Mohon tunggu...
NurkholisBinMuawanah
NurkholisBinMuawanah Mohon Tunggu... Guru - Guru

menulis adalah olahraga saya dan telah menjadi nafas saya. Akun saya yang dulu dengan nama Nurkholis Ghufron belum bisa saya kuasai kembali..bukan putus asa sih..ya udahlah sambil menunggu bisa menguasai kembali saya menggunakan akun baru ini semoga memberikan manfaat dan keberkahan untuk hidup saya dan keluarga saya.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Sahur di Ujung Toa

4 April 2023   10:59 Diperbarui: 4 April 2023   11:03 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tradisi menarik terkait dengan sahur di Indonesia khususnya di wilayah jawa timuran yaitu takmir takmir masjid yang menyuarakan pemberitahuan lewat toa toa bahwa waktu sahur tersisa sekian menit. Biasanya berbunyi seperti ini:

Assalamualikum Bapak Bapak Ibuk Ibuk...

sak meniko jam 3.00 imsak jam 4.10 menit . Wekdal imsak kurang 1.10 menit monggo enggal enggal sahur 

sahurrrrrrrrr.......sahurrrrrrrrrrrr....sahurrrrrrrrrr......

meskipun kelihatan sederhana namun kegiatan ini cukup membantu kaum muslimin dan muslimat yang akan menjalankan ibadah puasa terutama bagi pekerja keras di mana meskipun sahur itu sunnah akan sangat membantu menjalankan puasa dengan segala aktifitas yang berat di siang hari, ini poin yang pertama. Poin kedua adalah dan ini yang saya rasakan, jika di suatu daerah tidak ada suara suara pemberitahuan sahur semacam ini akan terasa hambar suasana bulan Ramadhan. Agak terasa ada yang kurang. Sepi seakan bukan di daerah Muslim. Meskipun ada ekses gaduh namun tetap mengalahkan kesyahduan dan perbedaan dengan bulan yang lain yang dapat dirasakan bagi kaum Muslimin dan Muslimat.

Kebiasaan ini lebih banyak dilakukan oleh masjid masjid yang notabene milik kaum Nahdhiyyin yang memang ormas sangat melestarikan tradisi tradisi yang berkembang di masyarakat yang sejalan dengan syariat Islam. Sebagaimana yang dikatkan oleh Dai Sejuta Ummat : KH. Zaenuddin MZ, ini adalah budaya, sebagaimana Bedug. Boleh saja tidak memakai bedug dengan berteriak memanggil masyarakat namun untuk menghemat tenaga sekaligus menghasilkan efektifitas maka Bedug bisa dipakai dan bedug bukan pengganti azan. Kalau budaya dihapus total maka yang terjadi kita ini kering dan miskin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun