Mohon tunggu...
Silmi Septiani
Silmi Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Pendidikan Agama Islam, Universitas Pendidikan Indonesia

Memegang prinsip lifelong learner, adaptif, dan senang mencoba banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengejutkan! Beginilah Fakta dan Solusi terkait Perilaku dan Potensi Beban Generasi Milenial yang Berstatus sebagai Generasi Sandwich

5 September 2022   18:00 Diperbarui: 6 September 2022   06:46 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1.1 Dokumentasi Wawancara dengan Tokoh Agama

Dewasa ini, di negara Indonesia status generasi sandwich kerap kali dirasakan oleh para generasi milenial yang memasuki usia dewasa muda dan madya. Melihat realitas yang demikian, salah satu Tim PKM-RSH Universitas Pendidikan Indonesia meneliti terkait bagaimana perilaku dan potensi beban generasi milenial yang menjadi bagian dari generasi sandwich serta bagaimana solusi menghadapinya berdasarkan perspektif agama Islam . Penelitian ini dilakukan oleh Silmi Septiani (IPAI 2019) sebagai ketua, didampingi 4 anggota lainnya, yakni Yaaquta Alya Faatihah (Psikologi 2019), Raisya Feby Aisyahrani (Pendidikan Sosiologi 2020), Ismi Delisna (IPAI 2020) dan Gherriya Rahima (IPAI 2021). Penelitian ini juga didampingi oleh Bapak Risris Hari Nugraha, M. Hum selaku Dosen pada Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia. Tim juga berhasil meraih pendanaan dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Dengan banyaknya generasi milenial yang berstatus sebagai generasi sandwich, maka tentunya hal ini berkaitan erat dengan kemajuan negara Indonesia yang tengah menghadapi bonus demografi, dimana generasi milenial memiliki kedudukan yang penting untuk mencapai kemajuan yang diharapkan bangsa sehingga jangan sampai status generasi sandwich yang melekat pada diri mereka menghambat perkembangan diri mereka sendiri. Maka dari itu, Silmi Septiani yang dibantu oleh para Anggota Tim memiliki tujuan dalam menjalankan penelitian ini, antara lain menganalisis pola tingkah laku generasi milenial yang berstatus sebagai generasi sandwich, menganalisis beban yang dirasakan oleh generasi milenial yang berstatus sebagai generasi sandwich, serta menganalisis nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai way of life dalam memutus rantai generasi sandwich. Penelitian ini menggunakan metode studi fenomenologi dimana peneliti berusaha menggali makna dari setiap pengalaman yang dirasakan oleh para generasi milenial yang berstatus sebagai generasi sandwich. Untuk memperoleh data, peneliti melakukan wawancara semi terstruktur terhadap 4 narasumber yang berdomisili di Kota Bandung dan terdiri dari laki-laki maupun perempuan. Untuk menggali nilai-nilai agama Islam sebagai solusi dalam menghadapi fenomena ini, Tim PKM-RSH ini juga melakukan wawancara dengan salah satu tokoh agama ternama di Indonesia, yakni KH. Abdullah Gymnastiar.

1.1 Dokumentasi Wawancara dengan Tokoh Agama
1.1 Dokumentasi Wawancara dengan Tokoh Agama

1.2 Dokumentasi dengan Tokoh Agama
1.2 Dokumentasi dengan Tokoh Agama
Adapun hasil temuan yang diperoleh pada penelitian ini antara lain :

1. Berkaitan dengan pola tingkah laku generasi milenial yang berstatus sebagai generasi sandwich, ditemukan beberapa fakta sebagai berikut :

