Mohon tunggu...
Bang SB
Bang SB Mohon Tunggu... Jurnalis -

Bang SB dimasa kanak kanaknya kerap jualan bakwan, menulis untuk diri sendiri, pernah jadi supir angkot nasib baik memberinya rezeki hingga mampu beli android

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Nyata: Ibu, Sakit ... Aku Lelah Ibu

1 Desember 2016   22:35 Diperbarui: 2 Desember 2016   00:53 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tenang ibu, kenapa ibu? Ayo kita duduk dulu, ceritakan apa yang bisa saya bantu, ujarnya. Rahma mulai tenang dan berusaha menjelaskan apa yang menjadi bebannya,

Semua usaha, semua aksi nekatnya, semua tangisan dan air mat ini karena amri, iya amri, putra buah jalinan kasihnya dengan suaminya. Amri, bocah cilik berusia sepuluh tahun, sedang menangis menahan sakit karena terjadinya pembengkakan tubuhnya. Pembengkakan yang membuatnya ngga bisa bermain lagi bahkan sudah berhenti sekolah. Amri, bocah cilik yang biasanya riang, sekarang sering menangis dan menahankan sakit, bersama rasa takutnya, berteman dengan cita citanya, dibalik anyaman bambu dinding rumahnya, menanti sang ibu yang sedang mencari keberuntungan, berharap keajaiban sang ayah yang mendayung becak dengan keringatnya, membawa uang yang cukup untuk membawa amri ke rumah sakit.

Enam bulan sudah, Rahma dan suaminya, hanya mengobati amri dengan belaian, kadang memberinya minyak minyak tradisional, mengolesi bagian yang bengkak dengan daun daun yang dijumpai di pinggir pinggir jalan. Rahma tau dan sadar bahwa minyak yang diolesi, daun yang diremas tidak akan menyembuhkan derita amri. Ah mana tau, coba coba ternyata berkhasiat, gumamnya dalam hati. Berapa rumah sakit dan puskesmas yang ditemui, hanya menyarankan operasi, namun ketika rahma bercerita tentang ketiadaan uang, semua mengelak. Ada yang mengelak dengan simpati, bahkan ada yang menolak dengan kasar.

Di tengah malam yang larut, ketika amri sudah tertidur karena tenaga yang terkuras menahan sakit, rahma dan suaminya, berserah kepada ilahi, berpelukan dan larut dalam tangis yang lebih dalam karena amri. rahma merasa gagal, rahma malu kepada amri, rahma hanyut dalam ketersiksaan dan hampir hampir saja mereka menyerah kepada takdir, tak jarang mereka mengutuki diri. Air mata tumpah setumpah tumpahnya, kami semua diam, beliau diam dan awanpun ikut hanyut, menutup mentari, mendung hadir serasa ikut rasakan pedihnya erangan amri dirumah petak kecil itu. Puas berkeluh kesah, bupati dengan sabar mendengarnya, akhirnya menepuk nepuk kecil pundak rahma dan mengajaknya naik ke kendaraan dinasnya. 

Aku ingin bertemu dengan amri, ayo kita ke rumah sama sama, bupati itu dengan senyuman.

Ngga usah pak, baju saya kotor, biarlah saya berlari atau naik angkot saja, rumah saya di dekat pom bensin itu, kata rahma.

Ayo naiklah, kita harus cepat menolong amri. Akhirnya rahma naik ke mobil dinas bupati itu. Yach supir, ajudan, rahma dan semua di atas mobil itu hanyut dalam bayangannya masih masing, 

Rahma sendiri dalam hatinya, masih bertanya tanya, apakah bupati ini seperti yang diceritakan orang, sangat perhatian dan dermawan ? 

Apakah mungkin dia membawa anakku ke rumah sakit dan mengobatinya sampai sembuh? Kata rahma dalam hatinya. Tapi minimal aku sudah melakukan tugasku berjuang untukmu amri ... Jangan jangan bupati ini akan sama dengan caleg yang kemarin datang ke rumah dan memberikan sembako saja ? 

Rahma berdoa dengan berlinang air mata, Tuhan gerakkan hati semua orang untuk menolong amri katanya. Hanya itu pintanya dalam diam, dalam tangis dan dalam air matanya.

Mobil itu sampai di depan rumah kecilnya berdinding tepas, dia mendengar rintihan amri menahan sakit yang terus menemaninya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun