Mohon tunggu...
Silvi Enggar Budiarti
Silvi Enggar Budiarti Mohon Tunggu... Lainnya - Staff

Badminton lovers | Korean enthusiast | Love traveling, sight seeing, and wandering

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Revolusi Pesantren dan Santri Millennial yang Berdaya Saing

28 November 2017   01:11 Diperbarui: 28 November 2017   01:25 2748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu booth pesantren di IIEE 2017 (dokpri)

kaligrafi dari limbah telur pabrik roti karya santri Ponpes Al Ashriyyah Nurul Iman - dokpri
kaligrafi dari limbah telur pabrik roti karya santri Ponpes Al Ashriyyah Nurul Iman - dokpri
Santri Millennial yang Beriman, Berilmu, dan Berdaya Saing

Sebutan millennial saat ini sedang populer di masyarakat Indonesia. Istilah ini biasanya disematkan pada mereka yang terlalu sibuk dengan gadgetnya dan generasi ini juga sering dicap sebagai generasi instan (ingin maju tetapi tidak ingin bersusah payah). Generasi millennial lahir di era kecanggihan teknologi, dan internet telah menjadi kebutuhan dasar yang dapat memberikan peluang dan kemudahan dalam aktivitas sehari-hari.

Rombongan siswa yang hadir mengunjungi expo IIEE 2017 (dokpri)
Rombongan siswa yang hadir mengunjungi expo IIEE 2017 (dokpri)
Bagaimana dengan santri ? Aturan di pesantren terkait gadgetbermacam-macam, ada yang tidak diperbolehkan sama sekali membawa HP, tablet, laptop dan sejenisnya atau ada yang memperbolehkan membawa gadgetnamun penggunaannya terbatas misal hanya pada saat hari libur selanjutnya dititipkan pada pengurus. 

Karena itu santri sering dicap kolot dan kurang up date. Padahal hal itu bertujuan agar santri selalu fokus dan tidak bermalas-malasan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di pesantren. Namun pesantren yang tidak menutup diri dari dunia luar pasti menyediakan sarana dan akses agar santri mengetahui perkembangan dan informasi  dari berbagai media misal sambungan internet di laboratorium komputer sekolah, tersedia televisi  di ruang makan, dan sumber bacaan seperti koran dan majalah.

Tinggal di lingkungan pondok pesantren, santri hidup tanpa kemanjaan dari orang tua, artinya mereka tidak diajarkan mencapai sesuatu secara instan. Santri diajarkan untuk hidup mandiri, disiplin, solidaritas, tenggang rasa, dan keterampilan hidup lainnya. Santri harus bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan baru dan bekerjasama dengan pengurus, santri lainnya, dan lingkungan sekitar.

Mental, spirit, moral, dan intelektual santri dibentuk oleh kurikulum pesantren agar siap menghadapi kehidupan yang terbuka dan juga kritis terhadap suatu peristiwa serta tidak terbawa pengaruh arus radikalisme.

Sudah menjadi hal yang umum bahwa santri biasa menulis dalam mengisi waktu luangnya di pondok pesantren. Tulisan dapat berupa kehidupan santri di pondok pesantren, cerita fiksi, komik, sampai pada hal jihad yang aktif mensosialisasikan Islam yang toleran, anti kekerasan, dan cinta damai di dunia maya. Santri juga dapat mengasah dan menyalurkan kemampuan menulisnya pada website www.santrinulis.com dan mengikuti aktivitas pelatihan menulis hingga menerbitkan buku.

launching buku yang ditulis oleh santri tiap tgl 22 Okt (hari santri) - dokpri
launching buku yang ditulis oleh santri tiap tgl 22 Okt (hari santri) - dokpri
Dan akhirnya, santri sebagai output pesantren harus serbabisa, dan up to date.Tidak hanya mengedepankan iman namun juga ilmu yang berakhlak dan berkualitas serta mampu bersaing secara global.

Bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya dan khawatir akan paparan radikalisme sebaiknya mencari informasi sebanyak-banyaknya dan bila perlu bertanya pada Kemenag soal izin ponpes dan adanya potensi radikal dari ponpes yang akan dipilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun