Mohon tunggu...
silviana w
silviana w Mohon Tunggu... Guru - Guru

“Children need the freedom and time to play. Play is not a luxury. Play is a necessity.” – Kay Redfield Jamison

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menerapkan Prinsip Montessori di Rumah

15 Desember 2022   22:21 Diperbarui: 15 Desember 2022   22:26 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"The first task of education consists of restoring life, while leaving it free to grow." - Maria Montessori

 

Metode pendidikan Montessori memiliki prinsip utama yang menghormati anak sebagai individu yang utuh, terlepas dari usianya. Ia memandang anak mampu untuk menentukan pilihan dan membebaskannya dalam memilih kegiatan belajar sesuai ketertarikannya. Metode pendidikan Montessori juga mendorong anak untuk belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri melalui berbagai macam kegiatan hands-on sehingga membangun keterampilan dan keahlian anak. Prinsip-prinsip Montessori ini dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan anak. 

Berikan kesempatan bagi anak untuk memilih. Ketika anak memiliki opsi untuk dipilih, anak mulai belajar untuk menjadi mandiri. Anak belajar untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusannya. Hal ini membantu anak merasa percaya diri dan mendorong rasa keberhargaan dirinya.

Libatkan anak dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dan ajarkan anak untuk melakukannya secara mandiri. Berikan anak tanggung jawab pekerjaan rumah tangga  yang sesuai dengan usianya, misalnya merapikan mainan setelah selesai atau membawa baju kotor ke keranjang baju. Agar anak dapat melakukan sebuah kegiatan secara mandiri dan ahli, pertama-tama, anak perlu mencoba melakukannya sendiri. Anak akan memiliki sebuah perasaan senang dan bangga tersendiri ketika ia berhasil melakukan sebuah tugas sendiri. Perasaan ini akan terus berkembang dan membangun rasa percaya diri anak, dan perlahan-lahan keahliannya pun akan terbentuk. Sebaliknya, ketika orang tua sering mengambil alih tugas keseharian anak alih-alih membiarkan anak melakukannya sendiri, anak akan merasa terbatasi dan muncullah perasaan cemas dan kebutuhan untuk selalu diawasi atau dibantu oleh orang lain.

Kegagalan adalah hal yang wajar. Keberhasilan dan kegagalan adalah hal yang lumrah di dalam sebuah proses menjadi ahli dalam melakukan suatu kegiatan secara mandiri. Oleh karenanya, izinkan anak untuk gagal tanpa merasa malu atau bersalah. Semangati anak untuk mencoba lagi, dan pujilah usaha yang anak berikan di dalam proses pembelajarannya. Lagi pula, salah satu life skill penting yang wajib dimiliki setiap orang adalah sikap tidak mudah menyerah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun