Mohon tunggu...
Silvi Enggar Budiarti
Silvi Enggar Budiarti Mohon Tunggu... Lainnya - Staff

Badminton lovers | Korean enthusiast | Love traveling, sight seeing, and wandering

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Lebih Dekat dengan Owa Jawa, Primata Setia yang Terancam Punah dan Upaya Melindunginya

21 November 2017   11:37 Diperbarui: 21 November 2017   12:53 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bonus setelah visit owa jawa - late lunch @Warso Durian Farm & rafting di Caringin (dokpri)

Mungkin dari kita sudah tidak asing dengan nama Owa  dan pernah melihatnya terlebih bagi yang sudah pernah berkunjung ke Pusat Primata Schmutzer termasuk saya yang sudah pernah ke pusat primata yang berada di Kebun Binatang Ragunan tersebut. Namun saat itu tidak banyak tahu tentang primata jenis kera itu karena hanya sekedar jalan-jalan dan melihat-lihat hewan primata apa saja yang ada di sana.

Pada tanggal 13 November kemarin, saya dan 19 orang kompasianer lainnya berkesempatan mengunjungi Owa Jawa dalam rangka visit bersama Pertamina yang turut berkontribusi dalam pelestarian Owa Jawa.

Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Perjalanan dimulai dari Bentara Budaya Jakarta (BBJ) menuju Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), TNGG Pangrango.  Sesampainya di pintu utama, kami dihadapkan oleh barisan Land Rover jeep yang siap mengantarkan kami menuju kawasan hutan Bodogol. Awalnya jeep bergerak melewati perkampungan warga, kemudian medan menjadi semakin sulit dengan jalanan yang licin, becek, dan bergelombang. Kami juga disuguhkan  pemandangan alam yang indah dengan latar Gunung Gede, kebun-kebun yang ditanami  tanaman palawija,  namun di sisi lainnya adalah jurang yang cukup membuat adrenalin meningkat.

Land Rover Jeep yang membawa kami memasuki kawasan PPKAB (dokpri)
Land Rover Jeep yang membawa kami memasuki kawasan PPKAB (dokpri)
Setelah menikmati pengalaman dan keseruan perjalanan off road, kami tiba di PPKAB dan langsung disambut oleh Owa Jawa yang memperlihatkan dirinya kepada kami. Beruntungnya kami dapat menyaksikan langsung Owa Jawa bergerak bebas di habitat aslinya di atas pohon. Sebelum trekking ke dalam hutan untuk melihat keanekaragaman hayati yang hidup di sana, kami diberi penjelasan seputar PPKAB oleh Ibu Badriah selaku Kepala Bidang Wilayah Bogor Untuk Balai Besar TNGG Pangrango. Menurutnya, Ada tiga spesies kunci di TNGGP yaitu Owa Jawa, Macan Tutul dan Elang Jawa. Populasi Owa Jawa di bidang wilayah Bogor kurang lebih ada 13 kelompok (keluarga). Setiap pagi biasanya mereka mengeluarkan bunyi-bunyian (morning call) untuk menunjukkan kelompoknya sudah bangun dan siap untuk melakukan aktivitasnya dan juga menandai teritorialnya. Selama trekking ke dalam hutan, kami dikenalkan dengan hewan dan tanaman yang hidup di sana, bahkan mencicipi tanaman herbal yang dapat dikonsumsi ketika batuk.

Menelusuri keanekaragaman hayati di hutan Bodogol (dokpri)
Menelusuri keanekaragaman hayati di hutan Bodogol (dokpri)
Taman nasional dikelola dengan sistem zonasi (zona inti, rimba, pemanfaatan). Zona-zona tersebut merefleksikan seberapa ketat pengelolaan yg harus dilakukan. Pada zona inti tidak boleh ada perubahan apapun, zona rimba merupakan penyangganya zona inti, zona pemanfaatan boleh dikunjungi karena pemanfaatan yang  boleh ada di TNGGP adalah pemanfaatn wisata alam, pendidikan, penelitian sehingga TNGGP sudah terbiasa menerima peneliti, pengunjung tergantung kepada tujuannya kalau ingin berwisata alam cukup dengan tiket dan melakukan reservasi . Dari awal PPKAP didirikan tahun 1998 sudah menggunakan pola zonasi untuk mengelolanya. Pengelola TNGGP sedang berusaha membangun ekowisata supaya ada unsur pendidikannya, dan pemberdayaan masyarakat.

Primata Setia Itu Bernama Owa Jawa

Memiliki nama latin Hylobates moloch, biasa juga disebut silver gibbon karena tubuhnya yang berwarna abu-abu. Owa Jawa tidak memiliki ekor dan memiliki tangan yang panjang untuk bergelantungan dan berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Owa Jawa merupakan hewan diurnal dan arboreal yang sepenuhnya hidup di atas tajuk pepohonan. Mereka hidup dengan memakan buah-buahan, daun, dan bunga-bungaan. Hidup secara berkelompok dengan keluarganya yang terdiri dari pasangan dan anak-anaknya. Ciri khas dari Owa Jawa ini adalah mereka merupakan pasangan yang setia (monogami). Rata-rata mereka melahirkan sekali setiap tiga tahun  dengan masa mengandung selama 7 bulan. Anak-anaknya disusui hingga usia 18 bulan, dan terus bersama keluarganya sampai dewasa sekitar umur 8 tahun. Owa muda kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya sendiri. Owa Jawa ini juga unik, mereka selektif dalam memilih pasangannya.

