4. Sense of Sight, Â adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki prinsip "show, don't tell". Dalam menulis, cobalah membuat pembaca seolah-olah bisa "melihat" apa yang tengah kita ceritakan. Kuncinya adalah DETAIL.Â
Contoh
Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga.
5. Sense of hearing, adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Belajarlah untuk menangkap suara-suara di sekitar kita. Â Caranya dengan mendengar lalu mneuliskannya. Â Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi atau lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Aku padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang cedera.
***
Guru penulis, hal tersulit dalam dari menulis adalah memulai dari kata pertama atau awal paragraf. Cara mengatasinya, buat menjadi sederhana dengan melibatkan kelima panca indra yang ada di tubuh kita.
Ala bisa karena biasa. Â Cobalah menyisihkan waktu khusus untuk menulis. Dengan berlatih rutin, akan membuat kita mampu menulis dengan lancar seperti air menuju muara.
Cara lain adalah dengan memperbanyak perbendaharaan bahasa tentu. Sebuah tulisan yang berdiksi acap kali terbaca indah, tetapi kerap menimbulkan missing understand. Untuk menyiasatinya, padu padankan diksi dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami. Â Kesulitan memahami diksi, karena pada dasarnya kita kurang belajar gaya bahasa. Jadi, pelajari gaya bahasa dulu, baru kita akan memahami diksi.Â
Jadi, anything is possible. Â Termasuk menghadirkan diksi dalam tulisan kita. Â Mari pelan-pelan kita nikmati karya Ibu Maydearly berikut sebagai langkah kita menghimpun makna lewat diksi.