"Proofreding!" jawabku sambil tergelak.
"oh iya, ya, itu! Â Proofreading itu berarti dilakukan setelah tulisan kita selesai, dong?" tanyanya.
Kuacungkan jempol padanya.
"Benar! Â Proofreading dilakukan setelah kita selesai menulis. Â Sekali lagi, hal ini perlu dilakukan untuk mencari kesalahan atau memeriksa tulisan tersebut apakah sudah benar dan layak untuk dipublikasikan."
"Supaya proses proofreading optimal, jangan mengoreksi tulisan pada saat menulis atau sebelum tulisan diselesaikan.  Untuk penulisan yang lebih serius seperti penerbitan buku, kita bisa melakukan proofreading dengan bantuan professional," tambahku.
Nina kembali manggut-manggut sambil mengunyah biskuit.
"Kalau ingin proofreading naskah sendiri, bisa, Kak? Â Kakak sering melakukannya, kan?" tembaknya.
Aku mengangguk.Â
"Betul. Untuk melakukan proofreading atau self editing, pertama kita bisa netralkan perasaan terhadap tulisan sendiri. Â Lalu diamkan naskah beberapa waktu, tergantung waktu deadlinenya. Â Baca seluruh naskah yang sudah ditulis sebelum mengedit agar tidak salah asumsi. Â Lanjutkan dengan memeriksa saltik (tipo), istilah, EYD, struktur, dan kelogisan. Â Kita juga bisa memeriksa dengan membaca sambil bersuara untuk merasakan tulisan kita apakah telah enak dan mengalir."
Nina tertawa. "Wah pantes Kakak suka ngomong sendiri kalau lagi ngetik. Â Kakak sedang proofreading, ya!" terkanya."
Aku tergelak sambil memainkan rambutnya yang mulai panjang.Â