Owa Jawa (dok Pertamina)
Owa Jawa (dok Pertamina)
Owa Jawa merupakan primata endemik Pulau Jawa yang termasuk satwa langka dan dilindungi karena keberadaanya terancam punah dengan estimasi tinggal 2000 -- 4000 individu. Penyebaran satwa ini terbatas hanya dapat dilihat dan ditemukan di sejumah kawasan konservasi seperti di TNGG Pangrango, TNG Halimun Salak, Taman Nasional Ujung Kulon, dan sekitar pegunungan Dieng. Keberadaan Owa Jawa dalam hutan memiliki peranan penting sebagai penyebar biji dan membantu regenarasi hutan secara alami. Kehadiran Owa Jawa juga dapat menjadi indikator sehatnya ekosistem sebuah hutan.

Upaya Melindungi Keberadaan Owa Jawa

"If you put a gibbon inside a cage, you might as well keep a pig. It is not because the gibbon is then not clever or swift anymore, but because he has no opportunity for displaying his abilities" Huai-nan-tz

Rehabilitasi Owa Jawa (dok Pertamina)
Rehabilitasi Owa Jawa (dok Pertamina)
Berdasarkan daftar organisasi konservasi dunia IUCN & PP No. 7 tahun 1999, Owa Jawa termasuk dalam satwa terancam punah & dilindungi. SK Dirjen KSDAE No. 180/IV-KPTS/2015 menetapkan Owa Jawa menjadi salah satu dari 25 jenis satwa prioritas yang terancam punah (@KementerianLHK). Ancaman kepunahan berasal dari pembukaan hutan, perburuan untuk dipelihara dan diperjualbelikan. Sifatnya yang monogami, membuat Owa Jawa memiliki ikatan keluarga yang kuat. Jika ada anggota keluarga yang hilang karena mati atau diburu maka anggota keluarga lainnya akan merasa stress hingga menyebabkan kematian. Waktu reproduksi yang relatif lama juga membuatnya terancam punah.

Melihat kondisi tersebut, sebagai bentuk komitmen dan kepedulian PT. Pertamina EP Asset 3 Subang Field bekerja sama dengan Yayasan Owa Jawa yang bergerak di rehabilitasi dan habituasi  (ditimbulkan kembali jiwa liarnya) Owa Jawa sejak tahun 2013 yang salah satunya di Javan Gibbon Center (JGC), kawasan hutan konservasi Bodogol, TNGGP.  Aksi yang dilakukan dalam pelestarian Owa Jawa antara lain penanaman 1.000 pohon pakan, melakukan edukasi ke lebih dari 100 sekolah, media, dan masyarakat sekitar Gunung Puntang. Sejak tahun 2013, pelepasan dan pemantuan terhadap 18 individu sudah menghasilkan 2 anak Owa Jawa yang lahir di alam bebas. Setiap tahunnya Pertamina mengeluarkan dana Rp 500 juta untuk aksi penyelamatan satwa langka ini.

Proses rehabilitasi berlangsung sekitar 7-9 tahun. Mereka dipulihkan keliarannya, kesehatannya sampai siap dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya. Untuk itu yang dapat berkunjung di JGC sangat dibatasi jumlahnya hanya sekitar 5-6 orang saja karena kalau banyak bertemu dan berinteraksi dengan pengunjung maka akan memerlukan waktu lebih lama lagi untuk menjadi liar, selain itu penularan penyakit juga lebih mudah. Proses habituasi kurang lebih selama 2 bulan dan selanjutnya dilepasliarkan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar, Bandung.

Mirisnya adalah penjual Owa Jawa dapat dengan mudah ditemukan melalui internet. Peminat bayi-bayi Owa Jawa juga cukup banyak karena hewan ini memang menggemaskan namun kita juga harus sadar akan keberadaanya yang dilindungi. Di Indonesia hukumnya sudah jelas bagi pelaku perdagangan satwa dilindungi dijerat Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem dengan hukuman lima tahun kurungan dan denda 100 juta rupiah (peraturan).

Selain berkontribusi dalam pelestarian alam, Pertamina EP Asset 3 Subang Field juga memiliki program CSR lainnya melalui pemberdayaan masyarakat. Minanti Putri Staff CSR PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field memaparkan tema program CSR tahun ini adalah "Go Waste, Go Virus" dengan fokus di wilayah Pantura. Ada rumah inspirasi yang berlatar belakang dari banyaknya sampah, pengangguran dan lansia. Kemudian ada rumah pantura karena tingginya angka HIV-AIDS di Pantura. Selain itu juga ada budidaya jamur merang dan kelompok binaan dalam pembuatan handycraft dan makanan. Banyak penghargaan yang telah diraih Pertamina selama melakukan kegiatan CSR.

Kedepannya, Pertamina tidak hanya support penyelamatan owa jawa tetapi juga hewan yang terancam punah lainnya seperti elang jawa, dan macan tutul. Dan kita juga dapat ikut melestarikan alam dengan tidak membeli satwa-satwa langka yang dilindungi. Sehingga kita tidak kehilangan suara merdu dan menenangkan yang diberikan oleh alam, ekosistem pun terjaga.

Bonus setelah visit owa jawa - late lunch @Warso Durian Farm & rafting di Caringin (dokpri)
Bonus setelah visit owa jawa - late lunch @Warso Durian Farm & rafting di Caringin (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun