TENTANG ASA, CITA-CITA, DAN PERJUANGAN
Hai.. perkenalkan namaku Silvia Ara Ria Fatimah, orang-orang menyapaku dengan panggilan Silvi ataupun Via. Aku sangat senang setelah sekian lama aku menyimpan catatan-catatan tentang kehidupanku akhirnya aku bisa menulisnya di sini. Semoga menulis menjadi hobi baruku dan aku bisa rutin menulis cerita di sini setiap hari. Selamat membaca dan meresapi makna.
Setiap orang pasti mempunyai harapan atau cita-cita. Harapan atau cita-cita itu tak mungkin terwujud, jika kita hanya berdiam saja. Tentu banyak perjuangan untuk dapat menggapainya.
Sejak kecil aku terbilang memiliki prestasi yang cukup baik, mulai dari SD, SMP, hingga SMK. Hal itu memotivasiku untuk menjadi seseorang yang mempunyai banyak impian. Sebelum itu aku sangat bersyukur bisa berhasil masuk di SMK favorit yang letaknya di tengah kota, yaitu SMK Negeri 1 Sragen. Itulah sekolah yang sudah mengubah mental & karakter hidupku. Itulah sekolah yang membuatku mulai bermimpi & bercita-cita. Di sekolah itu, aku menemukan orang-orang yang begitu beragam yang berasal dari daerah yang berbeda-beda, bahkan tidak ada yang satu daerah denganku.Â
Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Orang tuaku hanyalah seorang petani biasa yang ingin melihat anak-anaknya kelak bisa sukses. Setiap hari yang terpikir di otakku adalah bagaimana aku bisa membuat orang tuaku bangga. Saat kelas x aku berambisi kelak akan kuliah di salah satu sekolah kedinasan, sekolah yang dibiayai negara dan lulus langsung menjadi PNS, aku sudah membayangkan betapa bangganya orang tuaku.Â
Suatu ketika di bulan April 2022, suatu ambisi itu menjadi aksi. Aku benar membulatkan tekad untuk bersaing dengan ribuan orang. Aku memberanikan diri untuk mendaftar di POLTEKIM (salah satu perguruan tinggi kedinasan di bawah naungan kementerian hukum & hak asasi manusia). Seleksi dimulai dari tahap administrasi, kemudian seleksi kompetensi dasar (SKD), dan seleksi lanjutan yang meliputi kesehatan, kesamaptaan, psikotes, hingga wawancara. Saat itu aku memilih lokasi tes di Kantor Regional BKN Yogyakarta. Tidak banyak berharap jikalau aku bisa lolos melewati semua tahapannya, karena kuota yang tersedia berdasarkan nasional. Yang mana saat itu ada 13.000 lebih pendaftar di seluruh Indonesia hanya diambil 300 formasi saja. Namun hal itu tidak pernah membuat semangatku turun, meskipun kuota yang tersedia hanya sedikit aku akan berusaha semaksimal mungkin agar aku bisa masuk kedalam 300 formasi itu. Prinsip yang aku tanamkan saat itu adalah aku harus bisa mencoba semuanya hingga aku merasa puas terhadap hasilnya, dan bila belum berhasil aku akan tetap bersyukur karena ketidakberhasilan itu merupakan pengalaman baru serta sebagai bahan intropeksi diri agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Ternyata benar, aku harus gagal di perangkingan SKD.Â
Tidak hanya itu, saat bulan Juni 2022 aku juga mencoba hal baru. Entah kenapa aku terpikir juga untuk mendaftar TNI. Sepintas yang terlintas di pikiranku adalah betapa bangganya orang-orang ketika aku pergi 5 bulan untuk melaksanakan pendidikan dan pulang bisa memakai seragam loreng itu. Meski banyak orang yang mengatakan bahwa impianku ini terlalu tinggi, aku tidak pernah hilang semangat untuk tetap melanjutkan impianku. Aku tetap keras kepala untuk tetap mendaftar. Aku mendaftar di Kodam 4 Diponegoro, Semarang. Sore hari aku berangkat membawa setumpuk berkas dan mencari kos di Semarang. Dan pagi harinya aku mulai mengikuti tes yang ada, mulai dari pemeriksaan administrasi, kesehatan, jasmani, dsb. Aku juga tidak banyak berharap untuk bisa lolos, karena kuota yang tersedia hanya 100 orang secara nasional dan 10 orang tingkat daerah. Setelah 2 minggu seleksi berlangsung, ternyata aku ditakdirkan untuk gagal kembali. Disitu aku merasakan perjuanganku selama 2 minggu sia-sia, bukan hanya 2 minggu akan tetapi aku sudah mempersiapkan semua ini sejak awal masuk SMK. Kesehatanku benar-benar ku jaga, dan menyiapkan berkas sebanyak itu tidaklah mudah, serta fisikku benar-benar digembleng saat tes jasmani berlangsung, bahkan salah satu diantara temanku ada yang tak sadarkan diri. Namun itulah takdir Tuhan untukku. Meskipun ada sedikit perasaan kecewa, akan tetapi dari sinilah aku belajar arti perjuangan. Akan ku jadikan kegagalan ini sebagai motivasi agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Dan aku selalu percaya bahwa Tuhan akan menyiapkan sesuatu yang jauh lebih baik untukku.
"Bisa nggak bisa aku harus bisa menunda impian itu" ucapku dalam hati. Aku harus kembali mencari kegiatan baru yang bisa membuat diriku semakin berkembang. Dan saat itu aku memutuskan untuk kuliah dimanapun itu dan nggak harus kedinasan, tetapi harus menggunakan beasiswa. Keras kepala ya memang:). Kemudian aku mencari surat pengantar di kelurahan dan mencari sertifikat prestasi yang aku miliki agar peluang lolos beasiswa lebih besar. Lantas aku mendaftar beasiswa ke berbagai perguruan tinggi negeri dan juga swasta. Hampir menyerah karena lebih dari 10 perguruan tinggi yang aku daftar'i tidak ada yang lolos beasiswa. Padahal teman-temanku sudah masuk kuliah sejak 1 bulan yang lalu. "Ya kan kita kuliah tanpa beasiswa, kamu kan masih mencari peluang beasiswa", ucap salah satu temanku. Saat itu aku masih menunggu 1 pengumuman lagi yang belum keluar, dan alhamdulillah keesokan harinya aku dinyatakan lolos beasiswa di STIA "AAN" Yogyakarta. Syukur yang tiada henti aku ucapkan pada Tuhan karena aku masih diberi kesempatan mendapatkan beasiswa yang merupakan incaran banyak orang. Setelah itu aku langsung berjanji pada Tuhan bahwa aku sebagai mahasiswa yang dibiayai negara akan terus berprestasi dan selalu berkontribusi untuk negeri serta siap untuk menjadi agent of change.
Untuk kamu yang membaca tulisan ini tetaplah semangat untuk menggapai impianmu masing-masing. Singkat pesan dari aku adalah "jangan takut melangkah apalagi behenti berjalan, sungguh tiada usaha yang mengkhianati hasil. Jika bukan hari ini, mungkin esok. Tiada hal yang mengecewakan kecuali kita tidak melakukan apapun. Sebuah impian besar akan berhasil dengan banyaknya jumlah kegagalan yang telah menghampiri. Jika kamu sudah gagal 1000 kali, aku yakin di angka 1001 kalinya kamu akan berhasil. Sekarang habiskanlah jatah gagalmu dan bangkitlah kembali untuk mengejar impianmu. Percayalah tiada takdir yang mendustai pemiliknya".
Yogyakarta, 18 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H