Saya pun membatin. Ternyata trend shimmer-shimmer tidak seramai yang di konten-konten itu ya? Apakah di tempat lain juga sama?
Mengapa Pemakai Shimmer tidak Seramai Kontennya?
Keheranan saya terjawab ketika kemarin melihat konten selebgram Agung Karmalogy. Di situ ia mengunggah dirinya yang memakai pakaian shimmer kuning dengan caption "Ketika Ternyata yang Pake Shimmer gak Sebanyak yang Kita Duga."
Bukan Agung Karmalogy namanya kalau kontennya tidak mengandung tawa. Menuai lebih dari 80 ribu likes, konten ini mendapat 2.913 komentar.
Banyak di antara komentar menyebut orang tidak jadi menggunakan baju shimmer karena telanjur viral, takut kena bully, atau khawatir banyak kembarannya. Namun, banyak juga yang tetap percaya diri menggunakan baju shimmer-nya.
Yang unik, malah ada yang mengaku mengenakan shimmer sendirian di kampungnya. Ia bahkan menduga di kampungnya shimmer tidak ngetrend.
Wah, sayang ya juga ya kalau gagal pakai baju yang sudah dipersiapkan gara-gara konten. Jadi, sebaiknya bagaimana?
Mari Kembali ke Esensi Lebaran
Shimmer atau trend yang lain, percaya diri menjadi kunci. Namun, jangan sampai jadi korban mode lalu di-bully.
Shimmer atau trend yang lain, mari kita kembali ingat bahwa lebaran merupakan ajang bermaafan dan menyambung silaturahmi. Bukan menjadi ajang pamer outfit terkini.
Jangan lupa, selain minta maaf pada orang lain, ingat juga untuk minta maaf pada diri sendiri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!