Periode masa pandemi Covid-19 yang sudah memasuki usia 2 tahun sudah banyak membawa perubahan kepada setiap lini kehidupan. Terlebih setiap orang harus "dipaksa" oleh keadaan untuk membatasi aktivitas sosialnya.Â
Aktivitas sosial merupakan sebuah faktor penting untuk dapat selalu bergerak dalam kehidupan bermasyarakat dan tentu saja hal tersebut dapat menjadi modalitas utama bagi kerekatan manusia untuk mencapai aktualisasi diri, ekspresi emosi, maupun mengimplementasikan ide pikiran secara langsung.Â
Namun, apa yang terjadi saat ini tidak dapat lagi dibendung oleh semua kekuatan manusia selain harus mampu beradaptasi dengan segala konsekuensi di dalamnya.
Kemunculan virus Covid-19 pada akhir Desember 2019 di kota kecil bernama Wuhan, Tiongkok.Â
Pada waktu itu, Indonesia masih dalam posisi yang merasa tenang dan terkesan kebal terhadap virus yang ada. Kasus pertama virus Covid-19 masuk ke Indonesia tercatat pada tanggal 2 Maret 2020.Â
Presiden Joko Widodo didamping oleh Menteri Kesehatan Terawan saat itu menyebutkan bahwa virus ini telah masuk melalui orang Indonesia yang pulang dari Jepang.Â
Pemerintah masih gamang dalam menyikapi masuknya virus tersebut ke Indonesia yang kemudian semakin lama pertambahan kasus mencapai lonjakan yang tak terbendung, menyebabkan banyak orang yang telah terinfeksi, banyak keluarga yang mengalami duka, penurunan nilai ekonomi di masyarakat, melembungnya tenaga kesehatan dalam menangani pasien yang datang ke rumah sakit.Â
Di tengah ketidakpastian dan guncangan saat itu, kita menjadi sangat tergantung kepada Pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang tentunya dapat menopang kehidupan, Indonesia mengalami masa sangat sulit dan kesedihan yang luar biasa.
Saya mengamati beberapa kondisi saat itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan langkah utama pencegahan virus Covid-19 mulai dari pembatasan masuk ke Indonesia, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan skala mikro hingga ke RT dan RW. Dan, kebijakan-kebijakan lainnya yang silih berganti demi melakukan pencegahan penyebaran virus.
Persepsi saya saat terjadi pandemik Covid-19, tentunya hampir sama dengan kebanyakan orang, yaitu mengalami gangguan kecemasan, panik, khawatir, dan ketakutan.Â