Mohon tunggu...
Silvia Aprilia
Silvia Aprilia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

for school

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Eco-enzyme: Langkah Awal Menciptakan Lingkungan Bersih dari Sampah

2 Maret 2022   18:40 Diperbarui: 2 Maret 2022   18:45 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sebagian orang jika mendengar kata "sampah" sering kali merasa jijik membayangkan akan baunya yang menyengat dan membuat lingkungan menjadi tidak nyaman. Padahal sampah itu sendiri berasal dari kehidupan manusia.  Manusia memenuhi kebutuhan dan keinginannya pasti dengan cara membeli sesuatu barang maupun makanan. Dari sini kita bisa lihat bahwa barang dan sisa makanan yang kita hasilkan akan menjadi sampah yang menimbulkan bau busuk di kemudian hari. Apalagi jika sampah itu mendatangkan penyakit bagi manusia.

Setiap hari manusia akan membuang sampah yang tak terhitung jumlahnya mulai dari sampah organik maupun non-organik baik yang berukuran besar, sedang, bahkan kecil.  Sampah non-organik yakni sampah yang sulit terurai yang dapat mencemarkan tanah yang menyebabkan rusaknya lapisan tanah. Biasanya sampah ini diolah kembali menjadi kerajinan lokal sehingga tidak terlalu mencemari lingkungan dan menguntungkan bagi manusia dari segi ekonomis maupun estetika. Sedangkan sampah organik merupakan sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang nantinya akan mengalami pembusukan tapi sebenarnya sampah ini tergolong sampah yang ramah lingkungan sebab bisa diuraikan secara alami oleh mikroba. Sama seperti sampah non-organik, sampah organik juga bisa diolah dengan baik agar tidak menimbulkan masalah.

Sampah di kota besar Indonesia masih menjadi masalah besar bagi negara ini. Pasalnya jumlah komposisi sampah melambung tinggi setiap harinya. Jenis sampah organik menempati posisi pertama  karena rumah tangga menghasilkan hampir 75% sampah organik dan sisanya non-organik. Sisa bahan organik ini biasanya merupakan bahan dapur. Sampah rumah tangga menjadi penyumbang besar limbah yang mencemari lingkungan.

Mengingat pada tanggal 21 Februari merupakan Hari Peduli Sampah Nasional jadi ini merupakan wadah bagi masyarakat untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sampah yang dihasilkan setiap tahunnya. Tanggung jawab terhadap sampah sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak yang akan terjadi dikemudian hari. Namun kita sering mendengar dan melihat orang-orang yang katanya peduli sampah dan cinta tanah air, tapi masih saja hidup hedonisme dan konsumtif demi memenuhi keinginan sendiri. Maka dari itu kita harus mengubah pola kehidupan kita yakni dengan memilah dan memilih sampah untuk diolah lebih lanjut supaya tidak mengalami penumpukan sampah di dunia ini.

Sampah organik bisa kita olah dengan cara pembuatan eco enzyme. Eco enzyme ini merupakan salah satu pengolahan sampah yang mudah dibuat dari sisa sayuran atau buah-buahan. Saat mengetahui sampah bisa diolah menjadi ecoenzyme saya kebingungan bagaimana cara membuatnya yang dimana pada dasarnya saya hanya bisa mengonsumsi makanannya tanpa bisa mengolah sisa sampahnya. Eco enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Menurutnya, eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula, dan air yang memiliki warna coklat gelap serta memiliki aroma fermentasi asam manis kuat.  

Eco enzyme menjadi sarana yang bagus untuk mengurangi sampah di bumi. Dr. Joean Oon, pimpinan pusat perawatan keluarga naturapati di Penang sekaligus praktisi eco enzyme mengatakan bahwa 1 liter ecoenzyme dapat membersihkan 1000 liter air sungai yang tercemar. Tidak hanya sebagai kegunaan di rumah, ternyata ecoenzyme memiliki kegunaan untuk melestarikan alam. Sangat keren bukan.

Cara pembuatan eco enzyme sangat sederhana tidak perlu mengeluarkan uang karena hanya memakai bahan sisa atau sampah. Caranya yakni dengan menggunakan bahan-bahan sisa kulit buah atau sayuran. Dengan takaran 3:1:10. Lebih jelasnya dapat diketahui 300 gram kulit buah sisa, 100 gram gula dan 1 liter air bersih. Cara membuatnya sangat mudah dan sederhana. Jika bahan tadi sudah siap, masukan ke dalam botol bekas disarankan botol agak tebal seperti botol bekas minuman soda.  Masukan kulit buah dahulu lalu masukan gula merah dan terakhir air bersih lalu aduk. Takarannya yang sudah di hitung tadi di awal. Setelah pengadukan selesai, tutup botol dengan rapat biarkan selama tiga bulan lamanya.  Buka botol setiap hari di 2 minggu pertama kemudian 2-3 hari sekali, kemudian seminggu sekali. Di minggu pertama akan menghasilkan banyak gas.

Proses fermentasi akan berlangsung selama tiga bulan. Bulan pertama akan dihasilkan alkohol. Bulan kedua akan dihasilkan cuka dan pada bulan ketiga menghasilkan enzyme. Dari hari pertama pembuatan eco enzyme prosesnya akan melepaskan gas ozon (O3) yang dapat mengurangi karbondioksida (CO2) di atmosfer yang memerangkap panasnya awan sehingga mengurangi efek rumah kaca atau global warming. Enzyme merubah amonia menjadi nitrat (NO3), hormon alami dan nutrisi untuk tumbuhan. Sedangkan CO2 menjadi karbonat (CO3) yang memiliki manfaat bagi tanaman laut.  Jika ecoenzyme yang kita buat sudah menginjak bulan ketiga maka eco enzyme dapat di saring dengan kain dan pindahkan ke botol baru.  Eco enzyme yang berhasil yakni jika terbentuk larutan berwarna jingga jernih kecoklatan berbau seperti jeruk atau bau khas buah lain dan memiliki pH dibawah 4.

Seperti yang kita ketahui selain pembuatan yang mudah tentu saja eco enzyme memiliki segudang manfaat seperti pembasmi pertisida dengan cara pengaplikasiannya menambah 1 tutup botol kedalam air kemudian sayuran dibersihkan dan rendam dengan sempurna setelah 45 menit baru di angkat. Lalu manfaat sebagai pupuk dengan cara menumpahkan eco enzyme ke pengairan sawah. Manfaat yang saya rasakan yaitu menggunakannya sebagai pupuk tanaman dirumah, sebagai cairan mengepel lantai juga mencuci piring. Karena eco enzyme ini merupakan cairan serba guna dari bahan alami tanpa ada zat kimia jadi aman untuk keperluan sehari-hari.

Menurut Salvana, dampak yang ditimbulkan dari ecoenzyme ini adalah dampak positif yaitu memanfaatkan limbah dan mengembalikan mata rantai ekosistem dunia baik udara, tanah, air dan tumbuhan yang sudah rusak. Ketika memiliki satu drum cairan eco enzyme sama fungsinya dengan memiliki pohon yang berusia 10 tahun. Dampak lain juga terlihat untuk mengurangi dampak negatif dari sisa bahan organik rumah tangga. Juga sebagai pelindung bumi yang dapat membakar unsur hara yang ada dalam limbah organik tersebut.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa eco enzyme memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Alhasil menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih peduli akan lingkungan sekitar. Pemanfaatan eco enzyme ini sebagai salah satu bentuk cinta kita pada tanah air. Sebab dengan mengolah sampah ini maka sampah akan berkurang, juga gas yang dihasilkan dari eco enzyme dapat mengurangi pencemaran udara, polusi bahkan global warming. Seperti yang kita ketahui bahwa sampah dunia sudah mencapai sepertiga samudera. Jika tidak ada langkah lanjut untuk mengurangi sampah, maka sampah akan membludak tinggi dan bumi tertutupi sampah yang akhirnya bisa saja kehidupan di bumi mati. Sebagai masyarakat yang mencintai tanah air dan mendukung pelestarian alam sebaiknya mulai sekarang kita harus pandai memilah dan memilih sampah di lingkungan kita. Lalu kita proses menjadi eco enzyme untuk melestarikan alam supaya masalah sampah tidak menjadi hal besar di dunia ini. Dengan adanya peringatan Hari Peduli Sampah ini menjadikan langkah awal untuk kita agar bisa mengolah sampah dengan baik. Tidak hanya peduli di hari sampah saja, kita juga harus menjaga rasa kepedulian kita terhadap tanah air ini selamanya untuk menciptakan tatanan negara yang baik dan bersih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun