Mohon tunggu...
Silvany Dianita
Silvany Dianita Mohon Tunggu... Psikolog - Pranata Humas Ahli Muda BPSDM Kemendagri dan Psikolog Klinis

When you care for yourself first, the world will also find your worthy of care.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena Generasi Strawberry: Si Praktis, Aktif, dan Rapuh

11 Juli 2022   16:17 Diperbarui: 12 Juli 2022   17:07 3241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kunci penentu keberhasilan sebuah bangsa adalah dapat dilihat dari karakteristik sumber daya manusia yang dimilikinya. 

Dalam kesempatan pidato Presiden Joko Widdodo usai ia dilantik sebagai presiden periode 2019-2024 di Gedung DPR, Senayan mengatakan bahwa, "Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) akan menjadi prioritas utama, membangun SDM yang pekerja keras, yang dinamis, membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengundang talenta-talenta global untuk dapat bekerja sama".  

Menarik sekali kutipan pidato beliau dan dirasa juga relevan dengan kondisi saat ini di mana fase global memberikan banyak perubahan bagi setiap generasi SDM di dalamnya.

Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, dijelaskan bahwa terdapat perubahan yang cukup signifikan terkait gambaran demografi Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Berdasarkan riset yang ada, Indonesia mengalami bonus demografi hal ini menunjukkan bahwa komposisi penduduk Indonesia kini memiliki mayoritas penduduk yang berasal dari generasi Z/Gen Z yaitu generasi yang terlahir pada tahun 1997 sampai dengan 2012. 

Dan, yang lebih menariknya adalah generasi ini akan menjadi pilar penting terhadap perubahan Indonesia berikutnya.

Kenal lebih dekat dengan Generasi Strawberry!

Generasi strawberry merupakan sebutan lain yang disematkan kepada generasi Z yang lebih dikenal juga dengan istilah Gen Z. 

Bila dilihat dari beberapa sumber, penyebutan generasi strawberry mulai berkembang sejak Rhenald Kasali dalam kesempatan podcastnya membahas terkait generasi ini. 

Ia menyebutkan bahwa generasi strawberry adalah generasi yang kreaktif, namun mudah sekali untuk baper (bawa perasaan), dan sering kali mudah mengambil jalan pintas untuk memperoleh perubahan.

Istilah strawberry untuk generasi yang mudah rapuh dan sering kali butuh kata "healing" untuk memulihkan potensi gangguan kesehatan mentalnya memberikan anggapan kepada mereka sebagai generasi mudah sekali lari dari masalah dari pada untuk menghadapi masalahnya. Namun, apakah serapuh itu generasi ini ke depannya?

Saya rasa kita perlu coba belajar mengenali mereka lebih dekat. Segala sesuatu memiliki potensi sebab dan akibat. Terdapat fakta menarik yang bisa dipelajari dari generasi strawberry.

Pertama, generasi strawberry merupakan generasi digital. Dilansir dari beberapa sumber yang ada, disebutkan bahwa generasi strawberry adalah generasi yang hadir dalam era yang serba disruptif dan digital. 

Pada masa disruptif dan digital tersebut, generasi ini sangat diuntungkan dalam sisi kemudahan teknologi yang serba praktis dan segala sesuatu menjadi lebih terkoneksi melalui jaringan internet.

Media sosial menjadi wadah ekspresi kreativitas berpikir, berperilaku dan berpendapat. Dalam hal ini generasi strawberry sangat fasih!

Dok: Canva.com
Dok: Canva.com

Kedua, kehadiran generasi strawberry yang anti FOMO (Fear of Missing Out). Dari beberapa hal yang saya coba amati, generasi masa kini ingin dikenal sebagai generasi yang anti FOMO. 

Sebagai dampak kemajuan teknologi dan kemudahan semua orang melakukan akses tanpa batas melalui berbagai platform media sosial. 

Maka, hal tersebut dimanfaatkan untuk dapat selalu tampil paling hype di antara kalangannya, mulai dari tidak ingin ketinggalan untuk menggunakan ponsel tercanggih dengan merk ternama, ikut dalam beragam kegiatan sosial, fashion, tempat nongkrong, dan sebagainya. 

Generasi anti FOMO jika tidak diberikan batasan yang bijak memberikan kekhawatiran dengan munculnya fenomena gangguan kecemasan yang mulai banyak dirasakan oleh mereka yang takut tertinggal dari tren yang ada.

Ketiga, Generasi Fixed Mindset. Ya, walaupun generasi ini dikenal dengan kreativitasnya dan serba aktif, namun kenyataanya mudah terjebak dalam pola pikir yang menetap. 

Hal ini dirasakan dengan betapa mudahnya mengalami putus asa atas capaian yang sudah atau pun yang akan datang. 

Kemunculan perubahan dunia yang serba praktis ditambah dengan dampak ini mulai mempengaruhi lintas generasi lainnya sehingga orang tua yang melahirkan generasi strawberry adalah kebanyakan generasi milenial yang juga masih memiliki pengaruh kuat atas modernisasi.

Setelah itu, kurang dapat mendorong generasi ini untuk dapat terbiasa terhadap terpaan masalah sehingga memanjakan anak-anaknya untuk menikmati pola kehidupan yang serba praktis dan tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang bisa mereka terapkan di kemudian hari.

Keempat, Generasi Strawberry yang lunak. Generasi ini diibaratkan seperti buah strawberry yang bagus, namun sangat lunak di dalam sehingga ketika mengalami beragam tekanan menjadi lebih mudah rusak. 

Generasi yang muncul sebagai akibat cara orang tua yang mendidik menuju kesejahteraan. Hal ini karena banyak generasi orang tua yang lebih sejahtera dari generasi sebelumnya sehingga cenderung memberikan kepada anak hal apa pun kepada anaknya. 

Orang tua menggantikan waktu dengan kompensasi lainnya sehingga jarang hadir secara hakiki. Hal lainnya adalah generasi strawberry menjadi lebih mudah melakukan diagnose diri tanpa melibatkan profesional. 

Tidak dipungkiri banyak ditemukan generasi saat ini sangat butuh healing ketimbang memahami masalah yang dihadapinya dengan banyak pertimbangan.

Ubah Sudut Pandang: Semua Pihak Perlu Berpartisipasi

Kemuculan generasi strawberry memang tidak dapat dipungkiri akan menjadi lapisan roti sandwich yang suka tidak suka menjadi bagian dari perubahan dunia. 

Pada dasarnya, tidak melulu generasi ini dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Kemunculan mereka ada karena memang memiliki masanya sama seperti dengan kekhasan generasi-generasi sebelumnya.

Generasi strawberry sebagai generasi muda yang kreatif, cerdas, namun terburu-buru dalam pengambilan keputusan dan mudah bosan. 

Maka hal yang perlu disikapi oleh generasi di atasnya adalah sama-sama untuk mengubah sudut pandang dan bersikap yang relevan untuk memberikan mereka tantangan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Sebagai contoh, pekerjaan yang ada saat ini mendorong generasi untuk berkompetitif di bidang digital. Tentunya, kemunculan jenis pekerjaan maka generasi saat ini perlu didorong kreativitasnya yang lebih menantang mereka untuk berpartisipasi. 

Hal ini membutuhkan bimbingan kepada generasi strawberry agar dapat memiliki sudut pandang yang luas, memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpendapat dan menguatkan mental agar tidak cepat menyerah. 

Kegiatan ini perlu dilakukan semua pihak tidak hanya menuntut generasi strawberry untuk berubah, namun lintas generasi pun perlu belajar beradaptasi namun tidak mengurangi esensi atas urgensi perubahan itu sendiri.

Perbanyak Literasi

Tentu dapat dipahami bahwa dengan perubahan digital saat ini, setiap informasi yang diperoleh tidak perlu lagi diakses secara konvensional, semua orang dapat menyerap informasi yang dibutuhkan bagai spons. 

