Kreatif.

Menurut akun Istagram @janganjadiguru, cara menyatakan tujuan P5 dapat dimulai dari

  • menganalisis visi dan misi sekolah yang mau ditumbuhkan oleh sekolah,
  • menganalisis rapor pendidikan, serta
  • berdiskusi bersama guru.

Setelah memilih 2 sampai 3 dimensi, kita dapat menurunkannya menajdi elemen dan sub elemen.  Panduan dalam tahap ini dapat dilihat pada buku panduan Profil Pelajar Pncasila pada Kurikulum Merdeka dari Kemdikbud.

Berdasarkan hasil analisis visi dan misi sekolah, rapor pendidikan, serta diskusi bersama guru, sekolah kami mengambil tema Kearifan Lokal. 

Dalam tema ini peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangannya.

Untuk fase yang saya ajar, yaitu fase C kami mengangkat Tari Bendrong ing Cilegon.   Dimensi yang kami pilih, yaitu Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, Berkebhinekaan Global dan Kreatif.

Selanjutnya kami merancang tujuan, sebagai berikut.

  • Menghargai Nilai-Nilai Spiritual:
  • Menghargai Perbedaan Budaya
  • Membangun Empati
  • Menghasilkan Karya Orisinil

Tari Bandrong ing Cilegon merupakan tarian selamat datang khas Kota Cilegon.  Tari ini  diresmikan pada 2012.  Tari ini didasarkan pada pencak silat Bandrong.  Pemerintah Kota Cilegon kemudia mengembangkannya dalam segi  gerak, iringan, tata rias, dan kostum.

Pencak silat Bandrong sendiri lahir sekitar tahun 1500 Masehi, sebelum berdirinya Kesultanan Banten.   Ki Agus Jo, yang dikenal dengan nama Ki Beji, adalah tokoh yang pertama menyebarkan aliran pencak silat Bandrong. Nama Bandrong berasal dari nama ikan terbang yang gesit dan dapat melompat tinggi dan jauh. 

Dikutip dari berbagai sumber, Tari Bandrong ing Cilegon memiliki makna sebagai (1)  tari selamat datang/penyambutan tamu, (2) Upaya melestarikan kebudayaan leluhur Kota Cilegon, (3) Wujud ekspresi nilai-nilai budaya Kota Cilegon, (4) Bentuk representasi jati diri masyarakat Banten yang dikenal sebagai jawara atau petarung tangguh, dan (5) bentuk representasi nilai patriotik, yaitu semangat cinta tanah air dan pengorbanan untuk kemuliaan dan kemakmuran tanah air.

Mengenai kearifan lokal, saya mendapat pencerahan dari seorang penulis anak nasional, yang menyatakan bahwa kearifan lokal bukan sekadar produk khas daerah setempat.  Melainkan lebih kepada filosofi yang termuat dalam budaya itu sendiri.

Ini tentu menjadi peer tersendiri bagi kami untuk mengangkat P5 ini lebih kepada bagaimana peserta didik dapat memahami makna Tari Bandrong ing Cilegon.  Tentunya dengan berfokus pada tujuan-tujuan yang telah kami susun.

Setelah menentukan tujuan, saatnya kami membuat judul.  Kami memilih judul "Tari Bandrong ing Cilegon: Karya Hebat Anak Berbudaya." 

Semoga  dengan kegiatan P5 peserta didik kami lebih bisa menghargai nilai-nilai spiritual, menghargai perbedaan budaya, membangun empati, dan menghasilkan karya orisinil.  Sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, serta siap menjadi warga dunia.

Demikian pengalaman saya dan teman-teman dalam melaksanakan tahapan P5.  Semoga bermanfaat bagi Bapak Ibu Guru sekalian.  Terus semangat menciptakan generasi hebat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun