[caption caption="Danau toba simalungun"][/caption]
Branding adalah Jati DiriÂ
New Branding adalah sebuah usaha untuk membangun merk atau identitas yang baru akan sebuah produk. Namun dewasa ini, pemerintah daerah juga sudah mulai melakukan konsep konsep dalam marketing untuk mempromosikan daerahnya. Jokjakarta sudah memulainya dengan hal hal sederhana. Jika ditahun diawal tahun 2000, masih jamak kita jumpai penulisan penulisan Jogjakarta bahkan ada yang menyebutnya sebagai Yogyakarta maka sekarang semua sudah seragam menggunakan Jogjakarta.Â
Begitu juga dengan tagline pada masa saya kuliah dulu, Jogjakarta menggunakan tagline Yogyakarta Berhati Nyaman maka melalui sebuah acara urun rembug diputuskan mengubahnya menjadi Jogjakarta Istimewa. Yach itulah new branding sederhana yang dilakukan oleh kesultanan untuk mengenalkan identitas jogjakarta kepada khalayak ramai termasuk dunia pariwisata.Â
Bagaimana dengan simalungun? Harus kt akui bahwa simalungun tertinggal dalam usaha untuk membangun brand ke-simalungun-annya. Sehingga danau toba yang demikian indahpun dianggap bukanlah simalungun. Padahal ke danau toba ya ke parapat, parapat tentu saja adalah simalungun. Disinilah kejelian JR Saragih harus kita apresiasi dengan sentuhan kecil, danau toba simalungun, yang dipajang di pantai bebas parapat seakan menunjukkan identitas bahwa danau toba adalah simalungun.Â
Pasca pemasangan brand Danau Toba Simalungun berapa ribu orang sudah selfie & wifie dengan latar belakang branding itu? Sehingga salah seorang mantan jenderal nanya ke saya, JR Saragih buka tempat wisata baru ya ? Keren ya, nanti tahun baru saya mau mampir. Wow itulah sebuah daya hipnotis dari sebuah branding. Lalu branding kedua adalah Simalungun Mantab. Ayo jujur jujuran, semenjak kapan menulis Mantap adalah Mantab ? Yach kita dan semua orang akan jujur mengakui sejak Simalungun Mantab wawa wiri di televisi nasional seperti TV One dan Metro TV.Â
Selanjutnya yang juga digenjot adalah sisi tangible dalam proses perwujudan Simalungun mantab. Pada sisi tangible ini, saya yakin akan banyak pro dan kontra. Namun saya ingin menyajikan sisi positif dari perspektif pemikiran seorang JR Saragih sebagai Bupati Simalungun. JR Saragih pernah menyatakan:
Raya adalah Wajah Simalungun
Karena JR Saragih sebagai bupati menyatakan bahwa Raya adalah wajah, bagaimana persepsi yang ingin dibangun tentang simalungun harus diwujudkan dalam wajahnya yaitu Raya. Maka sisi tangible yang disentuh adalah wujud raya sebagai ibukota. Tentu saja raya sebagai ibukota harus dinyatakan dengan identitas kota, mana ada sich kota yang lebar jalannya hanya 4 meter, hal ini di formulasi dengan mengubahnya menjadi 10 meter. Sisi lain dari wujudnya adalah dengan membangun suasana perkantoran yang lebih berkelas dengan desain yang lebih keren tentu saja menunjukkan nuansa nuansa simalungun.Â
Yang tak kalah pentingnya adalah membangun merk untuk produk pertanian simalungun. Kita tahu bahwa simalungun sempat terkenal dengan kopinya, tetapi adakah satu saja kopi yang menyebutkan identitasnya sebagai kopi simalungun? Itulah pentingnya membangun merk, sehingga pemerintah kabupaten simalungun mendaftarakan merk kopi untuk simalungun yaitu kopi simantab. Dan sekarang mungkin jika anda ngopi di senayan city, sudah ada menu kopi simantab.Â
Yach karena saya sudah capek maka kt sambung lain waktu dalam tulisan ke 3. Ini adalah tulisan ke 2 dari rencana 10 tulisanÂ
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H