Mohon tunggu...
Silvany Dianita
Silvany Dianita Mohon Tunggu... Psikolog - Pranata Humas Ahli Muda BPSDM Kemendagri dan Psikolog Klinis

When you care for yourself first, the world will also find your worthy of care.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Hidup dari Kemacetan

31 Mei 2022   12:55 Diperbarui: 10 Juni 2022   15:02 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar Hidup dari Kemacetan

Sering banget mengalami pergumulan dalam hidup? Merasa hidup terlalu padat dan monoton? 

Saya rasa hal tersebut lumrah kita alami ya. Terlebih kita sudah mencoba memaknai proses hidup namun belum memiliki kemajuan. Nah, coba kita belajar kehidupan dari kemacetan di perkotaan. 

Saya rasa kita semua adalah para pengguna jalan baik yang memanfaatkan moda transportasi darat, laut, dan udara. Pada dasarnya ketika seseorang akan beraktivitas keluar rumah dan berdomisili di lingkungan yang padat penduduk ataupun perkotaan, maka kondisi jalanan yang sering ditemui adalah kemacetan akibat padatnya moda transportasi darat yang digunakan.

Bagi penduduk Jakarta misalnya, acap kali kita akan menemui kepadatan kendaraan di setiap sudut kotanya. Bahkan, tidak sering pula memberikan kendala bagi setiap orang untuk tiba pada waktunya apabila di waktu pagi maupun sore hari tiba, hal tersebut bisa memakan waktu berjam-jam untuk bisa tiba di tempat tujuan atau pun rumah.

Tentunya, kondisi kemacetan akan menguras berbagai energi bahkan emosi kita sendiri. Betapa tidak, kita akan acap kali mengalami emosi marah, kesal, cemas, khawatir, bisa juga akan mengalami emosi lebih tenang, namun emosi ini tidak akan sama bagi setiap orang, mungkin saja tergantung pada urgensi seseorang untuk mencapai tujuannya saat menggunakan jalan raya.  Bisa saja kita menjadi kesal dan menjadi tidak sabaran, bila ada pengendara yang tidak tertib, melanggar lalu lintas, memotong jalan, dan kondisi lainnya yang menjadi makanan sehari-hari.

Saya sebagai pengguna jalan darat hampir setiap hari waktu saya habiskan untuk berkendara baik dilakukan untuk kegiatan pekerjaan maupun aktivitas penting lainnya dan kondisi kemacetan sudah menjadi langganan pemandangan mata. Apakah saya sudah terbiasa akan kondisi tersebut ? Bila menjawab jujur, bisa dikatakan terkadang iya, namun bisa juga menjadi tidak. Kondisi emosi butuh sekali untuk dapat dikendalikan dengan baik.

Namun, semakin hari saya coba mengamati kondisi diri sendiri dengan kondisi di sekitarnya, melalui perenungan sepanjang perjalanan dan pengalaman pribadi, ada baiknya kita bisa ambil hikmah dan belajar dari kondisi kemacetan yang sering kali membuat ketidaknyamanan. Memang bisa ya? Ya bisa saja.

Hal apa saja ya yang bisa kita ambil hikmahnya?

1. Hidup pastinya berliku

Pandangan akan sebuah kehidupan yang berliku bukanlah hal yang muluk namun ini berdasarkan kondisi yang ada. Namun, perlu disadari berlikunya kehidupan seperti mengendarai sebuah kendaraan yang tidak selalu lurus akan ada arah dan rambu tertentu yang hendak kita taati agar sampai kepada tujuan. Bagaimana bila kita mengabaikan ? Bisa saja, namun akan memaksakan kondisi diri untuk menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.

2. Kita hidup bukan hanya seorang diri karena ada orang-orang di sekitar kita yang juga perlu kita pedulikan

Hal ini mengajarkan kepada kita untuk bisa saling peka terhadap kondisi yang ada disekitar kita. Perluaslah pandangan kita kepada hal yang ada disekitar agar kita tetap waspada dan memahami keadaan tersebut bisa kita tempuh atau tidak.

3. Hidup seperti mengemudi, ada kontrol yang perlu kita pegang sesuai dengan kapasitas kita jika kita tahu batasannya

Kerap kali kita memaksakan kondisi di luar batasan sampai perlu mengesampingkan kondisi dasar kita sendiri seperti kesehatan diri sendiri. Tentunya hal ini tidak sehat jika terlalu dipaksakan. Memaknai kehidupan seperti mengemudi, mendidik kita untuk bisa belajar mempercayai kondisi diri sebagai pemegang kendali yang utama karena kita yang tahu siapa dan apa kekuatan yang dimiliki sesungguhnya. 

4. Toleransi terhadap hal yang memang kita izinkan 

Seberapa tolerankan diri kita terhadap diri sendiri bahkan untuk kondisi di luar diri kita, apakah kita cukup mudah mengatakan bahwa saya sudah cukup toleran, atau justru belum toleran sama sekali. Sering kali, kita terlalu mudah toleran terhadap kondisi di luar diri sendiri. Sebagai contoh, kita sering bertanya mengapa kita sering kali dimanfaatkan oleh orang lain ? kenapa orang lain sering kali memanfaatkan saya saat mengerjakan tugas kuliah  sementara yang lain terlihat santai saja? 

Mungkin jawabannya adalah ketika kita toleransi terhadap suatu perilaku secara tidak kita sadari orang tersebut akan terus melakukan hal tersebut kepada diri kita. Hal ini disebabkan kita tidak mengenal batasan toleransi yang jelas akan kemampuan diri. Oleh karena itu, kita perlu mengenal apa batasan toleransi kita dan tidak berhadap orang lain untuk mentolerir batasan kita karena orang lain tidak bertanggungjawab atas dirimu sendiri.

5. Fokuslah terhadap tujuan 

Ketahuilah saat kita berkendara maka akan ada tantangan untuk dapat memfokuskan terhadap apa yang sedang kita kendalikan. Fokus kita saat tangan ada dikemudi, mata kita akan fokus pada jalanan, oleh karenanya, kuasailah apa yang menjadi fokusnya.

6. Nikmati perjalanan sebagaimana mestinya

Hal ini penting banget loh, menikmati perjalanan kita dengan hal yang ada disekitar kita, bisa kita tenangkan hati melalui musik saat hal di luar kita tidak bisa dikendalikan sekalipun.

 7. Berkendaralah dengan aman bukan asal cepat sampai. 

Saya yakin ketika berkendara ada adrenalin dalam tubuh kita untuk berkompetisi untuk cepat sampai ke tujuan. Namun, ketahuilah mana yang lebih penting, apakah sampainya tujuan kita akan memberikan keselamatan untuk diri kita dan orang lain atau kita juga perlu memikirkan juga bahwa ada kehadiran keluarga kita yang masih menunggu kita di rumah, keluarga kamu yang menunggu adalah kehadiran mu.

8. Kesabaran 

Kesabaran akan melatih kita untuk bisa menikmati warna kehidupan yang tidak selalu mulus. Ingat saat berkendara kamu gak akan selalu menemui jalanan yang lancar atau kondisi jalan yang selalu mulus akan ada saja yang mengujimu sepanjang hari.

9. Bersyukur
Berkendara di jalanan juga mengajarkan kita untuk bisa bersyukur untuk membentuk karakter diri kita sesungguhnya, manfaatkan emosi mu dengan baik agar baik juga karakter kita.

Semoga hari kita bermanfaat, nikmati yuk! Berkendaralah dengan aman dan baik. SDN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun