Mohon tunggu...
Silas Lazarus
Silas Lazarus Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Every man dies. Not every man really lives" (William Wallace)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haruskah Natal dirayakan, Kawan?

23 Desember 2011   17:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:50 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap tahun tanggal 25 Desember Umat Kristen merayakan Natal sebagai peringatan akan kelahiran Yesus Kristus. Tradisi monoton ini berlangsung setiap tahun. Banyak jenis kegiatan dengan tema Natal dilakukan di seluruh Gereja dengan gegap gempita dan meriah yang bergema nyata di hati setiap orang Kristen, karena konsep perayaan Natal tidak bisa ditawar lagi, tidak bisa diingkari lagi.

Menyikapi tradisi ini, seringkali pertanyaan timbul dalam diri saya, apakah memang perlu merayakan Natal setiap tanggal 25 Desember? Apa sebenarnya inti dan makna perayaan perayaan Natal? Apakah hanya sekedar merayakan kelahiran Yesus? Atau adakah makna yang lebih mendalam dari hanya sekedar sebuah tradisi yang dilakukan secara turun temurun setiap tahun? Seperti apakah makna yang mendalam tersebut?

Saya terlahir sebagai seorang Kristen, dilahirkan dari sebuah keluarga miskin yang setiap hari kami berdoa untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, cukup makanan dan pakaian yang layak pakai. Pengharapan akan perubahan dalam hidup kami selalu bertumpu pada kekuatan Doa. Tapi kami tetap miskin dan hidup susah. Setiap Tahun kami merayakan Natal dalam kondisi yang kekurangan. Kami tidak punya makanan yang melimpah, kami juga tidak punya cukup uang untuk membeli baju baru, pada setiap perayaan Natal.

Perayaan Natal di keluarga kami dirayakan dengan sangat sederhana yang jauh dari makna kecukupan. Natal bagi kami tidak ada bedanya dengan hari-hari biasa. Apakah Tuhan tidak mendengar dan menjawab Doa kami? Tentu saja tidak, kawan. Kami percaya Tuhan punya maksud yang lebih baik untuk menguji kadar kesetiaan kami kepada-Nya.

Bagi saya, perayaan Natal hanyalah tradisi tanpa pemaknaan yang berarti. Tradisi yang dilakukan secara turun temurun masih dipengaruhi oleh peradaban lama. Haruskah kita memaknai kelahirannya dan keberadaannya di dunia ini hanya setahun sekali? Tentu saja tidak. Memaknai kelahiran Yesus dan keberadaannya di dunia yang fana ini tidak harus setiap tanggal 25 Desember. Memaknai kelahiran Yesus dan keberadaannya di dunia ini patut dilakukan setiap hari, yaitu dengan memaknainya dengan nilai-nilai kesederhanaan dan kasih untuk direnungkan dalam menggapai esensi dari hidup ini.

Selamat Natal 2011.

- Silas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun