Mohon tunggu...
Silmi Kaffah
Silmi Kaffah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Jakarta

Mahasiswa program studi Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ruang Lingkup Retorika: Definisi, Sifat Ilmiah, dan Kerangka Filosofis

11 Juni 2024   18:27 Diperbarui: 11 Juni 2024   19:27 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri oleh: Syamsul Yakin dan Silmi Kaffah (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Ruang lingkup dapat diartikan sebagai batasan atau cakupan suatu pembahasan. Dalam konteks retorika, ruang lingkup mengacu pada batasan subjek yang dipelajari, meliputi definisi, materi, unsur, tujuan, komponen, dan hubungannya dengan ilmu lain. Selain itu, ruang lingkup retorika juga mencakup pembahasan tentang pembicara, pesan, dan pendengar.

Retorika mencakup seluruh proses komunikasi yang terjadi antara pembicara dan pendengar, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (tatap maya). Komunikasi ini dapat berlangsung secara verbal (lisan dan tulisan) dan nonverbal (bahasa tubuh dan gerakan tubuh).

Retorika bisa didefinisikan dalam pengertian sempit maupun luas. Dalam pengertian sempit, retorika adalah seni atau kecakapan berbicara. Secara luas, retorika mencakup seni, keterampilan, pengetahuan, dan ilmu dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, serta mencakup penggunaan bahasa dan gerakan tubuh.

Dalam pengertian sempit, retorika berkaitan dengan tata bahasa, logika, dan dialektika yang digunakan oleh pembicara untuk berkomunikasi dengan pendengar. Dalam pengertian yang lebih luas, retorika mencakup lebih dari sekadar pidato atau ceramah, tetapi melibatkan seluruh aspek komunikasi yang terus berkembang. Dalam konteks ini, retorika dianggap sebagai bagian dari warisan budaya.

Retorika memiliki sifat ilmiah yang mencakup unsur-unsur empiris, sistematis, analitis, objektif, verifikatif, kritis, dan logis. Sifat-sifat ilmiah ini digunakan untuk mencapai tujuan utama retorika, yaitu mempengaruhi sikap, opini, dan tindakan pendengar secara efektif dan efisien.

Secara filosofis, retorika mencakup tiga pertanyaan utama. Pertama, pertanyaan ontologis, yaitu mengenai hakikat retorika itu sendiri. Kedua, pertanyaan epistemologis, yaitu bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan tentang retorika. Ketiga, pertanyaan aksiologis, yaitu mengenai manfaat dari retorika.

Awalnya, retorika terdiri dari tiga unsur: pembicara, pendengar, dan pesan yang bersifat informatif, persuasif, serta rekreatif, yang biasanya menjadi isi pidato. Namun, belakangan ini, media juga menjadi unsur penting dalam retorika, baik media tradisional, konvensional, maupun media sosial.

Ada tiga komponen utama dalam retorika. Pertama adalah pathos, yang berarti kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi hati dan pikiran. Seorang pembicara harus memiliki pathos agar dapat menarik emosi pendengar, sehingga mereka bisa merasa sedih, kasihan, dan simpati.

Dalam berpidato, penting untuk mempertimbangkan aspek logos, yang berarti sesuai dengan akal. Hal ini berarti bahwa ide-ide yang diungkapkan harus didasarkan pada penalaran yang logis dan rasional, serta mempertimbangkan kemampuan intelektualitas dan pemahaman yang mendalam.

Dalam konteks keberhasilan beretorika, seorang pembicara harus memiliki sikap, kepribadian, watak, dan karakter yang jelas agar pesan yang disampaikan dapat dipercaya oleh pendengar. Dalam arti harfiah, ethos merujuk pada aspek-aspek seperti watak, karakter, dan kepribadian yang mempengaruhi kepercayaan pendengar terhadap pembicara.

Retorika sangat erat kaitannya dengan ilmu komunikasi karena keduanya membahas tentang interaksi komunikatif manusia. Ini mencakup proses pengiriman pesan oleh pembicara, penerimaan pesan oleh pendengar, dan pemrosesan pesan melalui media tertentu.

Retorika juga berhubungan dengan psikologi, terutama dalam konteks pembicara dan pendengar. Keduanya memiliki kesamaan dalam objek kajian, yaitu perilaku dan mental manusia. Secara epistemologis, retorika dan psikologi mencakup ilmu pengetahuan dan ilmu terapan. Saat seseorang berpidato, yang terjadi bukan hanya proses retorika, tetapi juga proses psikologi.

Secara praktis, retorika dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, retorika pidato atau penceramah yang biasanya bersifat informatif dan edukatif. Kedua, retorika politisi yang cenderung bersifat persuasif. Ketiga, retorika pemerintah yang sering kali bersifat informatif dan persuasif.

Ruang lingkup retorika mencakup definisi, sifat ilmiah, kerangka filosofis dan praktis, unsur-unsur, komponen, serta hubungannya dengan disiplin ilmu lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun