Mohon tunggu...
Inovasi

Resensi Supernova Partikel: Kosmos dan Manusia

10 Oktober 2016   06:53 Diperbarui: 10 Oktober 2016   08:04 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kisah di mulai di pinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung yang bernama Batu Luhur. Seorang anak bernama Zarah, dan adiknya, Hara, dibesarkan secara tidak konvensional oleh ayahnya. Ayahnya, seorang dosen dan ahli mikologi, Firas, tidak pernah setuju untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah yang formal. Ia, yang didewakan oleh Zarah, selalu menyempatkan waktu untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran ilmiah yang bahkan anak seusia Zarah pun belum mendapatkannya. Cara Firas mendidik anak-anaknya mengundang pertentangan dari keluarganya sendiri.

Di balik itu semua, masih tersimpan berlapis misteri. Antara lain hubungan khusus Firas dan Bukit Jambul, sebuah tempat angker yang ditakuti warga kampung. Tragedi demi tragedi yang menimpa keluarganya membawa Zarah ke sebuah pelarian sekaligus pencarian panjang. Di konservasi orangutan Tanjung Puting, Zarah menemukan kedekatannya kembali dengan alam. Namun, kemampuannya di bidang fotografi menuntunnya ke tempat yang bahkan lebih jauh. Di London, ia menemukan segalanya. Cinta, pengkhianatan, dan jawaban, termasuk petunjuk penting yang membawa titik terang bagi pencariannya.

Di novel kali ini, Dee Lestari secara apik menyusun segala rentetan cerita yang panjang dan rumit. Ia berhasil menyuapi pembacanya dengan pengetahuan-pengetahuan baru tanpa mereka sadari secara langsung. Dee mampu menyihir pembacanya untuk seolah-olah merasakan apa yang tokoh rasakan, baik itu konflik individu maupun sosial. Walaupun bermunculan istilah-istilah ilmiah yang mungkin tidak dipahami pembaca, namun Dee menyuguhkannya dengan santai dan menghibur, tanpa sedikitpun mengurangi esensi novel.

Partikel merupakan bacaan yang tepat untuk para remaja yang haus akan informasi scientific.Di samping itu, Dee menghadirkan masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan dan sekaligus memberikan solusinya. Jika kita benar-benar memahami dan menikmati bacaan ini, kita akan menyadari bahwa Dee selalu menyiratkan amanat-amanat penting di setiap kalimatnya. Menurut saya, salah satu yang paling bermakna adalah kutipan mengenai evolusi manusia yang bergerak ke arah berlawanan dari yang semestinya.

Manusia sudah ber-evolusi terlalu jauh meninggalkan alam, membentengi dirinya sejak bayi dalam tembok-tembok semen dan lantai buatan. Kulit manusia terbiasa dibungkus rapat sehingga alergi debu atau rentan pusing kalau kehujanan. Semua terlalu licin dan steril. Tidak heran kalau kulit kami lubang-lubang di sini. Manusia sudah ber-evolusi menjadi patung lilin.(Partikel, hlm. 6)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun