Mohon tunggu...
Silvany Dianita
Silvany Dianita Mohon Tunggu... Psikolog - I'm a Adult Clinical Psychologist

When you care for yourself first, the world will also find your worthy of care.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Dampak Kemajuan Teknologi pada Era Digital: Apa yang Harus Kita Waspadai terhadap Kesehatan Mental Anak?

16 Januari 2025   08:30 Diperbarui: 17 Januari 2025   07:56 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Artikel : Sumber: canva.com

Anak-anak yang menghabiskan waktu lebih banyak di dunia digital cenderung memiliki interaksi langsung yang lebih sedikit dengan teman sebaya atau keluarga, yang berpotensi melemahkan kemampuan mereka dalam memahami emosi orang lain.

Penelitian oleh Uhls et al. (2014) menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih sering terpapar layar memiliki kemampuan empati yang lebih rendah dibandingkan mereka yang lebih banyak berinteraksi secara langsung.

Data dari Pew Research Center (2019) menunjukkan bahwa 59% remaja merasa terganggu oleh tekanan untuk selalu terhubung melalui media sosial. Laporan dari Common Sense Media (2021) juga mencatat bahwa rata-rata anak menghabiskan lebih dari tujuh jam sehari di depan layar, jauh melampaui rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) yang menyarankan maksimal dua jam untuk anak usia sekolah.

Penelitian lain oleh Twenge dan Campbell (2018) menemukan bahwa peningkatan penggunaan teknologi berkorelasi dengan meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi pada anak-anak dan remaja. Bahkan, WHO (2019) menyebutkan bahwa satu dari lima anak di dunia mengalami gangguan kesehatan mental, yang sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup digital yang tidak seimbang.

Selain itu, dunia digital juga memperbesar risiko tekanan emosional seperti cyberbullying, perbandingan sosial, dan kecemasan. Menurut laporan Common Sense Media (2021), sekitar 37% anak-anak dan remaja melaporkan pernah menjadi korban cyberbullying, yang sering kali berdampak pada menurunnya rasa percaya diri dan meningkatnya kecemasan atau depresi.

Fenomena perbandingan sosial juga semakin meningkat akibat media sosial, di mana anak-anak terus-menerus dihadapkan pada kehidupan orang lain yang tampak sempurna. Hal ini, sebagaimana diungkapkan oleh Twenge dan Campbell (2018), dapat menciptakan tekanan psikologis yang merusak citra diri mereka.

Kesehatan mental yang baik juga penting untuk mendukung perkembangan keterampilan kognitif. Menurut Greenfield (2009), penggunaan teknologi yang berlebihan dapat mengganggu fungsi otak yang berkaitan dengan perhatian, konsentrasi, dan kemampuan berpikir kritis. Anak-anak yang terus-menerus terpapar stimulus digital cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek dan mengalami kesulitan dalam memproses informasi secara mendalam, yang pada akhirnya dapat memengaruhi prestasi akademik mereka.

Dampak Jangka Panjang Teknologi Digital Bagi Anak

Dampak negatif dari penggunaan teknologi yang tidak terkendali dapat bertahan hingga dewasa. Anak yang kurang mendapatkan interaksi langsung dengan orang lain karena terlalu sering bermain dengan gadget berisiko mengalami kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal.

Selain itu, paparan konten kekerasan atau negatif secara terus-menerus dapat membentuk pola pikir yang cenderung agresif atau apatis. Dampak jangka panjang lainnya meliputi penurunan kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan, yang seharusnya dikembangkan melalui aktivitas bermain langsung dan eksplorasi dunia nyata.

Selain itu, paparan konten yang tidak sesuai, seperti kekerasan, ujaran kebencian, atau perilaku negatif, dapat memengaruhi cara berpikir mereka. Anak yang terus-menerus terpapar konten semacam ini berisiko mengembangkan pola pikir agresif, kurang empati, atau bahkan menjadi apatis terhadap lingkungan sekitarnya. Dampak ini semakin diperparah jika anak tidak diberikan panduan atau penjelasan yang memadai dari orang tua atau pendidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun