Mohon tunggu...
Silvia Tifani
Silvia Tifani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universtas Andalas

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Psikologi: Pentingnya Mental Health dan Bahaya Self-diagnose

14 Juni 2023   20:46 Diperbarui: 14 Juni 2023   21:01 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Psikologi merupakan studi yang perlu diperhatikan pada saat sekarang ini. Studi ini berkaitan dengan kesehatan manusia secara mental yang mana juga akan berpengaruh terhadap fisik.

Menurut Nurliani, dalam jurnal psikologi pada tahun 2016, psikologi secara etimologi merupakan "ilmu jiwa". Dapat diartikan bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa. Maka dari itu, ilmu ini mempelajari mengenai kesehatan jiwa, atau kesehatan mental. Pada saat ini, sudah banyak orang di seluruh dunia yang aware terhadap mental health, namun di Indonesia sendiri, kesadaran akan mental health masih kurang. Menurut salah satu mahasiswa psikologi Universitas Negeri Padang, di Indonesia, mental yang sehat akan menjadikan fisik yang sehat juga.

Namun, maraknya isu mental health pada zaman sekarang, banyak juga orang yang melakukan self diagnose terhadap diri mereka sendiri. Banyaknya info-info mengenai mental health membuat banyak orang mendiagnosa diri mereka sendiri bahwa sedang mengalami masalah mental. Tentunya hal ini sangat tidak benar dan justru jika melakukan self-diagnose, akan menyebabkan masalah psikologi lainnya, seperit ketakutan yang tidak perlu. Seringkali, ketika mencari gejala secara online, hasilnya akan mengarah pada penyakit yang serius atau langka, sementara nyatanya gejala tersebut mungkin disebabkan oleh masalah kesehatan yang lebih umum dan ringan. Bahaya lainnya yaitu Penundaan perawatan yang tepat. 

Jika seseorang mengandalkan self-diagnosa yang salah, mereka mungkin menunda kunjungan ke profesional medis yang sebenarnya diperlukan. Penundaan ini dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang sudah ada menjadi semakin buruk seiring waktu. Dan hal ini dapat membuat seseorang mengabaikan masalah yang sebenarnya. Gejala tertentu mungkin menunjukkan masalah yang lebih serius, dan dengan mengabaikannya, kondisi yang mendasarinya dapat berkembang tanpa perawatan yang tepat. Jika kita mendiagnosa diri sendiri, juga akan mempengaruhi kita untuk mengonsumsi obat yang tidak perlu. Jika seseorang menganggap mereka menderita suatu kondisi tertentu berdasarkan self-diagnosa yang tidak akurat, mereka mungkin mencoba mengobatinya sendiri dengan obat yang tidak perlu. Penggunaan obat yang salah dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan dan bahkan membahayakan kesehatan secara keseluruhan.

Oleh karena untuk mendiagnosa seseorang mengalami masalah mental, perlu dilakukan beberapa prosedur oleh seorang ahli yang profesional dan berkualifikasi untuk dapat melakukan diagnosa yang akurat berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan tes yang relevan. Seorang ahli dalam psikologi disebut psikolog. Untuk mendiagnosa masalah mental yang diahadapi seseorang, seorang psikolog perlu melakukan beberapa tes psikologi atau yang dikenal dengan psikotes baik itu berupa pertanyaan dan pernyataan. Barulah seorang psikolog bisa mendiagnosis masalah mental apa yang sedang dialami oleh seseorang. Hal ini jika berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Berbeda lagi dengan gangguan mental. Untuk menangani seseorang dengan gangguan mental, bukan ranah psikolog lagi, melainkan harus ditangani oleh pskiater yang perlu prosedur medis.

Pada zaman sekarang, banyak yang mengatakan bahwa generasi sekarang mempunyai mental yang lebih lemah daripada generasi dahulu. Hal ini dibenarkan oleh Valerina, mahasiswa psikologi selaku narasumber, yang mengatakan bahwa salah satu penyebab lemahnua mental generasi sekarang adalah karena gadget. Keseringan melihat gadget, sosial media yang memperlihatkan akun-akun orang lain membuat seseorang merasa insecure, rendah diri, dan membandingkan diri mereka dengan akun-akun lain di media sosial. Hal ini dapat menyebabkan masalah mental seperti stress, depresi anxiety disorder, dan lainnya. Untuk itu, memang perlu pengetahuan akan kesehatan mental namun harus didasari kepada seorang ahli dan tidak bisa didiagnosa oleh diri sendiri.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun