[caption caption="Agus sylviana "][/caption]
Â
Keluar dari militer dan meninggalkan zona nyaman adalah keputusan besar yang saya ambil untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dan ikut mencalonkan diri menjadi calon gubernur DKI Jakarta (AHY)Â
Â
Â
Pengabdian kepada bangsa dan negara yang dicintai, untuk ikut menjadi salah satu calon Gubernur. Niat yang datang tanpa di undang, niat yang hadir dari celah celah kemanusiaan yang menggelora dalam hati. Sehingga dalam pidatonya Agus Harimurti Yudhoyono menyatakan pembangun hendaknya tidak meninggalkan luka. Yach pembangunan yang lebih manusiawi, pembangunan yang lebih beradab dan mampu berdiri tegak di tengah himpitan kepentingan kaum marginal dan kaum opportunis.Â
Jakarta adalah wajah Indonesia. Jika kita berbicara tentang wajah maka kita berbicara tentang rupa, kecantikan atau mungkin kemolekan, keanggunan yang membahana dalam otak kita. Lalu bagaimanakah wajah yang cantik itu? Wajah cantik tak selamanya putih, bening dan mulus, kecantikan bisa timbul dari manusia manusia berkulit hitam dan sawo matang. Begitu juga dengan wajah jakarta, apakah wajah jakarta yang indah adalah seperti di Pantai Indah Kapuk, atau mungkin rumah rumah mewah itu? Apakah bangunan bangunan menjulang tinggi, seperti deretan apartemen apartemen itu adalah jakarta yang anggun? Jika itu yang cantik, anggun dan berkelas maka wajarlah warga warga yang tinggal di pinggiran kali itu, diusir atau direlokasi ke aparatemen yang menjulang tinggi nan semampai itu.Â
Persepsi pemimpin menjadi garis kebijakan pembangunan DKI. Dari kampanyenya, Agus Harimurti Yudhoyono jelas menginginkan pembangunan yang lebih beradab, lebih manusiawi dan pembangunan yang tidak meninggalkan luka dan duka. Penggusuran manusia dan pembunuhan budaya masyarakat miskin kota bukanlah program AHY Silvie. AHY mencintai budaya warung/pasar senggol dan lebih mengutamakan pemberdayaaan dan peningkatan taraf hidup masyarakat miskin dengan pembangunan rumah deret seperti kali code jogja.Â
Aku Berhutang Pada Bangsa Ini, menjadi garam dan terang adalah caraku membayarnyaÂ
(Letkol CPM (Purn) Dr. JR Saragih, SH, MM)
Sebagai seorang abdi negara, JR Saragih, seorang perwira aktif militer CPM mengundurkan diri untuk menjadi seorang Calon Bupati di pinggiran Danau Toba Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Kesamaan pola pikir antara JR dan AHY adalah sebuah wujud pengabdian kepada bangsa untuk menghasilkan sebuah pemerintahan yang baik, bersih dan berkualitas.Â
Agus Yudhoyono dengan sikapnya yang sopan dan tegas menjadi sebuah harapan bagi Jakarta yang sekarang ini dipenuhi dengan konflik berkepanjangan, antara Gubernur dengan DPRD sebagai mitranya, Gubernur dengan BPK dan banyak lagi. Kepemimpinan yang sinergis menjadi kebutuhan masyarakat Jakarta. Kepemimpinan yang sopan, lembut namun tegas serta berpihak kepada masyarakat miskin dan marginal adalah kebutuhan Jakarta. Gubernur yang menjamin keberlangsungan dunia usaha dengan kemudahan kemudahan iklim investasi dengan tidak mengorbankan kaum duafa. Agus Sylvi akan mampu menjadi garam yang membuat sempurna semua kepentingan menjadi enak tanpa rasa enek, Agus Sylvi akan mampu menjadi terang, ditengah penggusuran dan rasa pedih masyarakat marginal.Â
Â
*pendapat pribadi, bukan buzzer apalagi Tim SuksesÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H