Mohon tunggu...
VOGUEMINI
VOGUEMINI Mohon Tunggu... Freelancer - Penggemar berat karya Tuhan.

Penggemar berat karya Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Percikan Harapan Seorang Pecundang

17 Juni 2013   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:54 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awan mungkin datang, tetapi awan harus pergi, dan mereka semua memiliki tepian keperakan. Karena kita tahu, dibalik setiap awan, matahari atau bulan sedang bersinar.

Panggil aku Sugar. Tidak peduli seberapa keras usahaku, aku selalu dipandang rendah. Mereka bilang aku pecundang. Karena hidup dalam kubangan hinaan. Apa yang salah dengan diriku? Aku sama saja dengan kalian, sama saja dengan semua orang yang pernah menghinaku.

Mereka selalu memberikan tatapan mengejek saat mereka melihatku. Aku tahu apa yang mereka pikirkan. Aku tahu mereka berbisik satu sama lain saat aku berjalan melewati mereka. Aku cuma bisa menyabarkan diriku sendiri sambil berdoa dalam hati, “Sugar, kamu harus maafin mereka. Semoga hidup mereka lebih bahagia. Lebih bahagia dari waktu mereka menghinamu.”

Yahhh.. Sugar.. Hidup dalam cobaan tiada akhir. "Apa Tuhan tidak menyayangiku? Apa belum cukup Tuhan mengujiku? Atau aku belum berhak lolos?".

Temanku bilang “Tuhan memberikan ujian kepadamu, karena Tuhan tahu bahwa kamu lebih kuat dari orang lain."

Sugar? Kuat? Aku tidak sekuat apa yang orang bayangkan. Energi negatif ini membuatku rapuh. Aku bahkan sempat ingin “pulang” saja. Aku lelah Tuhan. Kapan semua ini akan berakhir?

Aku Sugar. Kecil dan rapuh. Aku sering kali mendapat perlakuan tidak adil. Dikeluargaku, disekolah, dimanapun. Mereka menganggap remeh diriku. Aku selalu dianggap butiran kecil gula yang mudah tertiup angin.

Ya Tuhan.. Pertahananku mulai goyah. Saat Engkau belum juga memberikan keajaiban disela-sela hidup ku. Sugar.. Seorang anak manusia yang sedang menanti percikan-percikan harapan. Aku mulai muak. Tapi aku tidak pernah ragu akan Engkau.

Aku selalu berpikir positif... Seperti kutipan yang sangat aku sukai ini, "Beberapa orang selalu mengeluh karena mawar memiliki duri. Aku bersyukur bahwa duri memiliki mawar."

Rasa syukur dan pikiran posiitif terus kutanamkan dalam diriku. Aku harus terus hidup. Aku tidak mau hidup dengan fantasi-fantasi mereka. Aku tidak mau hidup dari fantasi-fantasi mereka.

Kalian harus lihat. Betapa suksesnya Sugar nanti....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun