Mohon tunggu...
Silvia Ratnawati
Silvia Ratnawati Mohon Tunggu... Administrasi - Social Worker

Graduated from Bogor Agricultural University and work at Dompet Dhuafa Banten

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fasha Si Raja Salaman

21 September 2019   11:34 Diperbarui: 21 September 2019   11:40 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Entah orang ini siapa, yang ku tau dia "raja salaman" di lampu merah Kidang, Serang. Setiap hari dia menyalami orang-orang di lampu merah dari 4 sisi. Aku memanggilnya Fasha, karna dia pernah memperkenalkan diri dengan nama itu saat membantu kami di Ramadhan lalu.

Pertama ketemu, Ia mencolek lengan kananku sambil memaksa jabat tangan dan tidak mau dilepas. Aku panik, malu juga dilihat banyak orang. Orang yang membantu menegurnya, malah ia timpuk dengan batu kerikil. Aneh. 

Beberapa hari setelah itu, baru ku tau dia memang biasa seperti itu di sekitaran lampu merah. Katanya, temanku pernah bilang, belum jadi orang Serang kalau belum ketemu dia.

Orang ini hampir setiap hari mampir ke kantor untuk meminta minum. Karna tau dia "raja salaman" di lampu merah, aku tidak bosan mengingatkan untuk jangan genit salam-salamin perempuan apalagi sambil colak-colek. Karna pernah ada perempuan yang ketakutan sampai berlari menjauh. Ada yang iseng melaporkannya ke Polantas yang berjaga, lalu saat ditanya nama, dengan sedikit gemetar dia menyebut "Robi." Wah, banyak juga nih dia nama panggungnya. 

Mungkin beberapa orang berpikir Fasha ini mengganggu, apalagi bagi perempuan, dia jelas mengganggu kenyamanan. Tapi bagi pengendara laki-laki, sering kali aku lihat mereka tertawa kecil melihat Fasha yang dadah-dadah sambil joget-joget di pinggir jalan. 

Pagi tadi, seharusnya aku ada di kantor tapi kantorku dikunci dan kunci yang ku pegang bukan kunci gembok yang biasanya. Sambil menunggu penjaga kantor, aku menunggu cukup lama di masjid sebelah. Saat belum lama aku menikmati ademnya ubin di teras masjid, tiba-tiba si Fasha mendekat sambil bilang "Teteh, doain saya ya. 

Saya mau jadi penganten. Saya gak akan salam-salamin perempuan lagi kok." Hmm, pikirku mungkin memang itu naluriahnya. Ditambah lagi, dia sering minta didoakan, "Doain ya teh, doain ya pak, doain ya bu.." jelas itu kalimat andalannya. Tak lama kemudian dia berkata "Teh, aamiin ya teh ya Aamiin?! 

Makasih teteh." Baru kali ini dia minta diaminkan dan aku mengamini doanya tanpa terpaksa. Setelah dia berkata demikian, sambil membawa botol air mineral, dia lari ke arah tempat wudhu.

Kemudian ada dua anak-anak yang lewat bersama ibunya. Lalu si Fasha memanggil, "Eh, mau uang gak?" Fasha keluar dari tempat wudhu, anak kecilnya juga menghampirinya. Dan benar saja, Fasha mengeluarkan uang dua ribuan dua lembar dari kantong celananya dan dia bagikan ke dua anak kecil itu. 

Mereka langsung berucap dengan sumringah, "Makasih Ical." Lah? Beda lagi namanya. Mereka pergi dan salah satu ibu dari anak kecil tersebut berkata "Makasih ya Ical, jangan gangguin teteh itu ya." aku hanya tersenyum kecil. Fasha, Robi, Ical atau apalah itu namanya, berawal dari kertas dua ribuan, aku melihat senyum ketulusan darinya dan anak itu. Berbagi memang menyenangkan, bukan?

Setelah itu, Fasha mengambil peci andalannya di tempat wudhu. Lalu ia keluar masjid dan kembali ke lampu merah. Aku tertegun. Pikirku, suka berbagi juga ya ini orang? Dari kejadian inilah aku yakin, dia orang waras. Selama ini aku berpikir Fasha kurang waras karna kebiasaannya yang menurutku sedikit aneh.

Ternyata, pagi ini aku "ditempatkan" di masjid sebelah untuk melihat kebaikan kecil dari orang yang selama ini ku pandang sebelah mata. Barangkali ada segelintir orang yang sudah biasa terlihat aneh di depan publik namun di belakang itu, dia selalu punya cara untuk berbuat baik. Bagiku, berapapun nilainya, berbagi tetaplah berbagi. 

Ada niat dan nilai yang tidak bisa diukur. Dan hari ini, aku harus mulai membiasakan diri untuk tidak menilai sesuatu hanya dengan yang terlihat saja. Positive thinking memang dibutuhkan untuk meyakini bahwa ada Dzat yang maha melihat dan maha mengetahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun