Mohon tunggu...
Silvia Nitsuga
Silvia Nitsuga Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Banyak cara untuk mengutarakan isi kepala.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencontoh Perjalanan 66 Tahun Korea Selatan dalam Mewujudkan Program Makan Bergizi

10 Januari 2025   08:09 Diperbarui: 10 Januari 2025   08:09 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program kick off makan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah yang menjadi salah satu program andalan Presiden Prabowo Subianto, menuai banyak sekali polemik dan perhatian publik. Diantaranya ramai dibicarakan di berbagai platform media sosial, seperti Instagram, Facebook, hingga X.

Primawan Satrio baru-baru ini menarik perhatian publik melalui unggahan di akun media sosialnya, X. Dalam unggahan tersebut, ia membagikan pengalaman menarik tentang program makan bergizi di sekolah-sekolah Korea Selatan, lengkap dengan foto menu makan siang anaknya yang terdiri dari nasi, kimchi, sayur tahu, telur rebus, acar, dan susu. 

Unggahan ini menjadi tanggapan atas postingan akun @barengwarga yang menampilkan menu makan bergizi gratis di Indonesia, yang meliputi nasi, tempe goreng, telur rebus, jeruk, dan sayur buncis dengan wortel.

Seorang warganet kemudian bertanya kepada Primawan tentang lamanya waktu yang dibutuhkan Korea Selatan untuk mencapai tahap ini. 

Ia menjelaskan bahwa program tersebut dimulai pada 1953 sebagai bantuan internasional bagi anak-anak korban Perang Korea, dan baru pada 1981 pemerintah Korea Selatan secara resmi mengelola program ini melalui School Meals Act. 

Perkembangannya terus berlanjut hingga pada 2019, program makan bergizi sudah mencakup semua jenjang pendidikan dari SD hingga SMA.

Menariknya, perjalanan panjang ini menunjukkan bagaimana pemerintah Korea Selatan secara bertahap memperluas cakupan programnya. 

Seluruh sekolah dasar sudah mendapatkan layanan ini pada 1998, disusul SMA pada 2000, dan SMP pada 2003. Kini, menu makan standar di sekolah-sekolah Korea Selatan meliputi nasi, sup, kimchi, dua hingga tiga lauk pauk, serta tambahan susu atau makanan penutup, semuanya didukung oleh anggaran negara dan dikelola langsung oleh pihak sekolah.

Primawan juga mengungkapkan bahwa biaya program makan di sekolah Korea Selatan termasuk dalam SPP sekitar Rp1,6 juta per bulan, yang mencakup makan tiga kali sehari, antar jemput, dan berbagai kegiatan sekolah tanpa biaya tambahan. 

Menurutnya, langkah awal Indonesia dalam menyediakan menu makan bergizi gratis di beberapa sekolah adalah hal positif, meskipun masih panjang perjalanan yang harus ditempuh.

Belajar dari pengalaman Korea Selatan, Indonesia perlu menekankan konsistensi kebijakan, investasi dalam fasilitas, serta edukasi nutrisi bagi masyarakat untuk memastikan keberlanjutan program ini. 

Kisah sukses Korea Selatan mengajarkan bahwa perubahan besar memerlukan waktu, dedikasi, dan kerja sama dari berbagai pihak. 

Unggahan Primawan Satrio menjadi pengingat pentingnya investasi dalam kesejahteraan generasi muda melalui program makan bergizi, yang berpotensi memberikan dampak positif jangka panjang bagi masa depan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun