5 pertandingan telah dilalui Liverpool di English Premier League musim ini tanpa kekalahan, terakhir baru saja mereka mengalahkan Tottenham Hotspurs di Wembley dengan skor 1-2.
Dengan 11 gol yang sudah dilesakkan dan hanya kebobolan 2 gol, ditambah dengan 3 clean sheet yang sudah dicatatkan tentunya ini adalah sebuah prestasi apik dari anak didik Jurgen Klopp, karena ini adalah start terbaik mereka di liga sejak musim 1990/91.
Kita tahu musim ini Liverpool sudah mendatangkan 2 gelandang berkelas dalam diri Fabinho dari AS Monaco serta Naby Keita yang baru bergabung dari Red Bull Leipzig setelah transfernya diumumkan di awal 2017/18. Dan di awal musim banyak yang berpendapat bahwa komposisi terbaik lini tengah Liverpool adalah terdiri dari Fabinho, Keita, beserta Alex Oxlade-Chamberlain.
Tetapi ternyata takdir berkehendak lain, sehingga membuat Klopp punya rencana sendiri. Justru lini tengah Liverpool saat ini terdiri dari Keita, James Milner, dan Gini Wijnaldum.Â
Performa apik dari kedua nama terakhir sepanjang awal musim membuat sampai saat ini Fabinho belum mencatatkan debut resminya, dan sang kapten, Jordan Henderson, terpaksa harus mengambil peran figuran melalui bangku cadangan.
Juga tidak banyak yang berubah dari gaya permainan Liverpool musim ini, masih mengandalkan fast break dari counter melalui transisi yang cepat, meski dari segi permainan belum secair musim lalu. Namun yang berbeda dan sangat menarik adalah, peran Wijnaldum yang berubah di musim ini.
Wijnaldum, yang didatangkan ke Liverpool dari Newcastle United pada musim 2016/17 dengan mahar 25 juta poundsterling, awalnya memang diplot oleh Klopp sebagai seorang playmaker di lini tengah dikarenakan perannya di musim sebelumnya bersama the Magpies dan di tim nasional Belanda, dimana ia juga bahkan sering bermain sebagai winger semasa masih merumput di Eredivisie bersama PSV Eindhoven.
Namun, dikarenakan saat itu Liverpool masih memiliki Philippe Coutinho dan Adam Lallana, maka peran Wijnaldum pun disesuaikan oleh Klopp menjadi seorang box-to-box midfielder. Yang menjadi catatan adalah, sebagai box-to-box midfielder, Wijnaldum sering kali malah menghilang dan terkesan tidak berkembang di posisinya, terutama saat laga away. Hal ini bisa dilihat dari catatan golnya di musim-musim sebelumnya dimana seluruh golnya dicatatkan di home games.
Tetapi di musim ini, justru Klopp menempatkan Wijnaldum sebagai seorang number 6, dimana ia menjadi penghubung antara lini belakang dengan lini depan, yang membuat Henderson harus duduk di bangku cadangan dan Fabinho yang digadang-gadang sebagai starter juga bernasib sama dengan Henderson.Â
Dalam pengamatan saya, ada alasan tertentu yang utama kenapa Wijnaldum diplot sebagai holding midfielder oleh Klopp. Wijnaldum sangat baik dalam melakukan ball retention, dimana hal tersebut ditunjang oleh kemampuan dribblenya yang mumpuni. Ini adalah hal yang tidak dimiliki oleh Henderson, dimana seringkali Henderson lebih banyak melakukan simple pass ke area full-back, atau bahkan backpass ke kiper, sehingga dari segi penyerangan hal tersebut sedikit menghambat pola penyerangan Liverpool. Tetapi lewat Wijnaldum, Liverpool bisa memulai serangan dengan sedikit "umpan membelah lautan" sehingga serangan ke depan bisa lebih optimal menuju trio penyerang mereka yang cukup licin dan cepat, yaitu Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Mohamed Salah.
Wijnaldum juga memiliki satu poin plus lagi, yaitu duel udaranya yang cukup baik. Meski secara postur lebih kecil dibandingkan Henderson dan bahkan Fabinho, tetapi hal tersebut dikompensasi melalui lompatannya yang cukup tinggi sehingga Wijnaldum lebih lihai dalam duel udara. Bahkan karena hal ini, di musim lalu Klopp pernah memainkan Wijnaldum sebagai seorang centre back mendampingi Dejan Lovren dan Emre Can ketika pertandingan melawan Brighton & Hove Albion, dimana Liverpool mampu menang dengan skor 4-1.
Dengan peralihan posisi yang dialami Wijnaldum, hal tersebut terbukti membuat permainannya meningkat, terutama kerjasamanya dengan James Milner sejak musim lalu, dan masuknya Naby Keita yang lebih banyak menyerang, sehingga Wijnaldum lebih fokus untuk bertahan dan menghubungkan lini belakang dengan lini depan Liverpool.Â
Atas peran barunya tersebut yang membuat kini ia lebih banyak terlibat dalam permainan, mungkin kita perlu mengacungkan jempol terhadap intuisi dari Jurgen Klopp yang telah mengangkat permainan Wijnaldum, dan semoga saja hal ini terus berlanjut hingga akhir musim yang membuat Liverpool mampu mengangkat trofi juara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H