Perhelatan pilkada di kota siantar sudah dimulai kembali, setelah sekian lama tertunda karena adanya sengketa penetapan calon. Pasca keluarnya putusan dari mahkamah agung nomor 417/K/TUN/2016 yang pada pokoknya mengabulkan permohon kasasi dari KPUD Kota siantar. Menindaklanjuti putusan tersebut, KPU Pusat mengeluarkan keputusan kepada KPU Kota Siantar untuk melaksanakan putusan kasasi. Berkaitan dengan hal tersebut KPUD Kota Siantar telah menetapkan tahapan tahapan pilkada siantar dan pemungutan suara pilkada kota Siantar dilaksanakan pada 16 November 2016.
Tentu yang menarik dalam hal ini adalah pembatalan pilkada kota Siantar dilakukan setelah melewati tahapan kampanye atau sehari menjelang pemungutan suara pada tahun 2015. Maka pada tahapan yang baru saja dirilis oleh KPUD kota Siantar tidak akan memuat jadwal dan tahapan kampanye lagi. Hal ini tentu saja menggeser aroma kampanye bukan lagi dalam bentuk pengerahan massa namun pemberitaan pemberitaan semu yang bernuansa kampanye.
Disinilah pentingnya peran media massa yang kerap mengaburkan iklan menuju sebuah pemberitaan atau iklan yang dikemas seolah olah adalah berita. Roger Allies seorang pengamat politik dan media dari USA menyatakan pemberitaan berita akan lebih efektif dampaknya ketimbang memasang iklan politik. “Anda akan mendapat 30 sampai 40 persen dampak lebih efektif dalam pemberitaan dibanding lewat iklan. Anda akan menjangkau lebih banyak pemirsa dan lebih dipercaya,” (https://javacampanye.wordpress.com/category/profil-pemenang/tips-trik-kampanye-jitu/). Bahkan Burhanudin Muhtadi seorang Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia dan juga sebagai peneliti di Lembaga Survey Indonesia (LSI) menyatakan bahwa figur atau ketokohan seseorang memiliki pengaruh yang lebih besar dalam mempengaruhi persepsi pemilih yang belum menetapkan pilihannya dibandingkan dengan kampanye itu sendiri.
Dan bagaimana dengan pasangan calon yang bertarung dalam pilkada kota Siantar pada tanggal 16 November 2016 ini. Tokoh tokoh yang digandeng atau menyatakan dukungannya secara terbuka kepada salah satu pasangan calon akan memberikan dampak positif kepada pengikutnya untuk memberikan pilihan dan suaranya kepada pasangan calon tersebut. Dan Glasson (1990) menyatakan bahwa multiplier effect adalah satu kegiatan yang dapat memacu timbulnya kegiatan lain.
Dalam konteks pilkada kota Siantar, kita mengambil sebuah contoh statement terbuka Dr. JR Saragih, SH, MM bahwa JR Saragih akan habis habisan untuk memenangkan Hulman Sitorus. Implikasi logis dari statement yang disebarkan oleh pemberitaan media dan publikasi di sosial media ini akan memberikan arah kepada enam ratusan PNS Pemkab Simalungun yang berhak memilih di pilkada kota Siantar. Selain itu, posisi JR Saragih sebagai seorang yang banyak bergaul langsung mengubah pilihan kader kader Partai Demokrat yang selama ini ogah ogahan memenangkan Hulman Sitorus seperti Marulitua Hutapea langsung berbalik memberikan dukungan dan nyatakan patuh terhadap instruksi JR Saragih sebagai ketua DPD Partai Demokrat Propinsi Sumatera Utara. (http://simantab.com/index.php/2016/10/28/merespon-perintah-jr-saragih-marulitua-hutapea-pastikan-kader-demokrat-all-out-menangkan-hulman/).
Dan sikap JR Saragih yang nyatakan dukungan secara terbuka ini juga akan memberikan arah kepada pemilih dengan etnisitas simalungun dan karo yang merupakan 20 persen atau 32.623 pemilih dari pemilih yang terdaftar di DPT yang disahkan oleh KPUD kota siantar. (untuk jumlah pemilih DPT suku simalungun dan karo di DPT dihitung manual, kalo ngga percaya hitung aja sendiri).
Melihat pendapat Glasson di atas maka sikap JR Saragih ini akan memberikan efek juga kepada komunitasnya untuk melakukan kegiatan kegiatan untuk mendukung Hulman Sitorus. Yang sudah nyata adalah bagaimana politisi demokrat dan beberapa PAC yang selama ini agak stagnan sudah mulai melakukan konsolidasi. Yang juga sudah mulai terlihat bagaimana relawan setia JR Saragih seperti Jerry Sigumonrong udah mulai memposting dukungannya kepada Hulman Sitorus. Jerry dalam akun facebooknya menyatakan dukungannya kepada manis, tagline Hulman Sitorus dan pasangannya Helfiansah Noor dalam pilkada kali ini. Dan juga bagaimana lingkaran lingkaran JR Saragih yang lain yang sudah mulai menceloteh tentang kebijakan kebijakan Hulman selama menjadi walikota siantar.
Pada titik inilah, JR Saragih sebagai seorang leader banyak dipercaya berhasil membangun loyalitas dan menggiring kelompoknya, mitranya, sahabarnya dan anggota organisasinya untuk ikut serta berjuang bersamanya untuk mencapai tujuannya. Melihat fakta fakta yang tersaji maka Hulman Sitorus kecipratan tiga puluh ribuan pemilih dari satu sosok yaitu JR Saragih.
Politics is game, politics is possible. Ulasan inilah yang harus disikapi oleh Hulman Sitorus dan timnya untuk memberikan ruang dan menyambut sikap JR Saragih ini dan memelihara relawan dan buzzer buzzer JR di socmed dengan memberikan data dan membangun komunikasi intens sehingga mereka tidak berubah menjadi haters haters untuk Hulman Sitorus.
Dan tentu saja bagi tiga pasangan calon lain atau pesaing pasangan Hulman dan Helfriansah maka harus mencari jalan, cara dan celah untuk menghempang tersosialisasikannya pesan dan dukungan terbuka JR Saragih kepada Hulman. Atau membuat kontra figur atau memikirkan strategi lain yang mungkin jikapun tidak bisa menghempang, minimal mampu meminimalisir gelombang dukungan kepada pasangan manis.
Politik adalah permainan, Politik adalah kemungkinan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H