Bourdieu percaya bahwa kesamaan selera, perilaku, kualifikasi, dll., menentukan tempat seseorang dalam masyarakat dan menciptakan rasa identitas bersama yang mirip dengan kelas sosial. Tetapi dia juga berpendapat bahwa modal budaya dan sosial adalah penyebab utama disparitas kelas. Hal ini karena kelas menengah memiliki akses yang lebih besar terhadap modal budaya dan sosial dan lebih dominan di masyarakat daripada kelas pekerja.
Bourdieu menerapkan ini pada pendidikan, dengan memperhatikan bagaimana sekolah dan akademi beroperasi sesuai dengan norma budaya kelas menengah dan untuk kepentingan kelas menengah. Ini berarti bahwa siswa kelas menengah lebih mungkin untuk berhasil secara akademis dan mempertahankan keunggulan sosial, sementara siswa kelas pekerja tidak lagi mampu menaiki tangga perusahaan.