Membaca topik pilihan Kompasiana tentang panti jompo, saya ada sedikit pengakuan.
Meskipun tinggal sekitar 1,5 kilometer dari panti jompo, saya belum pernah berkunjung ke sana. Saya juga tidak memiliki kerabat atau teman yang menitipkan orangtuanya di panti jompo.
Maka, saya salut dengan salah satu teman saya. Kebetulan ayah dan ibunya meninggal tahun ini. Hanya selang 4 bulan.
Saya sering mendengar ceritanya dalam merawat orang tuanya yang waktu itu mencapai usia 85 tahun. Usia yang jarang dimiliki orang-orang sekarang, menurut saya.
Ia bahu-membahu bersama kakak-kakaknya merawat orangtuanya sampai akhir hayatnya. Â Prestasi yang membanggakan sekaligus contoh berharga buat saya.
Tentu sulit baginya dalam merawat orang tuanya yang sakit-sakitan. Ia dan semua kakak telah berkeluarga dan mereka pekerja kantoran. Namun, Â mereka setia bergantian merawat dengan baik kedua orangtuanya sampai ajal menjemput. Â
Saya juga tidak menyalahkan mereka yang "terpaksa" menitipkan orang tuanya ke panti jompo. Tentu semua punya pertimbangan masing-masing. Dan kita tidak bisa menghakiminya dengan pertimbangan kita sendiri, bukan? Asalkan semua bahagia, mengapa tidak?Â
Bicara soal bahagia, disini justru saya akan bercerita tentang pengalaman bertemu tiga wanita lansia bahagia di Stasiun Kereta Sudimara menuju Rangkasbitung.
"Eh,  elo dah pada di sini. Gue tuh di seberang dari tadi nungguin! Bukannya nelepon, kek!  WA kek, biar gue cepet ke mari!"
Salah seorang wanita 60 tahunan lebih berjalan tergesa sambil mengomel.  Ia melewati saya yang duduk di bangku  tempat penumpang menunggu KRL.
Rupanya dua temannya telah sedari tadi duduk di sebelah bangku saya.