Kemampuan untuk menyerap informasi tersebut tidak serta merta meningkatkan kemampuan setiap orang untuk memaknai atas informasi yang diserap maupun dibutuhkannya.

Kebutuhan literasi di saat ini merupakan sebuah keharusan. Jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya, kemampuan literasi orang Indonesia masih cenderung rendah walaupun akses terhadap informasi digital bisa dikatakan tinggi. 

Mengapa demikian? Bisa saja, setiap orang memiliki kepedulian terhadap informasi yang dibacanya namun memiliki kelemahan dalam memahami tulisan yang cenderung naratif, informatif, dan panjang ataupun cenderung kompleks.

Generasi strawberry pun tidak lepas dari hal tersebut. Dengan kemudahan teknologi digital belum tentu sejalan dengan terpenuhinya kebutuhannya secara literasi informasi. Sehingga banyaknya informasi jadi mudah bias tanpa adanya penyaringan. 

Tantangan ini perlu diberikan edukasi kepada mereka, mengingat sebagai pilar demokrasi sebuah negara, generasi strawberry perlu memperlengkapi diri dengan memperbanyak literasi digital, minimal adanya kemauan untuk membaca informasi secara lengkap.

Keuntungan dari memperbanyak literasi adalah memudahkan seseorang untuk belajar atas perubahan zaman dari beragam perspektif. 

Referensi akan memudahkan seseorang menjadi lebih terhubung lintas waktu dan menumbuhkan daya saing dan rasa ingin tahu untuk menciptakan terobosan dan pembaharuan.

Simpulan

Kemunculan generasi strawberry suka tidak suka akan terjadi karena memang sudah menjadi masanya. Generasi ini memiliki peran yang penting untuk mendukung kemajuan sebuah bangsa, karena generasi muda yang memegang perubahan sesungguhnya.

Generasi strawberry perlu disikapi dengan serius dan bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan usianya. 

Pemerintah perlu menyikapinya dengan bijaksana dengan memperlengkapi kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan zamannya namun tanpa mengurangi esensi kenegaraan Indonesia. 

Hal ini dilakukan demi mendukung penguatan mental dan memajukan gagasan kreativitas untuk mendukung kemajuan sebuah negara.

Peran orang tua pun tidak kalah pentingnya. Orang tua dapat berperan sebagai kawan ketimbang jadi lawan atau otoritas tertinggi. 

Generasi strawberry perlu dibentuk tidak hanya sebagai wadah yang cantik di luar namun memang juga kuat di dalam sehingga istilah generasi strawberry bergeser menjadi konotasi yang lebih positif. 

Orang tua pun perlu membekali anak-anaknya dengan kebutuhan gizi yang seimbang dan hadir dalam setiap kebutuhan pendidikannya bukan hanya menyerahkannya kepada lembaga pendidikan.

Perlengkapi diri dengan beragam referensi dan perubahan mindset yang bertumbuh (growth mindset). Referensi yang meningkat dapat memberikan keuntungan dan kemudahan bagi dirinya untuk dapat melakukan filterasi atas informasi yang diserap.

Dan selanjutnya membantunya untuk memenuhi kebutuhan untuk dapat menghadapi setiap kendala menjadi tantangan untuk diselesaikan. 

Perubahan pola pikir yang bertumbuh dapat mendukung setiap orang untuk dapat bergerak dan bertransformasi keluar dari zona nyaman yang ia kenal saat ini. 

Semua ini tidak hanya tercapai secara instan namun perlu dipahami melalui penghargaan terhadap proses yang memang harus dilalui dengan baik.

Semoga generasi Z saat ini dapat menyikapi perubahan dengan baik dan dapat menjadi agen perubahan kepada semua generasi sambil memperbaiki setiap kekurangan dan meningkatkan potensi kelebihan yang dimiliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun