.
"Barang siapa ambisi terbesarnya adalah dunia maka Allah akan cerai-beraikan urusannya, Allah jadikan kefakiran di depan matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali sesuai apa yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang ambisi terbesarnya adalah akhirat, Allah akan memudahkan urusannya, Allah jadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam ia tidak menyangkanya." (HR. Ahmad, disahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah nomor 950).
Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan:
:
"Pecinta dunia tidak lepas dari 3 hal: kegalauan yang terus-menerus, keletihan yang terus-menerus, dan kekecewaan yang tiada berakhir." (Ighatsatul Lahafan, 1/37).
- Kurangnya Ibadah
Apakah Anda begitu sibuk dengan pencapaian tujuan Anda sehingga Anda mengabaikan Tuhan, sayangku? Pikirkan tentang itu. Jika demikian halnya, mulai saat ini mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah kepada-Nya secara rutin dan konsisten, bersedekah, dan menjalankan perintah-Nya.
:
Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Wahai manusia! Habiskan waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kecukupan dan akan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya maka akan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu." (HR. At Tirmidzi nomor 2466, disahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Sekarang! Remaja yang menunjukkan perilaku terkait kekayaan yang berlebihan dapat ditangani dengan salah satu dari dua cara berikut:
1. Meningkatkan Pengendalian Diri Pertama-tama, penting untuk mengakui bahwa ketidakmampuan untuk mengendalikan keinginan seseorang akan barang dan jasa adalah penyebab utama penyakit kekayaan yang berlebihan. Untuk memiliki pengendalian diri yang baik untuk itu, jiwa harus berhati-hati. Melalui momentum puasa di bulan suci Ramadan, salah satunya.
Menurut Imam Al Ghazali, ada tiga tingkatan puasa: puasa biasa, puasa khusus, dan puasa sangat khusus. Seseorang hanya mampu menahan rasa lapar dan haus saat puasa biasa, dan tidak mampu mengendalikan nafsu lainnya. Puasa jenis kedua, sebaliknya, memungkinkan seseorang untuk mengendalikan nafsu lain selain makan dan minum. Misalnya, mengendalikan nafsu dan amarah yang berlebihan. Sedangkan pada tingkatan ketiga, kualitas puasa seseorang telah mampu membersihkan nurani dan hatinya hingga tidak ada lagi keinginan untuk berbuat dosa atau maksiat. Oleh karena itu, jangan pernah berpikir untuk melakukan sesuatu yang negatif. Berbeda dengan puasa tingkat kedua, di mana seseorang nantinya bisa mencegah terjadinya hal-hal buruk, hal-hal buruk masih bisa saja terjadi.