Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, yang selama ini telah menjadi solusi pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul, DIY, memainkan peran penting dalam keseimbangan ekosistem lingkungan dan kesehatan masyarakat. Namun, dengan penutupan operasional TPA Piyungan, berbagai konsekuensi muncul, termasuk potensi dampak terhadap epidemiologi penyakit menular di masyarakat sekitar dan juga isu-isu terkait dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar mulai muncul sebagai perhatian utama.
Penutupan TPA Piyungan menjadi salah satu solusi yang diambil pemerintah untuk mengatasi masalah lingkungan dan kesehatan yang terkait dengan operasional TPA tersebut. Penutupan TPA Piyungan juga mengarah pada perubahan dalam pengelolaan dan disposisi sampah. Meskipun penutupan ini dianggap sebagai langkah positif untuk perlindungan lingkungan, namun ada berbagai dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari penutupan tersebut.
Dampak dari penutupan TPA Piyungan tidak hanya terbatas pada aspek lingkungan, tetapi juga melibatkan aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Jika tidak dielola dengan baik, sampah yang dikumpulkan dapat menjadi tempat berkembang biak bagi patogen penyebab penyakit menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular di antara masyarakat
Dari aspek lingkungan, penutupan TPA dapat mengurangi risiko polusi tanah dan air, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, proses penutupan dan pengolahan akhir sampah yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah baru seperti pencemaran tanah dan air..
Sementara itu, dari aspek sosial dan ekonomi, penutupan TPA dapat berdampak pada mata pencaharian masyarakat sekitar yang bergantung pada aktivitas di TPA, seperti scavenger atau pemulung. Selain itu, pengelolaan sampah yang tidak efektif dapat menimbulkan biaya tambahan bagi pemerintah dalam jangka panjang.
Dari aspek kesehatan masyarakat, penutupan TPA yang tidak disertai dengan pengelolaan sampah yang baik dapat meningkatkan risiko penyakit menular dan gangguan kesehatan lainnya bagi masyarakat sekitar. Salah satu dampak yang paling mungkin terjadi adalah peningkatan kasus penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan (waterborne dan foodborne diseases). Air dan tanah yang terkontaminasi dari TPA yang tidak ditutup dengan benar dapat menjadi sumber penyebaran patogen ke lingkungan sekitarnya. Selain itu, vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, dan tikus
 Dampak Penutupan TPA Terhadap Epidemiologi penyakit Menular.
- Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan menghasilkan serangkaian dampak yang signifikan terhadap epidemiologi penyakit menular di masyarakat sekitar. Dengan perubahan dalam pengelolaan dan disposisi sampah, serta potensi kontaminasi lingkungan, muncul risiko baru terhadap kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh penyakit menular yang dapat timbul atau meningkat akibat dampak penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA):
- Leptospirosis
- Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyebar melalui air atau tanah yang terkontaminasi oleh urine hewan yang terinfeksi. Dengan penutupan TPA, air dan tanah di sekitar area tersebut dapat terkontaminasi oleh urine tikus atau hewan lain yang berkembang biak di tempat sampah.
- Diare
- Penyebab utama diare adalah bakteri, virus, atau parasit yang biasanya ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Kontaminasi lingkungan akibat penutupan TPA dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit ini karena kualitas air dan makanan yang tercemar.
- Malaria
- Meskipun malaria biasanya ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang berkembang biak di area berair, penutupan TPA dapat menciptakan genangan air yang menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk ini.
- Demam Tifoid
- Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Peningkatan kasus demam tifoid dapat terjadi jika sumber air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akibat dari penutupan TPA
Tindakan Mitigasi untuk Mencegah Penyebaran Penyakit Menular  Pasca Penutupan TPA
Pasca penutupan TPA, penting bagi pihak berwenang dan masyarakat untuk mengambil tindakan mitigasi guna mencegah penyebaran penyakit menular. Berikut beberapa tindakan mitigasi yang dapat diambil:
- Pengelolaan Sampah Yang Tepat.
- Pengelolaan sampah medis: Memastikan sampah medis seperti jarum suntik, perban, dan bahan medis lainnya dikelola dan dibuang dengan benar untuk mencegah kontaminasi.
- Pemilahan dan prmanffatan sampah: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah organik dan anorganik serta penggunaan kembali atau daur ulang bahan yang dapat didaur ulang.
- Sanitasi dan Kebersihan Lingkungan.
- Pembersihan dan  desinfeksi: Melakukan pembersihan dan disinfeksi secara rutin di area sekitar TPA untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme patogen.
- Akses ke air bersih: Menyediakan akses yang memadai ke air bersih dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konsumsi air bersih yang aman.
- Edukasi dan Sosialisasi.
- Pendidikan kesehatan masyarakat: Mengadakan program edukasi tentang pentingnya kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, dan cara pencegahan penyakit menular.
Promosi vaksinasi: Mendorong vaksinasi untuk penyakit menular yang dapat dicegah melalui vaksin, seperti hepatitis, tifoid, atau influenza
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran Penyakit Menular Pasca Penutupan TPA.
- Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular jika tidak dikelola dengan tepat. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran penyakit menular setelah penutupan TPA:
- Pengelolaan Smpah Yng Tidak Tepat.
- Kontaminasi lingkungan : umpukan sampah yang tidak tertutup atau dikelola dengan tidak benar dapat menyebabkan kontaminasi lingkungan oleh mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, dan parasit.
- Peningkatan Vektor : Tumpukan sampah yang tidak tertutup dapat menjadi tempat berkembang biak bagi vektor penyakit seperti nyamuk dan tikus, yang dapat menyebarkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan leptospirosis.
- Kondisi Sanitasi dan Higiene
- Akses ke air bersih : Kurangnya akses ke air bersih atau penggunaan air yang terkontaminasi dapat meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air, seperti diare, kolera, dan tifoid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H