a. Generasi sandwich menghadapi kenyataan hidupnya dengan beradaptasi serta menyeimbangkan antara keperluan keluarga dengan diri sendiri, bahkan mereka cenderung bisa hidup mandiri karena sudah mampu membantu mengatasi masalah keluarga dengan bekerja.
b. Generasi yang berstatus sebagai generasi sandwich memiliki keterbukaan dalam sisi finansial dengan anggota keluarga mengenai apa yang terjadi dengan keluarga.
c. Biasanya, generasi sandwich merasa malas bertemu dengan teman-teman dan atau tidak ingin sebab khawatir akan mengeluarkan uang terlalu banyak untuk kebutuhan yang tidak diperlukan. Jika pun keluar, mereka yang berstatus sebagai generasi sandwich hanya memilih meluangkan waktu dan uangnya untuk bermain bersama teman-teman dekatnya saja karena melalui teman-temannya itulah mereka dapat menceritakan hal-hal yang dirasakannya.
d. Generasi sandwich cenderung berinteraksi dengan keluarga dan teman-temannya hanya untuk hal-hal penting saja.
e. Generasi sandwich cenderung memiliki manajemen waktu yang baik tergambar dari kegiatan sehari-hari mereka yang selalu terjadwal.
f. Generasi sandwich memahami prioritas dalam hidupnya dan sudah pandai dalam mengelola keuangan.
g. Generasi sandwich sangat berpikir ke depan utamanya dalam aspek mengeluarkan uang dan bagaimana mereka harus bekerja keras.

2. Berkenaan dengan potensi beban yang dirasakan oleh para generasi milenial yang menyandang status sebagai generasi sandwich, peneliti berhasil mengungkap beberapa hal berikut :

a. Para generasi sandwich kadang kala merasa capek secara emosional dan fisik akibat perannya.
b. Beban psikologis yang dirasakan oleh para generasi sandwich yang bestatus sebagai generasi milenial adalah lebih banyak overthinking untuk menghadapi masa depan serta merasa burnout ketika lelah dari kerja kerasnya.
c. Keuangan menjadi beban yang paling dirasakan oleh para generasi sandwich.
d. Para generasi sandwich merasa memiliki beban lebih karena harus dihadapkan dengan mereka yang lebih dimudahkan dalam menjalani hari-harinya.
e. Dengan menjadi generasi sandwich, generasi milenial merasa bahwa hal ini akan sangat memengaruhi masa depan mereka karena mereka selalu khawatir dan lebih memilih untuk mengorbankan cita-cita mereka demi menjadi tameng bagi keluarga mereka.

3. Nilai-nilai ajaran agama Islam yang dapat dijadikan sebagai solusi dalam menghadapi fenomena ini, diantaranya :

a. Setiap manusia memiliki episode kehidupan masing-masing yang tentunya berkaitan erat dengan takdir serta kewajiban dalam berikhtiar melakukan yang terbaik.
b. Setiap orang dalam keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing yang membuat seseorang bisa berkualitas menghadapi situasi apapun, baik susah maupun senang. Hal yang demikian dipengaruhi oleh kekuatan iman seseorang dan kekuatan iman ini tergantung dari pemahaman agama asing-masing.
c. Orang tua harus mampu menjadi pedoman bagi anak-anak mereka sehingga orang tua berperan untuk mengajarkan ilmu yang baik dan bermanfaat bagi anaknya.
d. Anak bukanlah sebuah investasi, anak merupakan titipan dan amanah dari Allah maka sebaiknya ketika membesarkannya orang tua harus ikhlas memberikan yang terbaik dan tidak mengharapkan balasan apapun dari seorang anak.
e. Diperlukan sebuah perancangan pembangunan keluarga sebelum menikah utamanya yaitu: (1) berusaha belajar ilmu agama agar memiliki pemahaman agama yang baik, (2) berkomitmen untuk bertanggung jawab dalam memenuhi seluruh hak dan kewajiban suami istri, (3) persiapan finansial, (4) persiapan tempat tinggal, serta (5) belajar ilmu parenting.
f. Untuk terciptanya suatu keluarga yang ideal, orang tua harus bisa menjadi teladan dan berupaya mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang, berusaha melatih, membina, mendoakan dengan optimal, serta menjaga kehalalan makanan maupun pakaian yang diberikan kepada anak.
g. Setiap hal dirasakan oleh manusia baiknya disikapi dengan penuh keikhlasan, kesabaran, serta rasa syukur, karena sikap-sikap bijak yang demikianlah yang akan mengantarkan manusia ke dalam keberkahan serta pemberian pahala dari Allah Swt.

Oleh : Silmi Septiani, Raisya Feby Aisyahrani, Yaaquta Alya Faatihah, Ismi Delisna, Gheriyya Rahima (Tim PKM-RSH Universitas Pendidikan Indonesia) dengan Dosen Pendamping Bapak Risris Hari Nugraha, M.Hum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun