Mohon tunggu...
Silvia Rahma
Silvia Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

blog tentang dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebaran Hadist Palsu yang Tiada Habisnya

5 Desember 2023   11:58 Diperbarui: 5 Desember 2023   12:26 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebaran Hadist Palsu yang Tiada Habisnya

Pada zaman sekarang, fenomena yang sering terjadi belakangan ini adalah mulai munculnya hadist-hadist palsu yang tak jarang kita temui di media sosial. Apalagi sekarang media sosial sangat berperan besar dalam menyebarkan segala informasi termasuk hadist. Keterbukaan akses media sosial tidak menjamin bahwa segala informasi yang tersebar itu benar adanya. 

Hadist sebagai sumber kedua dalam agama Islam, memberikan panduan dan pedoman bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, hadis juga menjadi target manipulasi dan disinformasi di era sekarang ini. Hadis palsu mengacu pada hadis hadis yang dipalsukan, diubah, atau disajikan dengan konteks yang keliru, dengan tujuan mempengaruhi pandangan dan keyakinan umat Muslim. Tidak jarang kita menemui informasi melalui Instagram, Tiktok, Facebook, Whatsapp, dan platform lainnya tentang hadist-hadist yang tidak valid tapi disebarkan. Bahkan terkadang di sertai kalimat motivasi atau kalimat ancaman agar si penerima informasi terancam dan akan menyebarkan hadist tersebut. Kronisnya, ada yang juga menggunakan nama-nama ulama dan memanfaatkan moment-moment penting untuk menyebarkan hadist tersebut seperti moment pada bulan Muharram, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, dan sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, hadist palsu semakin menyebar. Karena dalam jangka waktu beberapa jam, menit, dan detik hadist palsu tersebut akan langsung menyebar ke ribuan orang. Dan mungkin bisa juga langsung viral. Seperti contohnya "Assalamualaikum teman-teman semuslim muslimahku, ingat sudah waktunya masuk bulan Rajab, banyak amalan-amalan baik yang wajib kita jalankan, barang siapa yang tidak menshare informasi ini maka dalam waktu 24 jam akan terjadi hal-hal buruk yang tidak di inginkan. Kemudian ada lagi contoh hadist palsu yang sering saya dengar di medsos, "mulai malam ini (ba'da maghrib) sudah masuk 1 Sya'ban. Rasulullah Saw. bersabda barang siapa yang memberitahukan berita 1 Sya'ban kepada yang lain maka haram api neraka baginya". Di dalam hadist hanya tercantum sabda Rosulullah tanpa adanya sanad dan perawi, padahal jelas-jelas kita tahu bahwa setiap hadist shahih pasti terdapat sanad dan perowinya.

Menurut pandangan saya, informasi seperti ini sungguh sangat merugikan orang-orang awam yang belum mengetahui tentang Islam sepenuhnya, khawatirnya informasi seperti ini akan tersebar dan berakibat buruk, karena hadist yang di sebar tidak valid dan dapat memepengaruhi pemahaman agama mereka yang berpotensi menimbulkan sebuah pendapat-pendapat yang tidak ada ujungnya. Oleh karena itu kita khalayak umum yang menggunakan sosial media dalam kehidupan sehari-hari juga harus selektif dalam men-share hadist atau informasi-informasi apapun. Setidaknya dengan menanyakan kepada orang yang lebih paham agama.

Dan sudah diterangkan dalam kitab Mustholah Hadist bahwa hadist yang tidak valid atau sesuatu hal yang disandarkan kepada nabi berupa hal yang tak pernah dikerjakan, di ucapkan dan di tetapkan olehnya merupakan pengertian dari hadist maudhu' (hadist palsu).

Dan dalam mata kuliah studi hadist yang pernah saya pelajari juga pernah di terangkan tentang usaha ulama dalam menghadapi pemalsuan hadist. Disini saya sangat penasaran bagaimana usaha tersebut, dan apakah usaha tersebut bisa mudah di amalkan oleh orang-orang awam seperti saya yang mungkin kurang selektif dalam menerima atau menyebarkan informasi.

Langkah-langkahnya adalah :

  • Mengharuskan adanya sanad dalam setiap periwayatan hadist.
  • Harus meneliti dengan cermat setiap hadist yang beredar.
  • Menyuruh khalayak umum untuk menghindari orang-orang yang melakukan pemalsuan hadist.
  • Menetapkan kaidah-kaidah untuk mengetahui mana hadist palsu dan mana yang hadist shahih.

Nah, bagaimana caranya mengatasi hadist-hadist palsu yang telah beredar tersebut? Mungkin kita bisa lebih peduli dan lebih bisa memeverifikasi apakah informasi atau hadist tersebut benar adanya, kemudian mengikuti komunitas atau majelis keagamaan agar dapat menambah pengetahuan kita tentang hadist-hadist shahih, karena dengan pengetahuan yang kuat umat muslim akan menjadi lebih faham dan lebih waspada terhadap penyebaran hadist palsu dan menghindari penyebaran informasi yang keliru.

Selanjutnya, apakah mengamalkan hadist maudhu' (hadist palsu) itu di perbolehkan? Menurut saya hadist palsu merupakan kebohongan yang seburuk- buruknya. (alasan mengapa) Bahkan ada yang mengatakan bahwa seluruh ulama sepakat mengharamkan penyampaian hadist palsu, dan imam As-Suyuthi pernah mengatakan "Haram bagi seseorang meriwayatkan hadist yang dia ketahui palsu, baik menyangkut hukum, kisah, taghrib, tahdzib dan sebagainya".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun