Mungkin dari kita sudah tidak asing dengan nama Owa  dan pernah melihatnya terlebih bagi yang sudah pernah berkunjung ke Pusat Primata Schmutzer termasuk saya yang sudah pernah ke pusat primata yang berada di Kebun Binatang Ragunan tersebut. Namun saat itu tidak banyak tahu tentang primata jenis kera itu karena hanya sekedar jalan-jalan dan melihat-lihat hewan primata apa saja yang ada di sana.
Pada tanggal 13 November kemarin, saya dan 19 orang kompasianer lainnya berkesempatan mengunjungi Owa Jawa dalam rangka visit bersama Pertamina yang turut berkontribusi dalam pelestarian Owa Jawa.
Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Perjalanan dimulai dari Bentara Budaya Jakarta (BBJ) menuju Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), TNGG Pangrango.  Sesampainya di pintu utama, kami dihadapkan oleh barisan Land Rover jeep yang siap mengantarkan kami menuju kawasan hutan Bodogol. Awalnya jeep bergerak melewati perkampungan warga, kemudian medan menjadi semakin sulit dengan jalanan yang licin, becek, dan bergelombang. Kami juga disuguhkan  pemandangan alam yang indah dengan latar Gunung Gede, kebun-kebun yang ditanami  tanaman palawija,  namun di sisi lainnya adalah jurang yang cukup membuat adrenalin meningkat.
Primata Setia Itu Bernama Owa Jawa
Memiliki nama latin Hylobates moloch, biasa juga disebut silver gibbon karena tubuhnya yang berwarna abu-abu. Owa Jawa tidak memiliki ekor dan memiliki tangan yang panjang untuk bergelantungan dan berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Owa Jawa merupakan hewan diurnal dan arboreal yang sepenuhnya hidup di atas tajuk pepohonan. Mereka hidup dengan memakan buah-buahan, daun, dan bunga-bungaan. Hidup secara berkelompok dengan keluarganya yang terdiri dari pasangan dan anak-anaknya. Ciri khas dari Owa Jawa ini adalah mereka merupakan pasangan yang setia (monogami). Rata-rata mereka melahirkan sekali setiap tiga tahun  dengan masa mengandung selama 7 bulan. Anak-anaknya disusui hingga usia 18 bulan, dan terus bersama keluarganya sampai dewasa sekitar umur 8 tahun. Owa muda kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya sendiri. Owa Jawa ini juga unik, mereka selektif dalam memilih pasangannya.
Upaya Melindungi Keberadaan Owa Jawa
"If you put a gibbon inside a cage, you might as well keep a pig. It is not because the gibbon is then not clever or swift anymore, but because he has no opportunity for displaying his abilities" Huai-nan-tz
Melihat kondisi tersebut, sebagai bentuk komitmen dan kepedulian PT. Pertamina EP Asset 3 Subang Field bekerja sama dengan Yayasan Owa Jawa yang bergerak di rehabilitasi dan habituasi  (ditimbulkan kembali jiwa liarnya) Owa Jawa sejak tahun 2013 yang salah satunya di Javan Gibbon Center (JGC), kawasan hutan konservasi Bodogol, TNGGP.  Aksi yang dilakukan dalam pelestarian Owa Jawa antara lain penanaman 1.000 pohon pakan, melakukan edukasi ke lebih dari 100 sekolah, media, dan masyarakat sekitar Gunung Puntang. Sejak tahun 2013, pelepasan dan pemantuan terhadap 18 individu sudah menghasilkan 2 anak Owa Jawa yang lahir di alam bebas. Setiap tahunnya Pertamina mengeluarkan dana Rp 500 juta untuk aksi penyelamatan satwa langka ini.
Proses rehabilitasi berlangsung sekitar 7-9 tahun. Mereka dipulihkan keliarannya, kesehatannya sampai siap dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya. Untuk itu yang dapat berkunjung di JGC sangat dibatasi jumlahnya hanya sekitar 5-6 orang saja karena kalau banyak bertemu dan berinteraksi dengan pengunjung maka akan memerlukan waktu lebih lama lagi untuk menjadi liar, selain itu penularan penyakit juga lebih mudah. Proses habituasi kurang lebih selama 2 bulan dan selanjutnya dilepasliarkan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar, Bandung.
Mirisnya adalah penjual Owa Jawa dapat dengan mudah ditemukan melalui internet. Peminat bayi-bayi Owa Jawa juga cukup banyak karena hewan ini memang menggemaskan namun kita juga harus sadar akan keberadaanya yang dilindungi. Di Indonesia hukumnya sudah jelas bagi pelaku perdagangan satwa dilindungi dijerat Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem dengan hukuman lima tahun kurungan dan denda 100 juta rupiah (peraturan).
Selain berkontribusi dalam pelestarian alam, Pertamina EP Asset 3 Subang Field juga memiliki program CSR lainnya melalui pemberdayaan masyarakat. Minanti Putri Staff CSR PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field memaparkan tema program CSR tahun ini adalah "Go Waste, Go Virus" dengan fokus di wilayah Pantura. Ada rumah inspirasi yang berlatar belakang dari banyaknya sampah, pengangguran dan lansia. Kemudian ada rumah pantura karena tingginya angka HIV-AIDS di Pantura. Selain itu juga ada budidaya jamur merang dan kelompok binaan dalam pembuatan handycraft dan makanan. Banyak penghargaan yang telah diraih Pertamina selama melakukan kegiatan CSR.
Kedepannya, Pertamina tidak hanya support penyelamatan owa jawa tetapi juga hewan yang terancam punah lainnya seperti elang jawa, dan macan tutul. Dan kita juga dapat ikut melestarikan alam dengan tidak membeli satwa-satwa langka yang dilindungi. Sehingga kita tidak kehilangan suara merdu dan menenangkan yang diberikan oleh alam, ekosistem pun terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H