Salah satu mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Reguler Dari Rumah (KKN RDR) Angkatan 77 Kelompok 74 UIN Walisongo Semarang, Silvia Nur Azizah mengadakan pelatihan daur ulang minyak jelantah menjadi sabun cuci piring di Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah Wonosari, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Rabu (13/10).
Kegitan daur ulang minyak jelantah menjadi sabun cuci piring diikuti oleh beberapa santri Pondok Pesantren Life Skill Daarun Naajah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, khususnya santri di Pondok Pesantren Life Skill Daarun Naajah mengenai dampak buruk minyak jelantah bagi kesehatan jika dikonsumsi ulang dan dampak bagi lingkungan jika dibuang secara sembarangan serta langkah-langkah daur ulang minyak jelantah menjadi sabun, sehingga dampak buruk minyak jelantah bagi lingkungan dan kesehatan dapat berkurang.
Minyak jelantah yang dibuang secara sembarangan ke lingkungan dapat berdampak pada pemcemaran air, penyumbatan saluran air, membuat tanah menjadi tidak subur, serta disalah gunakan mafia menjadi minyak goreng curah rekognisi melalui proses yang berbahaya untuk kesehatan ketika dikonsumsi kembali. Selain itu, penggunaan kembali minyak jelantah dalam jumlah yang banyak dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, misalnya deposit lemak yang tidak normal, gangguan sistem syaraf, penyakit kardiovaskular, masalah hati, dan kanker.
Minyak jelantah dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis, misalnya bio diesel, sabun, lampu lumir K (Cooking Oil LED Lamp) dan lilin. Minyak jelantah dapat diolah menjadi beberapa produk tersebut secara mandiri ataupun didonasikan ke lembaga pengelola minyak jelantah
Minyak jelantah yang digunakan sebagai bahan untuk membuat sabun cuci piring dikumpulkan dari dapur di asrama Pondok Pesantren Life Skill Daarun Naajah. Minyak jelantah yang didaur ulang merupakan minyak jelantah yang sudah disaring, tidak ada sisa makanan yang digoreng. Minyak jelantah yang dihasilkan dari dapur beberapa asrama di Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah biasanya hanya dibuang ke lingkungan begitu saja, tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan pelik bagi lingkungan.
Bahan yang digunakan dalam daur ulang minyak jelantah menjadi sabun cuci piring yaitu minyak jelantah, soda api (NaOH), air, essensial oil dan pewarna makanan. Tahap awal daur ulang minyak jelantah menjadi sabun cuci piring yaitu minyak jelantah dijernihkan terlebih dahulu menggunakan saringan atau jika minyak terlalu banyak tercampur kotoran dapat menggunakan kain.Â
Campurkan soda api (NaOH) dengan air dan aduk hingga suhu larutan tersebut dingin. Setelah larutan tersebut dingin masukkan minyak jelantah sedikit demi sedikit dan diaduk perlahan-lahan hingga merata. Kemudian campurkan essensial oil dan perwana makanan. Setelah semua bahan tercampur secara merata, masukkan bahan sabun tersebut kedalam wadah dan dibiarkan selama 48 jam atau hingga mengeras.
Ayu (20), salah satu peserta pelatihan mengatakan, pelatihan daur ulang minyak jelantah menjadi sabun akan membuat orang-orang sadar akan dampak negatif dari minyak jelantah yang digunakan kembali untuk memasak ataupun dibuang dilingkungan secara semabrangan dan juga mengetahui cara mendaur ulang minyak jelantah menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi.
Daur ulang minyak jelantah menjadi sabun, selain dapat mengurangi dampak buruk bagi lingkungan dan keehatan, juga dapat mengurangi biaya untuk membeli sabun cuci piring, bahkan sabun cuci piring hasil daur ulang dapat bernilai ekomoni jika diperjualbelikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H