Mohon tunggu...
Humaniora

Kadipaten Aryablitar, Cikal Bakal Kabupaten Blitar

14 Februari 2016   10:51 Diperbarui: 14 Februari 2016   11:36 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah kejadian tersebut, Ki Ageng Sengguruh mengambil alih kedudukan Adipati Nila Suwarna sebagai adipati Kadipaten Aryablitar. Ia mengusir Dewi Rayungwulan yang sedang hamil. Kemudian, ia mengumumkan kepada seluruh rakyat bahwa ialah sekarang yang menjadi adipati di Kadipaten Aryablitar dengan gelar Adipati Nila Suwarna II.

 

1. Kedung: Bagian sungai yang lebar dan dalam

2. Sumping: Hiasan telinga

3. Sendiko dhawuh: Siap melaksanakan suatu perintah

 

Dari legenda Kabupaten Blitar di atas, kita dapat mengidentifikasi beberapa nilai yang terkandung dalam bacaan. Kisah Kadipaten Aryablitar menggambarkan adanya nilai agama yang berlaku pada masyarakat di masa tersebut. Ki Ageng Sengguruh, seorang patih kadipaten, memercayai keberadaan Tuhan, Hyang Widhi, dan memohon kepada-Nya saat Ki Ageng Sengguruh ingin mengubah sumping di telinga kanannya menjadi seekor ikan bader bersisik emas.

Di samping itu, adanya mitos-mitos dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat mencerminkan nilai-nilai budaya yang ada. Masyarakat Kadipaten Aryablitar percaya bahwa Kedung Gayaran adalah kedung yang angker. Siapa pun yang masuk ke dalam kedung tersebut pasti akan meninggal dunia. Selain itu, masyarakat di zaman tersebut memiliki kepercayaan kepada para dewa. Hal ini dibuktikan dengan adanya ikan bader bersisik emas yang dipercaya sebagai ikan peliharaan para dewa. Adanya kepercayaan terhadap suatu hal memberikan ciri tersendiri bagi suatu masyarakat di suatu daerah. Inilah mengapa, kepercayaan tersebut dapat kita golongkan sebagai nilai-nilai budaya.

Cerita tersebut juga mengandung nilai-nilai moral dalam kehidupan. Cerita di atas mengajarkan kita agar tidak mudah percaya terhadap orang lain bahkan orang terdekat kita sekalipun. Kita tidak boleh terlena dengan ucapan-ucapan manis dan perilaku baik di depan mata kita. Kita harus menjadi orang yang kritis dan selektif. Ki Ageng Sengguruh yang pada mulanya patuh dan taat kepada Adipati Nila Suwarna, telah termakan ucapan istrinya untuk menyingkirkan Adipati Nila Suwarna.

Ki Ageng Sengguruh akhirnya berlagak baik di depan Adipati Nila Suwarna namun menyembunyikan sifat busuk dengan menyebarkan keburukan-keburukan Adipati Nila Suwarna di belakangnya. Selain itu, cerita tersebut juga mengajarkan agar tidak mengkhianati orang yang telah memberikan kepercayaan kepada kita. Selayaknya, kita menghormati dan menghargai orang tersebut, bukan malah berusaha mencelakakannya. Sebagai contoh, Ki Ageng Sengguruh, orang yang dipercaya sebagai orang penting di kadipaten, justru berusaha mencelakakan Adipati Nila Suwarna demi kedudukan dan kekuasaan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun