Mohon tunggu...
Silmi Aziza Karroghi
Silmi Aziza Karroghi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FKM Undip

Mari saling ada untuk sesama tanpa banyak menghakimi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masyarakat Mandiri dan Tanggap Bencana, Harapan Desa Kesongo

15 Januari 2022   16:02 Diperbarui: 15 Januari 2022   17:06 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Kesongo (12/12/21) -- Indonesia terletak di pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Sedangkan pada Indonesia bagian selatan dan timur, terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Nusa Tenggara, hingga Pulau Sulawesi. Hal ini mengakibatkan Indonesia menjadi negara dengan wilayah yang sangat rawan terhadap bencana alam.

Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana sendiri terbagi menjadi tiga macam, yaitu bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial. Menurut BNPB, pada tahun 2021 Indonesia telah mengalami 3.092 bencana alam. BNPB juga mengabarkan jika pada tahun 2021 lalu, total bencana alam yang terjadi lebih rendah dibandingkan tahun 2020 (4.649 kejadian). Namun, justru dampak yang disebabkan oleh bencana alam di tahun 2021 meningkat drastis, seperti kenaikan jumlah korban neninggal dunia sebesar 76.9%, korban luka-luka meningkat 2180.5%, jumlah pengungsi meningkat 24%, dan rumah rusak 116.3%. Dengan kondisi geografis Indonesia dan juga dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, sudah sepatutnya masyarakat Indonesia mulai menjadi masyarakat yang tanggap akan bencana.

Di Kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang yang sebagian wilayahnya terletak di tepi Rawa Pening juga menjadi wilayah dengan beberapa potensi bencana alam. Beberapa potensi bencana alam yang ada dan telah terjadi di Desa Kesongo adalah banjir, tanah longsor, puting beliung, dan gempa bumi.

Oleh karena kondisi tersebut, Tim KKN PHP2D (Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa) KSR FKM Undip mengadakan Workshop Tanggap Bencana dengan sasaran peserta berasal dari Linmas masing-masing dusun di Desa Kesongo. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari pada hari Sabtu-Minggu, 11-12 Desember 2021. Dalam keberjalanannya, Tim KKN juga bekerja sama dengan PMI Kecamatan Tuntang dalam memberikan materi pelatihan kepada Linmas Desa Kesongo. Materi yang disampaikan antara lain manajemen penanggulangan bencana, pertolongan pertama bencana pada korban bencana beserta praktiknya, evaluasi penanggulangan bencana di Desa Kesongo, analisis risiko bencana beserta praktiknya, dan pemetaan risiko bencana beserta praktiknya.

Pemaparan siklus pra-bencana/dokpri
Pemaparan siklus pra-bencana/dokpri
Salah satu Tim KKN PHP2D KSR FKM Undip, yaitu Silmi Aziza Karroghi juga turut berbagi informasi pada materi manajemen penanggulangan bencana tepatnya di bagian siklus pra-bencana. Pada bagian pra-bencana, dijelaskan materi dengan media power point dan menggunakan komunikasi dua arah serta diakhiri dengan sesi tanya jawab. Pada materi ini, hal yang disampaikan berupa pengertian bencana, jenis bencana, data jenis dan dampak bencana alam di Indonesia, dan tahapan siklus pra-bencana, serta tas siaga bencana.

Masyarakat khususnya Linmas turut serta berpartisipasi aktif selama keberjalanan acara Workshop Tanggap Bencana dimana masyarakat antusias dalam sesi tanya jawab maupun praktik. Besar harapan kami, Tim KKN PHP2D KSR FKM Undip, melaui kegiatan workshop ini masyarakat Desa Kesongo dapat sigap dan tanggap dalam menghadapi ancaman bahaya bencana alam. Meskipun kita sebagai manusia tentunya tidak pernah meminta terjadinya sebuah bencana, tetapi lebih baik memersiapkan diri untuk hidup berdampingan dengan risiko bencana alam. Tidak hanya itu, penulis juga berharap masyarakat Indonesia mulai sadar untuk melatih dan meningkatkan ketanggapan diri dalam menghadapi risiko bencana alam.

Penulis: Silmi Aziza Karroghi - Fak. Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Dosen Pembimbing : dr. Sri Winarni, M.Kes

Editor : Nikie Astorina Yunita D, SKM., M.Kes.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun