Mohon tunggu...
Silvha Darmayani
Silvha Darmayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Andalas

Everything will be fine

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Bagian Ini

11 November 2021   11:23 Diperbarui: 11 November 2021   11:30 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada bagian ini aku ingin berkata padamu;
Aku sudah berjalan cukup jauh, meninggalkan masa kanak-kanak. Belajar memahami tuntutan dan tantangan hidup, hingga membuatku berhasil dewasa, menghadapi lika-liku yang semula kupikir suit untuk dilalui. Tapi pada akhirnya aku menang, dengan caraku sendiri.

Pada bagian ini, akan kusampaikan; aku ingin menangis sepanjang usiaku, sekali sehari bukan untuk apapun yang sudah terjadi. Tapi untuk mengapresiasi diri, untuk segala perjuanganku, untuk segenap ambisiku, dan semua yang harus kupulangkan pada takdir.

Pada bagian ini. Aku juga ingin menangis, untuk mengenangmu.
Aku juga ingin menangis, sebab tidak sempat merealisasikan permintaanmu. Menjadi sebaik baiknya dalam bersikap, sebaik-sebaiknya bentuk, sebaik-baiknya kehidupan yang dimiliki. 

Mungkin semua kriteria itu, tidak satupun yang melekat dalam diriku. Tapi ketika kau mencari di tempat lain, aku rasa kau pasti akan menemuinya, bahkan lebih dari standarisasi kriteria yang kau punya.

Namun ada satu hal.

Kau belum tentu bisa menemukan seseorang yang di dalam dirinya mengalir darah ketegaran, ketabahan, juga keikhlasan menerima takdir Tuhan. Memang kadangkala ia melawan, sebab tidak sanggup menanggung beban-beban itu sendiri.

Tapi pada akhirnya ia sadar, bahwa perlawanan-perlawanan itu tidak akan pernah bisa mengubah ketetapan Tuhan. Tidak akan mampu menghasilkan ketenangan, dan kedamaian. Hingga dia didewasakan oleh segala bentuk penerimaan. Sejak ia masih kecil, sejak ia berupaya menunjukkan senyum, di luar air mata yang kerap berlinang, namun tidak sekalipun ditunjukkannya pada orang lain.

Pada bagian ini Aku juga ingin memberitahukan bahwa
Aku merindukanmu. 

Rindu saling bertukar kabar, saat kau menanya keadaanku, kubalas dengan menanyakan bagaimana harimu. Juga saat kau bermurah hati mendengar ulasan harianku yang amat membosankan. Dan kau yang selalu mendukungku untuk menulis, menulis untuk apapun yang terjadi-termasuk menulis tentangmu.

Aku selalu berharap dapat mendengar suaramu lagi. Suara yang sering menyelinap setiap penghujung malam, di tengah aku yang tidak memiliki teman-teman, kecuali kesendirian. Aku ingin bertemu dengan kau sekali saja dalam hidupku, untuk kali pertama. 

Meski hanya di mimpi, yang bilamana mimpiku selesai ketika bangun, kau juga ikut selesai dan berakhir untuk kutemui di sana.

Pada bagian ini. Aku tidak benar-benar berjanji akan melupakanmu dengan cepat. Tapi aku akan berusaha semampuku, untuk menetralkan ketidakmungkinan yang pernah merasa aku mungkinkan dulu. Sekarang aku mesti merilakan kau pelan-pelan, sebab tidak semua yang aku inginkan, harus tereksekusi menjadi kenyataan.

Pada bagian ini. Aku ingin mengatakan,
"Haruskah kau tahu bahwa aku mencintaimu?"

Bila iya. Jelaskan padaku mengapa aku harus melakukannya! Apa itu akan mengubah keputusanmu meninggalkanku?

Apa kau juga akan tetap tinggal, dan melanjutkan cerita yang belum sempat kau tamatkan. Atau kau akan memilihku sebagai kekasihmu?

Aku rasa mustahil kau melakukannya. Mungkin juga sia-sia. Bagai air yang telah keruh dalam waktu yang lama, disuling dengan alat paling mutakhir sekalipun, tetap tidak akan mengubah masa lalu air tersebut, air yang pernah keruh.

Tapi air itu juga yang memberiku pelajaran, perihal kehidupan tidak boleh jalan di tempat Hari kemarin sudah tiada, hari ini harus selalu berusaha, karena esok akan tetap berlanjut. bagaimanapun keadaannya. 

Pada bagian ini aku juga ingin memberitahu kau lagi,
suatu hari ketika aku dan kau telah menemukan sebaik-baik kekasih yang kita cari selama ini. 

Kuharap kau temukan seseorang yang membahagiakanmu, seseorang yang menerbitkan senyum tulus di air mukamu. 

Seseorang yang bisa meredakan amarahmu, seseorang yang memiliki solusi prima, untuk masalah yang tak dapat kau atasi sendiri. 

Seseorang yang mampu membuat kau bangga, akan pretasinya, pencapaiannya. Seseorang yang terus membuat kau jatuh cinta, setiap kali melihat sinar di matanya.

Seseorang yang menjadi alasan, kenapa kau bahagia. Seseorang yang terbiasa menang dan bahagia dalam hidupnya.

Dan aku? Bukanlah orangnya.
Sekali lagi, bukan aku orangnya.

Kepada kekasih yang tak pernah jadi kekasihku, 11 November 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun