Era Digital telah ada didepan mata, siap atau tidak siap kita harus menghadapi tantangannya. Â Kita tidak bisa berdiam diri dalam menghadapi kondisi ini,kita harus beradaptasi cepat dan menyesuaikan dengan peradaban baru yang begitu dahsyat.
Perkembangan teknologi yang hadir di muka bumi ini memberikan kemudahan dalam segala hal. Kita saat ini suka tidak suka harus menerima kenyataan,dan kita tidak bisa menghindar dengan adanya perubahan. Mulai dari pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan lainnya.
Untuk itu, dibutuhkan pengambil kebijakan yang punya kemampuan beradaptasi dengan tantangan dunia digital. Mulai dari presiden, menteri, gubernur hingga bupati dan walikota.
Terkait dengan kepemimpinan di daerah, kebetulan saat ini sedang terjadi Pilkada serentak yang dilakukan di 270 daerah. Ini menjadi momentum memilih kandidat yang melek perkembangan teknologi, punya inovasi dan punya pemikiran ke arah tersebut.
Mengerucut ke daerah asal saya di Kabupaten Solok. Dari tiga calon Bupati yang ikut dalam Pilkada Solok, nama Nofi Candra paling siap untuk menghadapi tantangan tersebut. Dia telah lama membahas terkait dunia digital.
Bahkan pernah dia menulis di surat kabar tentang "Digitalisasi Ekonomi Sumatera Barat" dan "Generasi Digital Pancasilais" 2018 lalu. Tulisan tentu berpijak pada pemahamannya tentang tantangan dunia digital, dan tentu juga dia telah mempelajari cara memanfaatkan dunia digital.
Dengan usia paling muda diantara Calon Bupati lainnya, Nofi Candra tentu lebih gesit dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Perpaduan antara jiwa muda dan pengetahuan tentang dunia digital akan sangat membantu Kabupaten Solok.
Bisa mempromosikan pariwisata Solok, memasarkan produk pertanian yang muaranya meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kesiapan dalam menghadapi tantangan di era digital juga cocok dengan tagline Nofi yaitu "Solok Baru". Punya daya saing, Akuntabel, Relius dan Unggul.
Persiapan ini untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Hal ini sebuah impian besar tentang Indonesia yang unggul, maju bersaing dengan bangsa-bangsa lain, dan telah cukup dewasa untuk mengatasi isu-isu persoalan klasik bangsa, seperti korupsi, isu disintegrasi, dan kemiskinan. Untuk mewujudkan impian tersebut, kunci utamanya bukan kekuatan ekonomi, politik, atau militer, melainkan manusianya.
Karena itu generasi muda atau lagi ngetrend disebut generasi milenial harus beradaptasi. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bahwa generasi milenial merupakan kelompok orang yang lahir pada awal tahun 1980-an hingga awal 2000-an.Â
Selain itu usia milenial lainnya yang merajai posisi teratas lainnya soal pengguna internet RI ini, yaitu 20-24 tahun dengan penetrasi 88,5%. Kemudian di bawahnya ada kelompok umur 25-29 tahun dengan penetrasi 82,7%, kelompok umur 30-34 tahun dengan penetrasi 76,5%, dan kelompok umur 35-39 tahun dengan penetrasi 68,5%. Rentang usia diatas merupakan usia produktif kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H