2. Ketidakadilan Sosial: Korupsi menciptakan ketidakadilan dengan memperkaya sebagian kecil orang yang korup dan merugikan masyarakat yang lebih luas, terutama kelompok rentan. Sumber daya yang seharusnya digunakan untuk kepentingan publik dialihkan untuk keuntungan pribadi, sehingga menghambat pembangunan dan memperdalam kesenjangan sosial.
3. Merusak Tatanan Sosial dan Norma Moral: Korupsi secara perlahan merusak norma-norma moral dalam masyarakat. Ketika korupsi menjadi hal yang umum dan diterima, standar moral masyarakat menurun, dan tindakan yang tidak etis menjadi normal. Ini mengakibatkan hilangnya rasa keadilan dan integritas di berbagai lapisan masyarakat.
4. Menghambat Kesejahteraan Bersama: Korupsi menghambat distribusi sumber daya yang adil dan efisien, yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan bersama, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Karena dana dialihkan ke tangan yang tidak bertanggung jawab, masyarakat luas menderita akibat kurangnya layanan publik yang berkualitas.
5. Memupuk Budaya Toleransi terhadap Perilaku Tidak Etis: Ketika korupsi tidak diberantas, ia menciptakan budaya di mana perilaku tidak etis dianggap hal biasa dan diterima. Ini bisa berdampak panjang pada generasi berikutnya, yang tumbuh dengan pemahaman bahwa praktik korupsi adalah bagian dari sistem yang tidak dapat diubah.
Sebagai permasalahan moral, korupsi menuntut respons yang tidak hanya berupa penegakan hukum, tetapi juga upaya perbaikan moral dan pendidikan etika di masyarakat. Penting untuk membangun budaya yang menempatkan integritas, kejujuran, dan akuntabilitas sebagai nilai-nilai dasar yang dianut oleh semua individu dan institusi.
WHY
KONSEP DASAR KEBATINAN YANG DIAJARKAN KI AGENG SURYOMENTARAM
- Pangawikan Kawruh Jiwa
Ki Ageng Suryomentaram mencetuskan istilah pangawikan kawruh jiwa, yang berarti pengetahuan tentang jiwa atau kejiwaan. Dalam ajarannya, setiap manusia perlu memahami dirinya sendiri secara mendalam, baik dari sisi pikiran, emosi, maupun nafsu. Pengetahuan tentang jiwa ini dianggap penting agar seseorang bisa mengenali sumber kegelisahan atau penderitaan dalam hidup, serta menemukan cara untuk mengatasi hal-hal tersebut.
- Pawongan, Panunggalan, dan Sambungan
Ki Ageng Suryomentaram mengenalkan tiga konsep pokok, yaitu pawongan, panunggalan, dan sambungan:
Pawongan merujuk pada manusia sebagai makhluk individu yang memiliki identitas dan kepribadian unik.
Panunggalan adalah konsep tentang kesatuan atau harmoni dengan diri sendiri, orang lain, dan alam semesta. Dengan mencapai panunggalan, seseorang diharapkan bisa hidup dalam keadaan damai dan selaras dengan lingkungannya.