/"Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah HATI." Eko Daryono -- Sang Pena Lereng Lawu/
Guru Penulis, Anda tentu memiliki minimal sebuah karya ilmiah. Â Lalu, pernahkah Anda berpikir untuk mengonversinya menjadi sebuah buku?
Mengubah sebuah karya ilmiah menjadi buku merupakan langkah yang menarik dan bermanfaat untuk lebih menggali serta memperluas dampak penelitian yang telah dilakukan. Namun, proses ini tidaklah mudah karena tidak ada standarisasi konversi KTI menjadi buku.
Pada KBMN PGRI Pertemuan ke-25, 21 Agustus lalu, Bapak Eko Daryono, S,Pd. Hadir memberikan materi "Menulis Buku dari Karya Ilmiah." Â Mari kita pelajari bersama langkah-langkah serta aspek-aspek penting dalam mengonversi karya ilmiah menjadi buku melalui tulisan berikut.
Apa itu Karya Tulis Ilmiah (KTI)?
Sebelum membahas proses konversi, mari kita pahami apa itu Karya Tulis Ilmiah (KTI). Menurut Peraturan Kepala LIPI No 2/2014, KTI adalah tulisan yang berisi hasil litbang, tinjauan, ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang memenuhi kaidah ilmiah. KTI memiliki dua bentuk umum: KTI Nonbuku dan KTI Buku. Namun, tidak semua KTI langsung dapat dikonversi menjadi buku.
Perbedaan antara Laporan KTI dan Buku KTIÂ
Perbedaan utama antara laporan KTI dan buku hasil konversi terletak pada sifat publikasinya. Buku hasil konversi dapat diberi ISBN (International Standard Book Number), yang memberikan identifikasi unik dan memungkinkan buku tersebut terdaftar secara resmi. Di sisi lain, KTI yang langsung diubah menjadi buku atau diterbitkan dalam bentuk aslinya (mentah) mungkin tidak memiliki ISBN dan umumnya memiliki keterbatasan dalam hal distribusi.
Struktur Penulisan KTI dan Buku
Struktur penulisan KTI umumnya terdiri dari bab-bab dengan penomoran yang sesuai dengan jenis KTI dan institusinya. Ketika mengonversi KTI menjadi buku, penting untuk mengubah gaya penulisan agar buku tersebut lebih nyaman dibaca. Berikut  beberapa contoh unsur sistematika penulisan KTI dan konversinya dalam buku.
- Judul: Judul KTI umumnya mencerminkan variabel penelitian, objek penelitian, serta seting penelitian. Namun, saat mengonversi menjadi buku, judul harus menarik, unik, dan mencerminkan isi buku.
- Sistematika: KTI Nonbuku memiliki sistematika dan penomoran yang baku. Namun, saat dikonversi menjadi buku, penomoran dan pengelompokan bab bisa diubah untuk mengikuti gaya penulisan buku yang lebih alur cerita.
- Gaya Penulisan: Gaya penulisan KTI yang mungkin terstruktur dengan sub bab-sub bab perlu dimodifikasi agar buku memiliki alur yang lebih berkesinambungan.
Langkah-langkah Mengonversi KTI Menjadi Buku
Setelah mengetahui struktur, mari kita pelajari langkah mengonversi KTI menjadi buku.
- Memodifikasi Judul: Ubah judul KTI menjadi lebih menarik, unik, dan mencerminkan esensi isi buku.
- Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan: Sesuaikan sistematika dan penomoran bab dengan gaya penulisan buku yang lebih berkelanjutan. Hindari tampilan terlalu terpecah-pecah seperti pada KTI.
- Penyusunan Alur Cerita: Susun kembali isi KTI menjadi alur cerita yang lebih alami dan terkoneksi.
- Pengembangan Isi: KTI sering memiliki bagian yang lebih teknis atau rinci. Dalam buku, perlu diperluas atau dijelaskan agar lebih dimengerti oleh pembaca yang beragam.
- Penambahan Materi: Buku dapat diperkaya dengan tambahan ilustrasi, tabel, grafik, dan contoh kasus untuk mendukung dan memperjelas materi.
- Edit dan Revisi: Lakukan edit dan revisi menyeluruh untuk memastikan kelancaran, konsistensi, dan kualitas tulisan.
Dalam mengonversi karya ilmiah menjadi buku, penting untuk menjaga integritas penelitian dan tujuan awal KTI. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, hasil konversi tersebut dapat menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan pengetahuan dan pemikiran ilmiah kepada khalayak yang lebih luas.
Pengubahan Struktur Bab dalam Konversi Karya Ilmiah Menjadi Buku
Ketika mengonversi karya ilmiah menjadi buku, penting untuk memodifikasi struktur bab agar sesuai dengan format buku yang lebih menarik dan berkesinambungan.  Perhatikan  panduan untuk melakukan modifikasi pada setiap bab KTI berikut.
1.)Â Modifikasi Bab I: Pendahuluan Pada Bab I, yang umumnya berjudul "PENDAHULUAN", Anda dapat mempertahankan judul tersebut atau menggantinya dengan "PEMBUKA" yang lebih menarik. Namun, lebih baik jika Anda mengambil intisari dari Bab I, seperti mengaitkannya dengan fenomena yang terkait dengan inti buku. Sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, dan manfaat tidak perlu dijabarkan dalam bentuk angka-angka, tetapi fokus pada eksplorasi latar belakang.
