Mohon tunggu...
Silvi Enggar Budiarti
Silvi Enggar Budiarti Mohon Tunggu... Lainnya - Staff

Badminton lovers | Korean enthusiast | Love traveling, sight seeing, and wandering

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melepas Rasa Penasaran Terhadap Museum MACAN dan Karya Yayoi Kusama

16 September 2018   21:13 Diperbarui: 16 September 2018   21:24 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pollen, sebuah jenis karya yg disebut patung lunak karena terbuat dari bahan lunak, seperti kain dan isian empuk - dokpri

Foto teman di Narcissus Garden yg saat itu masih boleh berfoto masuk ke dalam area bola-bola cermin - cr IG @tantrijuliyanti
Foto teman di Narcissus Garden yg saat itu masih boleh berfoto masuk ke dalam area bola-bola cermin - cr IG @tantrijuliyanti
Dalam karya Early Works,  seni yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh tekanan yang dialami di  rumah. Seni menjadi pelarian bagi Kusama dan juga caranya untuk  mengatasi gejala halusinasi yang ia alami terus menerus sejak kecil.

Sepilihan lukisan Infinity Nets yang tersohor juga tampak dipamerkan. Kusama mendapat inspirasi motif  ini ketika mengamati gelombang Samudera Pasifik dari jendela pesawat  dalam perjalanannya dari Jepang menuju Amerika Serikat tahun 1957.  

Jaring tak berhingga - dokpri
Jaring tak berhingga - dokpri
Saat  Kusama kembali ke tanah airnya, ia kembali menekuni motif-motif yang  menjadi ciri khas karyanya seperti polkadot, bunga, dan labu. Kusama  membuat karya bernama Pollen yang merupakan bagian tengah dari  bunga yang dikelilingi oleh kelopak bunga. Terinspirasi dari keluarganya  yang pernah memiliki perkebunan benih dan salah satu hasil produksinya  adalah bunga.

Pollen, sebuah jenis karya yg disebut patung lunak karena terbuat dari bahan lunak, seperti kain dan isian empuk - dokpri
Pollen, sebuah jenis karya yg disebut patung lunak karena terbuat dari bahan lunak, seperti kain dan isian empuk - dokpri
Experiments in Japan, Kusama pindah secara permanen ke sebuah rumah sakit jiwa di Tokyo dan membangun studio di seberang jalan - dokpri
Experiments in Japan, Kusama pindah secara permanen ke sebuah rumah sakit jiwa di Tokyo dan membangun studio di seberang jalan - dokpri
Seri lukisan berjudul Love Forever dikembangkan dari gambar monokrom dan gambar khas anak-anak menampilkan  objek-objek yang pernah Kusama lihat di dalam hidupnya. Gambaran mata  dengan bulu mata menyolok, polkadot, profil wajah, makhluk biomorfis,  dan bunga hadir bersebelahan dengan garis dan pola organik, menyebar di  seluruh permukaan kanvas.

Di dekat lukisan Love Forever, terdapat kotak intip bertajuk I Want to Love on the Festival Night.  Pengunjung dapat memasukkan kepala ke dalam lubang yang tersedia dan  menyaksikan rentetan LED warna-warni yang menyala berirama.

Objek apa saja yang dapat ditemukan pada lukisan ini? - dok Eryani Ningrum
Objek apa saja yang dapat ditemukan pada lukisan ini? - dok Eryani Ningrum
Can you spot me at the festival night? - dokpri
Can you spot me at the festival night? - dokpri
Lukisan Kusama terinspirasi dari aliran seni improsionisme abstrak, terlihat pada bagian seri berjudul My Eternal Soul.  Bagi orang awam mungkin saat melihat lukisan berwarna milik Kusama ini  hanya terlihat seperti coretan tak berwujud.

Di situlah uniknya sebuah  karya seni, tidak semua orang dapat memahami perasaan dan ikut masuk ke  dunia imajinatif seniman saat membuat suatu karya.

Sedang berpikir
Sedang berpikir
Masuk  lebih dalam ke area museum dihadapkan antrian yang sebelumnya tidak  tahu antrian untuk apa dan ternyata antrian untuk meninggalkan jejak dan  mengambil foto di Infinity Mirrored Room, ruangan kecil berupa  kaca, LED, metal yang bagian bawahnya dikelilingi air dan sudah pasti  ga boleh dilewatkan meskipun harus antri kurang lebih 40 menit. Sebelum  masuk ruangan, ada petugas yang memberitahu situasi dalam ruangan dan  aturan yang harus diikuti seperti tidak boleh menggunakan flash saat  berfoto, dan di dalam hanya diberi waktu 15 detik. Jadi jangan lama-lama  ya di ruangan, ada time keeper-nya yang akan mengetuk-ngetuk pintu  ketika waktunya sudah habis.

Belum afdol kalau ga foto di Infinity Room yang hits ini - dokpri
Belum afdol kalau ga foto di Infinity Room yang hits ini - dokpri
Nah  kesalahan saya adalah setelah dari Infinity Room saya langsung ke pintu  exit, padahal belum menemukan ruangan yang penuh tempelan sticker  warna-warni alhasil ngantri lagi tapi itupun salah, karena ruangannya  ada di lantai atasnya. Padahal saya udah mengambil buku museum guide  sewaktu antri masuk area pameran tapi tidak disimak dengan baik jadilah  kelewat ga masuk instalasi The Spirits of The Pumpkins Descended Into The Heavens dan Dots Obsession nya.

Polkadot & labu, motif ikonik Yayoi Kusama - dokpri
Polkadot & labu, motif ikonik Yayoi Kusama - dokpri
Alhamdulillah  ga kelewat masuk ke ruangan yang awalnya berlatar putih menjadi penuh  dengan tempelan sticker berwarna-warni bernama The Obliteration Room.  Semasa kecilnya, Kusama mulai melihat dunia melalui sebuah layar penuh  berisi polkadot mungil, yang menyelubungi apapun yang ia lihat bahkan di  seluruh tubuhnya.

Di ruangan ini, Kusama yang terobsesi pada  polkadot mengajak pengunjung untuk bergabung dan bersenang-senang  mengisi dan menutupi seluruh permukaan ruangan menggunakan sticker  polkadot berwarna-warni yang diberikan staff sebelum masuk ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun