Seribu kesuksesan tiada arti tanpa sebuah kegagalan
Kalimat diatas adalah kalimat penyemangat dari dan untukku. Aku baru tersadar bahwa kegagalan tidak buruk juga, belum pernah merasakan kegagalan? Cobain deh! Seru!
.
"Kamu stres ya, Pi? Seru dimananya?"
Duh serius, seru banget. Kalian akan merasakan dimana kalian berada dititik paling dasar, dimana kalian akan lupa cara bernapas (ok ini lebay), dan kalian akan merasakan sulitnya berdamai dengan keadaan. Dan lebih parahnya lagi, seakan telinga kalian tuli, tidak akan mendengar nasehat dari orang lain, mau seberbusa apa orang lain memotivasi dan menasehatimu takan ada pengaruhnya, sia-sia.
Yang aku butuhkan saat itu adalah berdamai dengan keadaan, lalu dengan mudah mengepakkan sayap lagi. Hampir sebulan proses berdamai itu, dengan cara apapun, do'a, sholat, bengong, tidur, baca soal sbm, matiin gawai, dll. Nikmat sekali rasanya setelah berdamai dengan keadaan. Setelah itu coba keluar dari goa (kamar), coba buka gawai, dan coba jawab pertanyaan kawan-kawan perihal "kuliah di UPI, Pi?" "SNMPTN lolos pasti lo ya, dapet mana? UNJ atau UPI?" "Dapet prodi apa, Sil? Sastra Indo dapet ya?". Lucu kalau ingat bagaimana segemetarnya aku saat jawab pertanyaan itu.
Skip cerita, akhirnya aku coba kerja. Disaat kawan-kawan unggah foto dengan almamater kampusnya, aku malah pakai seragam kerja, sedih? Banget.
"Loh? Kenapa ga swasta aja sih, Pi? Gausah gengsi lah"
Gengsi? Engga kok. Setiap sholat aku berdo'a untuk dikasih petunjuk untuk bertahan dan mencoba PTN lagi atau menyerah dan daftar PTS. Dan selalu, jawabannya "Inshaallah PTN!"
.
Belajar dari kesalahan, pikirin lagi mau prodi apa, dan luruskan niat. Luruskan niat sepertinya hal yang sangat penting, karena dulu aku getol banget mau kuliah di UPI bukan karena kampusnya tapi karena Bandungnya. "di Bandung kan ada UNPAD, yang jelas-jelas alumni dari 65 banyak disitu, di UPI kan gaada cuy", jawabannya cuma satu "UNPAD gaada jurusan pendidikan".
.
Dulu mah getol banget ambil Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, namun pada akhirnya menjatuhkan hati di Pendidikan Sosiologi, dengan berjuta pertimbangan. Dengan berbagai perjuangan dan kerelaan, dan whoa! Lihat! Aku lolos!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H