2.) Modifikasi Bab II: Aspek Pembahasan Bab II, biasanya berisi "Aspek Pembahasan", dapat dipecah menjadi beberapa bab yang lebih khusus mengulas setiap aspek pembahasan. Setiap bab baru ini akan mengandung satu aspek yang menjadi fokus pembahasan.
3.) Modifikasi Bab III:Â Metode Penelitian Bab III, yang mencakup metode penelitian, dapat diringkas menjadi satu atau dua paragraf dan dimasukkan pada awal Bab IV. Bab ini tidak perlu lagi memiliki judul sendiri dalam buku hasil konversi.
4.) Modifikasi Bab IV:Â Inti Isi Buku Bab IV merupakan bagian inti isi buku dan seharusnya memiliki judul yang mencerminkan konteks buku. Anda dapat menggunakan judul buku sebagai judul Bab IV. Bab ini akan menjadi pusat perhatian dengan fokus pada isi buku yang sesuai dengan judul. Jika diperlukan, Anda dapat menyesuaikan judul sesuai preferensi penulis.
5.) Modifikasi Bab V:Â Penutup Pada Bab V, yang biasanya berjudul "PENUTUP", judul ini dapat dipertahankan. Isi bab ini akan mengulas fenomena yang diangkat tanpa perlu menggunakan prasarana berlebih. Penutup dapat mengandung kesimpulan dan implikasi dari temuan yang telah dibahas.
6.) Modifikasi Lampiran:Â Data dan Instrument Lampiran yang disertakan dalam buku hasil konversi sebaiknya hanya berisi instrumen penelitian atau hasil olah data. Data yang berhubungan dengan privasi, seperti daftar nilai siswa lengkap dengan nama, sebaiknya tidak disertakan. Jika perlu, data dapat diubah menjadi kode atau tabulasi agar menjaga privasi.
Dengan mengikuti panduan di atas, Anda dapat memodifikasi struktur bab dari karya ilmiah menjadi format buku yang lebih menarik dan sesuai. Pastikan bahwa setiap bab memiliki alur yang baik dan kesinambungan yang jelas untuk menghasilkan buku yang komprehensif dan mudah dipahami oleh pembaca.
Aspek Penting dalam Mengonversi KTI menjadi Buku
Konversi sebuah laporan Karya Tulis Ilmiah (KTI) menjadi buku bukanlah hal yang sederhana. Meskipun memungkinkan, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebelum mengambil langkah tersebut.
1.) Penerbitan Langsung KTI Menjadi Buku
Meskipun memungkinkan untuk langsung menerbitkan KTI menjadi buku tanpa konversi, perlu diingat bahwa buku semacam ini mungkin sulit memperoleh International Standard Book Number (ISBN). Penerbitan dengan ISBN menjadi semakin selektif, dan buku yang langsung diterbitkan dari KTI mungkin memiliki nilai jual yang berbeda dibandingkan buku hasil konversi.
2.) Persepsi Pembaca dan Nilai Jual
Pembaca akan menilai kelayakan buku hasil konversi berdasarkan berbagai aspek. Nilai jual dari KTI yang langsung dibukukan tanpa konversi bisa berbeda dengan buku hasil konversi yang telah mengikuti langkah-langkah perubahan struktur dan penulisan.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Konversi KTI menjadi Buku
- Keaslian Laporan Penelitian: Pastikan keaslian dan orisinalitas laporan penelitian terjaga dalam konversi. Isi dan temuan penelitian harus tetap autentik.
- Hindari Kompilasi Berlebihan: Usahakan untuk menghindari kompilasi yang terlalu banyak, karena hal ini dapat mengaburkan fokus buku.
- Seleksi Data yang Dipublikasikan: Pilihlah data yang paling relevan dan signifikan untuk dimasukkan dalam buku. Data yang kurang relevan sebaiknya tidak dipublikasikan.
- Modifikasi Bahasa Buku: Sesuaikan bahasa dengan gaya penulisan buku yang lebih alami dan menarik bagi pembaca.
- Pengambilan Sumber dan Kutipan: Hindari mengambil sumber kutipan kedua atau pendapat yang tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
- Daftar Pustaka: Pastikan semua sumber yang digunakan sebagai rujukan dicantumkan dalam daftar pustaka untuk menjamin keabsahan buku.
- Kaidah Penyusunan Buku dengan ISBN: Jika Anda ingin menerbitkan buku dengan ISBN, perhatikan kaidah penyusunan yang diperlukan.
Tantangan dalam Mengonversi KTI Menjadi Buku
- Kehilangan Naskah Asli: Beberapa penulis khawatir kehilangan naskah asli saat mengonversi. Oleh karena itu, penting untuk membuat salinan cadangan.
- Proses Melahirkan Buku Baru: Konversi KTI menjadi buku seolah melahirkan buku baru. Hal ini menjadi semakin rumit jika Anda ingin menerbitkan buku dengan ISBN.
- Tantangan dalam Penamaan: Terkadang, perubahan penamaan atau judul dari KTI ke buku dapat menimbulkan kesalahan tafsiran, seperti yang terjadi pada contoh judul buku yang mengarah pada hal yang tidak relevan.
***
Mengonversi KTI menjadi buku adalah proses yang membutuhkan pemikiran mendalam dan pemahaman akan perbedaan antara format KTI dan buku. Penting untuk mempertahankan integritas penelitian, menjaga kualitas, dan menghasilkan buku yang memiliki nilai tambah bagi pembaca. Meskipun menantang, konversi ini dapat menjadi langkah berharga dalam memperluas dampak penelitian Anda.
Nah bagaimana, berani menerima tantangan  demi meraih manfaat yang lebih luas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H