Mohon tunggu...
Silvia Khansa
Silvia Khansa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate student of Environmental Health major, University of Indonesia

Currently, she is pursuing education to complete her bachelor's degree in terms of environmental health areas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Ancaman DBD: Tingkat Keparahan Naik ketika Pandemi Covid-19

1 November 2021   09:49 Diperbarui: 1 November 2021   09:54 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Meskipun terlihat seperti semakin membaik, bukan berarti kita sudah boleh duduk tenang. Melihat kembali ke target IR DBD kabupaten/kota kurang dari 49 per 100.000 penduduk, masih terdapat 10 provinsi yang kabupaten/kotanya tidak memenuhi target indikator, bahkan 2 provinsi yaitu Bali dan DI Yogyakarta, seluruh kabupaten/kotanya tidak memenuhi target. 

Selain itu, case fatality rate DBD naik dari 0,67% menjadi 0,7% pada tahun 2020. Case fatality rate (CFR) sendiri menunjukkan tingkat keparahan dan kefatalan dari sebuah penyakit di populasi. Suatu provinsi dikatakan memiliki CFR tinggi jika angkanya melampaui 1%. Pada tahun 2020, terdapat 11 provinsi yang melampaui CFR 1%, dimana bertambah satu dari tahun 2019. Hal tersebut menandakan bahwa tingkat keparahan dan risiko komplikasi fatal DBD meningkat di Indonesia. 

Pencegahan dan Pengendalian DBD Saat Pandemi Covid-19 

Menanggapi hal diatas, adapun beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit DBD. Pertama, masyarakat melaksanakan gerakan 1 rumah 1 jumantik secara mandiri. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dilakukan melalui kegiatan 3M Plus yang meliputi menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air seminggu sekali, dan mendaur-ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai, ditambah (Plus) berupa menaburkan larvasida pembasmi jentik nyamuk penyebab DBD, memelihara ikan pemakan jentik, serta rutin mengganti air yang ada di dalam vas bunga atau wadah lain berisi air yang digunakan untuk sesuatu, tercantum dalam Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M-PLUS dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.

Kedua, pelaksanaan fogging di lingkungan luar rumah untuk memberantas nyamuk dewasa penyebab DBD. Fogging harus didahului dengan hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) yang dilakukan oleh petugas PE dan dilakukan sebanyak 2 siklus dengan jarak antar siklus selama 7 hari.  

Selama pandemi Covid-19, fogging dilakukan hanya di luar rumah dengan radius pengabutan sejauh 200 meter dari rumah penderita DBD. Petugas fogging harus memakai masker, pelindung diri, dan menerapkan social distancing yang dikemukakan dalam surat edaran Kementerian Kesehatan RI tahun 2021 Pencegahan dan Pengendalian DBD dalam Situasi Pandemi Covid-19.

Ketiga, pengendalian vektor nyamuk penyebab DBD di dalam rumah dengan menggunakan pestisida dan kelambu. Pestisida yang dimaksud dapat berbentuk cair maupun padatan yang boleh digunakan di tingkat rumah tangga. Masyarakat pun dapat memasang kelambu di kamar tidur untuk mencegah gigitan nyamuk yang membawa virus DBD sehingga mencegah risiko penularan virus dari nyamuk ke manusia. 

Selain itu, langkah praktis yang dapat dilakukan adalah tidak menggantungkan pakaian yang telah dipakai agar tidak menjadi tempat persembunyian bagi nyamuk Aedes spp. untuk tinggal di dalam rumah, dilansir dari artikel  Waspada DBD di Masa Pandemi, Lakukan Pencegahan Ini.

Dari gambaran mengenai kasus DBD di Indonesia ketika pandemi Covid-19, dapat disimpulkan bahwa kasus DBD perlu menjadi perhatian karena keberadaannya yang masih belum hilang dari Indonesia. Selain itu, angka CFR dari tahun 2019 ke tahun 2020 menunjukkan bahwa tingkat keparahan dan kematian dari penyakit DBD masih meningkat. Untuk itu, seluruh pihak baik pemerintah dan masyarakat perlu ikut andil untuk mencegah kejadian DBD selama pandemi Covid-19 agar tidak menambah beban penyakit bagi negara Indonesia yang karena saat ini menjadikan penanganan pandemi Covid-19 sebagai prioritas. 

Penulis: Diva Muthia R dan Silvia Khansa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun