Kontes Ratu Pendidikan
Nama-nama, peristiwa, tempat dan materi yang diangkat hanyalah fiktif belaka. Kalaupun ada kesamaan, merupakan kebetulan saja. Menggambarkan pekerjaan anggota dewan bersama pemerintah dalam menjalankan fungsi masing-masing dengan alam pikir awam, gaya plesetan dengan bahasa campuran yang jauh dari kaedah penulisan. Disusun lebih mirip naskah film. Dibintangi oleh 26 tokoh. Terdiri atas dua puluh satu laki-laki dan lima tokoh perempuan. Seorang sebagai Ketua Fraksi. Dua orang berperan sebagai Wakil Ketua Fraksi, seorang perempuan menjadi Sekretaris Fraksi, satu orang perempuan lagi menjabat Bendahara Fraksi dan lainnya anggota.
Mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mendekati angka 1 Trilyun, ngeri-ngeri sedap. Ngeri kalau pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) gak bisa menyesihkan setoran. Sedap kalau ada SKPD yang pinter sisipkan jatah. Dua tahun belakangan ini, Ratu Pendidikan (RP) termasuk SKPD yang paling pinter otak-atik anggaran. Jadi untuk menduduki jabatan sebagai Ratu Pendidikan gak usah diadakan kontes lagi. Oleh karenannya Walikota dan Ketua Fraksi Balkon mempertahankan kedudukannya yang mendekati masa purna tugas itu. Namanya Ratu Pendidikan, dia menguasai dan membawahi semua lembaga pendidikan kecuali perguruan tinggi. Anggarannya jelas maksimum dan patut dibanggakan karena mencitrakan bahwa Pemerintah Daerah tampak peduli pendidikan dibanding daerah lain seluruh Nusantara. Jangankan guru swasta, guru ngaji, penginjil dan pengajar agama dijatah insentif bulanan. Jangankan gaji dan tunjangan guru negeri, uang makanpun dianggarkan. Walikota memang melakukan penyaringan ketat untuk formasi jabatan SKPD, apalagi Dinas Pengurus Pendidikan (DPP). Pasalnya, dinas ini berpotensi basah, anggarannya besar dan perangkatnya mudah dikendalikan. Cukup satu ancaman! Tidak naik pangkat atau dimutasi didaerah terpencil maka mereka akan sami'na wa ato'na, manut, tunduk dan patuh.
Ceritanya, Sang Walikota mematok syarat yang amat berat. Tak hanya soal kepangkatan dan senioritas untuk menjadi pimpinan SKPD. Tapi setor dulu Rp. 100 juta hingga 150 juta. Dan selanjutnya setiap tahun anggaran mampu setor 30 % dari anggaran. Tapi menurut kabar angin, para pimpinan dewan dan Ketua Fraksi Balkon (FB) sudah include di dalamnya. Ketua Fraksi Balkon beserta anggotanya dan tentunya Walikota sendiri memanggil khusus RP secara tertutup, diluar jam dinas. Tepatnya malam. Seperti biasa pemanggilan dilakukan by phone melalui ajudan.
Ajudan Walikota ( AW) menelpon RP : Halo! Selamat malam ibu... dengan nada yang halus
RP menjawab dibuat agak gelagapan : Oh ya Halo mas AW, ada apa kok malam-malam ngantak saya.
AW : Begini ibu ratu, inikan mau ada lagi rolling pejabat dilingkungan Pemkot, nah bapak berkenan untuk memanggil njenengan malam ini.
RP : Aduh maaf mas AW, apa ada yang salah selama menjabat Dinas Pengurus Pendidikan, kok gak biasanya bapak panggil malam-malam begini.
AW : Kurang tahu saya bu, semoga saja bapak lagi senang.
RP : Kok begitu mas. Tolong dong mas saya dibantu untuk bicara pada bapak untuk menetapkan kedudukan saya di DPP.
AW : Waduh saya tidak dalam kapasitas itu, bunda ratu..
RP : Sudahlah mas, saya sangat mengerti kok. Nanti ada rejeki yang harus saya kasikan mas.
AW : Ah bukan soal itu Bunda Ratu, tapi kami kan hanya dapat menyampaikan bukan memutuskan.
RP : Sudahlah mas, seperti biasanya saya gak pelit bagi-bagi rejeki.
AW : Baiklah bu, terima kasih. Oh iya Bunda Ratu, satu jam lagi ya njenengan ke Rumah Dinas (Rumdin)
RP : Baik mas..segera meluncur.
Telelepon ditutup. AW berteriak Yess!!! Di tempat lain RP tergopoh menyiapkan angpao untuk AW, sambil deg-degan apa yang bakal terjadi. Selesai berdandan rapi segera RP meluncur ke Rumdin Walikota. Mobil Dinas (Mobdin) putih melesat dengan cepat. Hanya butuh sepuluh menit tiba di tempat tujuan. Mobil langusng berhenti menurunkan RP dipintu gerbang Rumdin yang tampak lengang itu. Dia turun dan merapikan lagi busana yang dikenakan dan menyahut tas jinjing lalu melaju ke depan pintu gerbang. Satpol penjaga pintu tanpa diminta membukakan dan menyilahkan RP masuk menuju ruangan khusus di Rumdin. Sebernarnya agak kaget. Pasalnya ia pikir hanya empat mata dengan walikota tapi ini lengkap dengan jajaran Fraksi Balkon.
Setelah pembicaraan basa-basi sejenak. Walikota langsung membuka pertemuan terkait dengan perkembangan pembangunan di wilayah yang dipimpinnya. Keluh kesah Sang Walikota tentang serapan anggaran SKPD yang rendah menjadi topik pembicaraan.
Walikota : Kalau serapan anggaran kecil. Bagaimana kita bisa leluasa menyisihkannya. Padahal kebutuhan saya dan masing-masing anggota dewan pada meningkat. Jadi kalau anda masih kepingin menjabat jadi Kepala Dinas Pengurus Pendidikan, tolong paparkan apa yang bisa anda berikan. Saya tahu anda sangat cerdik membuat acara-acara kolosal yang dapat dijadikan bukti sebagai laporan projek. Dulu sudah pernah buat acara massal dan skala nasional dengan sukses menghadirkan Si Goyang Bebek. Meski mendapatkan sorotan masyarakat, toh secara penggunaan keuangan tidak bermasalah dan aman. Sekarang kami ingin mendengar gagasan brilian anda.
RP : saya merasa tersanjung dengan kepercayaan bapak kepada saya pribadi ( RP dengan suara santun dan sedikit lirih) . Ehm...(dia berdehem dan melanjutkan). Sebetulnya tidak banyak ide yang kami punyai, tapi intinya masih dengan kegiatan massal berlabel nasional. Dan yang terpenting adalah bermuatan pendidikan yang menyangkut lingkungan, pariwisata dan budaya.
Tanpa ditanggapi Walikota meminta kepada Fraksi Balkon untuk menanggapi gagasan RP.
Ketua FB : Saya belum paham detil kegiatannya, tolong di jelaskan
Dewi Bleweh (Anggota FB) : Iya Bunda Ratu, saya tidak ingin kegiatan massal itu terlalu melenceng seperti waktu menghadirkan Si Goyang Bebek dulu. Meski secara penggunaan dinilai benar oleh Badan Pemeriksa Keuangan, tapi beban moral kami di tengah masyarakat sangat berat. Sehingga kami dihujat oleh mereka. Untung saja hanya melalui facebook.
Dewi Menuk Bedhunduk: Lho jangan menyepele kan facebook ya, memang penggunanya terbatas, tapi sekarang jamannya teknologi internet, itu tersebar sedunia lho!
Tiga orang dari Fraksi Balkon telah bicara. Walikota memberi isyarat pada Ratu Pendidikan untuk menjawab secara langsungl.
RP : : Jadi begini Yang Mulia anggota dewan dari Fraksi Balkon. Paling mudah memberikan bukti bahwa kegiatan itu besar adalah hadirnya massa. Oleh karena itu waktu datangkan Si Goyang Bebek, para pelajar tidak boleh gunakan seragam sekolah. Tapi ke depan kegiatan itu saya ubah, meski tetap memobilisasi anak sekolah. Karena merekalah satu-satunya titik yang bisa kita gerakkan secara massal dengan biaya semurah-murahnya.
Dewi Bleweh, Dewi Menuk Benduduk, Ketua Fraksi Balkon dan Walikota manggut-manggut mengikuti penjelasan Si Ratu Pendidikan.
RP melanjutkan : Akhir tahun kemarin sudah kami contohkan. Kami membuat Festifal Sayur Lodeh Nusantara dan Festifal Horog-Horog Nasional. Saya perintahkan mereka untuk mengambil dana BOSDA, dan mengerahkan sebanyak banyak orang. Sementara di Dinas kami anggarkan, di dinas pariwisata juga mengangarkan karena bersinggungan dengan promo wisata, humas jelas terlibat karena bisa mengeluarkan dana publikasi. Jadi, satu kegiatan dapat dianggarkan dari berbagai dinas. Nah itu celah aman yang bisa saya lakukan.
Mendengarkan paparan yang begitu cerdas semuanya manggut-manggut.
Walikota : Bagaimana? Bapak-Ibu Fraksi Balkon? Apa masih kurang mantap.
Mereka serentak menggelengkan kepala.
Walikota : Untuk memburu laporan yang segera diperiksa BPK ini butuh bukti kegiatan massal lagi dari anda. Padahal ada beberapa pos anggaran yang sudah terpakai tapi belum terealisasi fisik projeknya.
RP : Baik bapak. Akan saya instruksikan kepada semua sekolah untuk kerja bakti di gedung perkantoran yang baru diresmikan itu. Nanti biar mereka bawa bunga dan tanaman. Akan saya bilangi bahwa ini termasuk mendidik kegotong royongan, menumbuhkan sifat peduli dan jangan kuatir, mudah memberi konten edukasi. Nah itu, bisa dianggarkan lewat Dinas Pertamanan, Dinas Pengurus Pendidikan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, dan dinas yang terkait dan masuk akal.
Seluruh yang hadir terpana dengan penjelasan yang begitu luar biasa dari Ratu Pendidikan. Tak ada sepatah kata untuk menanggapi. Hanya acungan jempol dari seluruh hadirin di rumah dinas. Malam makin larut. Pertemuan ditutup dengan instruksi segera dilaksanakan.Â
(Rizky Yudhistira S.)
(diangkat dari media suara pendidikan Edisi 62 Rubrik Fraksi Balkon)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H