Banyak netizen menyayangkan pengirim surat di pihak Eiger ini. Walaupun sang CEO turun langsung untuk meminta maaf, tetap saja sulit untuk menaikkan citra Eiger kembali. Terlebih dengan budaya spill ini, suatu berita tidak hanya berhenti di satu komunitas, tapi bisa merambah kemana saja. Jejak digital juga menjadi bukti nyata, walaupun sudah lama, pihak Eiger tidak mungkin bisa menghapus satu persatu tweet yang memojokkan namanya.
Maka dari itu, dengan melihat kasus diatas, mempelajari pengelolaan jejak digital menjadi hal penting. Setiap individu hingga komunitas terutama yang memiliki strong branding, sebaiknya mengenali prinsip jejak digital dan konsekuensinya dalam kehidupan nyata. Pada kasus ini, PT Eigerindo mengalami permasalahan cyber public relation. Dunia digital merupakan sarana mempertahankan citra yang baik dengan mudah dan murah, tetapi juga bisa menjadi lubang buaya yang dapat menjebak kapan saja.
Referensi
Griffin, Emory A. (2011). A First Look At Communication Theory 8th Edition. New York: McGraw-Hill.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H