Mohon tunggu...
silviana w
silviana w Mohon Tunggu... Guru - Guru

“Children need the freedom and time to play. Play is not a luxury. Play is a necessity.” – Kay Redfield Jamison

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aplikasi Teori Belajar Behaviorisme pada PAUD

26 November 2022   15:59 Diperbarui: 10 Desember 2022   17:04 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori belajar behaviorisme menitikberatkan kepada proses pengkondisian untuk membentuk perilaku yang diharapkan dari seseorang sebagai hasil belajarnya melalui pemberian reward atau punishment. Ketika seseorang menunjukkan perilaku yang diharapkan terhadap stimulus tertentu maka ia akan diberikan reward untuk memperkuat proses belajar dan meningkatkan kemunculan perilaku tersebut di kemudian hari. Sebaliknya, ketika seseorang menunjukkan perilaku yang tidak diharapkan, maka ia akan diberikan punishment dengan tujuan mengurangi kemunculan respon perilaku tersebut. Di dalam konteks pendidikan anak usia dini, penggunaan praktik reward dan punishment dapat membawa dampak positif terutama di minggu-minggu pertama sekolah. 

Dalam minggu-minggu pertama bersekolah, anak usia dini harus banyak beradaptasi dengan lingkungan dan kebiasaan baru di dalam kelas. Bagi banyak anak prasekolah, pengalaman pergi ke sekolah dan tinggal di sana selama beberapa waktu untuk belajar bisa jadi pengalaman yang menakutkan karena untuk pertama kalinya anak harus berada di lingkungan di luar lingkungan rumah yang aman. Pemberian reward ketika anak berhasil masuk ke lingkungan sekolah dan lingkungan kelas secara konsisten dapat membantu anak memiliki persepsi positif terhadap pengalaman bersekolahnya dan mendorongnya untuk kembali masuk ke lingkungan sekolah dan lingkungan kelas dengan lebih mandiri. 

Praktek pemberian reward dan punishment ini juga membantu terbentuknya kebiasaan dan rutinitas peserta didik secara kolektif di dalam kelas. Salah satu contoh yang sering digunakan adalah dengan mengumpulkan poin atau kelereng kelas. Peserta didik di dalam kelas diberikan sebuah reward seperti penambahan waktu bermain di luar kelas ketika berhasil mengumpulkan poin sesuai kesepakatan di awal. Semakin cepat peserta didik memiliki kebiasaan dan rutinitas kelas yang baik, maka proses pembelajaran di dalam kelas dapat menjadi lebih bermakna. Meski demikian, penerapan sistem reward seperti ini perlu dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa perilaku sasaran yang dikondisikan masih sesuai dengan target awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun