Mohon tunggu...
Silvia Nur Laili
Silvia Nur Laili Mohon Tunggu... Lainnya - Silvia Nur Laili-Mojokerto

Hello guys, welcome to my kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Megengan dan Nyekar di Bumi Mojopahit

8 April 2022   10:13 Diperbarui: 8 April 2022   10:26 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Tak terasa bulan Ramadhan akan tiba, suasana bulan Ramadhan yang selalu kita nantikan akan segera dimulai. Banyak sekali orang-orang yang sibuk mempersiapkan bulan Ramadhan agar ibadah dapat berjalan dengan lancar dan khidmat. Sebelum bulan ramadhan, di setiap daerah pasti memiliki cara atau tradisi yang berbeda dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Tertama di pulau Jawa yang dikenal memiliki berbagai macam budaya dan tradisi, hal tersebut dapat menjadi suatu kebanggaan bagi Indonesia. Adapun tradisi yang ada di pulau Jawa dalam menyambut bulan Ramadhan yakni "Megengan dan Nyekar", tradisi tersebut telah ada sejak zaman nenek moyang dan masih dilaksanakan turun menurun setiap tahunnya sehingga mungkin sebagian orang Jawa sudah tidak asing lagi, pada artikel kali ini saya akan menceritakan rangkaian tradisi Megengan dan Nyekar yang ada di Mojokerto, Jawa Timur.

Asal usul Megengan diambil dari bahasa Jawa yang berasal dari kata "Megeng" memiliki arti menahan atau ngempet. Tradisi megengan ini menjadi penanda bahwa dalam waktu dekat bulan Ramadhan akan segera tiba, bulan Ramadhan dimana umat Islam diwajibkan untuk berpuasa, selain itu umat islam juga diperintahkan untuk menahan diri dari hal hal yang tidak boleh dilakukan saat puasa. Islam juga menganjurkan umat islam agar mampu menahan diri untuk menahan hawa nafsu, dalam kehidupan sehari-hari manusia memang tidak bisa terlepas dari hawa nafsu, apabila manusia tidak bisa menjaga hawa nafsunya, bisa menjerumuskannya kedalam perbuatan tercela atau perbuatan yang dibenci Allah.

Rangkaian acara Megengan biasanya dimulai dengan Nyekar atau terkadang orang orang di daerah yang berada dalam pengaruh Mataraman menyebutnya Nyadran. berasal dari kata Jawa "sekar" yang berarti kembang atau bunga. Ada salah satu keunikan saat memasuki musim nyekar di Mojokerto yakni di sepanjang jalan gajahmada Mojokerto dapat dijumpai banyak sekali orang orang yang menjual bunga untuk nyekar, hal ini hanya dapat ditemukan saat akan memasuki bulan Ramadhan saja. Dikampungku acara nyekar dimulai dengan para warga datang bersama sama untuk berziarah ke kuburan leluhur, baik itu ayah, ibu, nenek atau kakek. Kegiatan nyekar setiap tahunnya diadakan di kompleks pemakaman Losari Mojokerto, karena daerah perkotaan tidak begitu banyak pemakaman yang luas, dan biasanya orang orang yang meninggal dimakamkan di kompleks pemakaman Losari Mojokerto karena disetiap kelurahan sudah disediakan komplek pemakaman disana. Ziarah kubur saat nyekar diisi untuk mengirim doa kepada ahli kubur agar mereka tenang dan bahagia sebelum datangnya bulan Ramadhan, semua berharap mudah-mudahan seluruh dosanya diampuni Allah SWT.

Sebelum nyekar dimulai, diadakan acara kerja bakti bersih bersih makam, Sembari kerja bakti untuk membersihkan makam, masyarakat juga membawa sejumlah hasil bumi untuk ditinggalkan di area pemakaman. Biasanya masyarakat juga meninggalkan uang untuk sedekah sebagai biaya pengelolaan makam. Setelah acara kerja bakti pembersihan makan selesai, dilanjutkan acara pembacaan tahlil dan doa bersama dengan duduk disekitar makam disarankan sambil menghadap kiblat. Lantunan tahlil dikumandangkan menggunakan pengeras suara yang dipasang di tepi pemakaman. Dengan khusyuk warga mengikuti setiap bacaan tahlil dan di akhiri dengan doa. Para warga biasanya juga membawa bingkisan berupa makanan untuk saling tukar menukar sesama warga dalam rangka sedekah pada penghujung acara.

Setelah pembacaan tahlil dan doa selesai, dilanjutkan acara salam salaman dengan semua warga yang mengikuti nyekar. Acara nyekar diadakan dengan tujuan mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan agar terhindar dari dosa dengan sesama manusia serta memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT dan mendoakan para leluhur. Namun terkadang orang orang memilih nyekar bersama keluarganya sendiri untuk mendoakan keluarga yang telah wafat dahulu. Dengan melakukan kegiatan nyekar atau ziarah kubur maka secara tidak langsung akan mengingatkan kita kepada kematian yang bisa datang kapanpun dan dimanapun.  Pada malam harinya dilanjutkan dengan acara Megengan di langgar atau masjid.

Bapak Erwan selaku ketua RW berharap agar acara nyekar terus diadakan setiap tahunnya, sehingga silaturahmi antar warga tetap terjaga dan meningkatkan rasa kepedulian terhadap orang lain serta lingkungan karena suatu saat kita juga akan meninggal dan pasti membutuhkan orang lain untuk mengurus jenazah diri kita.

Setelah acara nyekar selesai dilanjutkan acara tradisi megengan. Di Mojokerto, megengan diadakan dengan acara selamatan serta pengajian selepas solat Isya di langgar atau masjid dengan dipimpin ustad serta kyai setempat, hal ini bertujuan bersyukur atas berkah bulan Ramadhan yang suci, selain itu memohon perlindungan kepada Allah SWT agar diberi kekuatan lahir dan batin dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan sehingga dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, megengan juga dapat mempererat hubungan silatuurahmi antar sesama manusia, serta hubungan manusia kepada Tuhannya karena semua orang berkumpul bersama untuk berdoa serta merasakan suka cita akan datangnya bulan Ramadhan.

Kegiatan megengan diawali dengan membaca al quran sekaligus mengkhatamkan alquran, setelah itu ada acara menukar berkat makanan yang dibawa masing-masing dengan sanak tetangga sesuai kemampuan. Selain itu, biasanya beberapa orang ada yang memilih mengadakan megengan dengan cara kenduri membagikan kue, kebutuhan pokok, makanan, dan lain lain kepada tetangga sekitar dengan membagikan dari rumah kerumah karena situasi pandemi Covid yang belum juga selesai. Ada yang unik dari kue yang wajib ada di megengan yakni kue apem, apem diambil dari kata affan atau afwan dalam bahasa Arab yang berarti maaf atau pengampunan. Sehingga, masyarakat menganggap apem sebagai simbol meminta ampun kepada Allah SWT sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun