Mohon tunggu...
Silpiah
Silpiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43223110028 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 2 - Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

19 November 2024   23:50 Diperbarui: 19 November 2024   23:50 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajaran Ki Ageng Suryomentaram tentang pengendalian diri mengajarkan bahwa individu harus mampu mengendalikan nafsu, ego, dan dorongan yang bisa menyebabkan perilaku yang tidak etis, seperti keinginan untuk mengambil keuntungan pribadi atau menyalahgunakan kekuasaan. Dalam konteks transparansi, ajaran ini relevan karena seseorang yang memiliki pengendalian diri yang baik cenderung lebih jujur dan terbuka dalam tindakannya. 

Transparansi mengharuskan seseorang atau institusi untuk bersikap jujur dan terbuka dalam setiap keputusan dan tindakan, termasuk dalam hal pengelolaan sumber daya dan informasi. Pengendalian diri yang baik membantu individu atau pemimpin menghindari perilaku yang merusak kepercayaan publik, seperti korupsi atau manipulasi informasi, yang sangat bertentangan dengan prinsip transparansi.

  • Kesadaran Diri dan Akuntabilitas

Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya kesadaran diri atau introspeksi dalam mengenali pikiran, perasaan, dan tindakan seseorang. Dalam ajarannya, seseorang diharapkan bisa menyadari dampak dari tindakannya terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, serta bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan tersebut.

Ini sangat relevan dengan akuntabilitas, yaitu prinsip bahwa seseorang harus bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya, terutama jika menyangkut kepentingan publik. Seorang pemimpin atau pengelola yang memiliki kesadaran diri tinggi akan lebih mampu bertindak secara etis, karena ia memahami tanggung jawab moral yang melekat pada posisinya. Ia tidak akan mencari alasan atau menyalahkan orang lain ketika terjadi kesalahan, melainkan berani menghadapi konsekuensi dan memperbaiki tindakan.

  • Nrimo dan Pengelolaan yang Adil

Prinsip nrimo dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan sikap menerima kenyataan dengan ikhlas dan tidak berambisi berlebihan untuk hal-hal materi. Dalam konteks transparansi dan akuntabilitas, prinsip ini menciptakan kesadaran bahwa seseorang harus bersikap adil dan bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya, serta tidak menggunakan posisi atau wewenangnya untuk kepentingan pribadi yang serakah.

Pemimpin yang mengamalkan prinsip nrimo akan lebih cenderung transparan dalam pengelolaan sumber daya dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan. Mereka juga akan lebih bertanggung jawab dalam memastikan bahwa semua pihak mendapatkan hak yang adil, karena mereka memahami pentingnya keadilan dan ketenteraman dalam pengelolaan publik.

  • Pawongan dan Tanggung Jawab Sosial

Konsep pawongan dari Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya hubungan yang harmonis antara individu dan komunitas. Ini terkait erat dengan transparansi dan akuntabilitas dalam konteks sosial. Setiap individu yang memegang kekuasaan atau tanggung jawab publik harus menyadari bahwa tindakan mereka mempengaruhi orang lain dan komunitasnya secara keseluruhan. Prinsip pawongan menekankan pentingnya menjaga kepercayaan dan hubungan baik dengan orang lain melalui sikap terbuka (transparan) dan bertanggung jawab (akuntabel).

Dalam konteks ini, transparansi dan akuntabilitas berperan penting untuk membangun kepercayaan dalam masyarakat. Seorang pemimpin atau pejabat yang transparan dalam keputusannya dan akuntabel atas tindakannya akan menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan menciptakan rasa keadilan, yang pada akhirnya memperkuat keharmonisan sosial.

  • Mengatasi Nafsu Angkara dan Perilaku Etis

Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan tentang pentingnya mengendalikan nafsu angkara murka yang dapat merusak moral dan etika seseorang. Dalam konteks transparansi dan akuntabilitas, pengendalian nafsu ini sangat penting untuk mencegah tindakan yang tidak etis, seperti korupsi, manipulasi, atau penyalahgunaan kekuasaan. 

Orang yang berhasil mengatasi nafsu angkara murka cenderung lebih jujur dan terbuka, serta bertanggung jawab dalam setiap tindakannya, yang sejalan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas.

HOW

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun