Mohon tunggu...
Siladhamo Mulyono
Siladhamo Mulyono Mohon Tunggu... -

Kita tidak dapat menggenggam masa lalu, atapun memastikan yang akan datang. Jadi..hiduplah pada hari ini, saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Niatkan Saja!

21 Februari 2014   00:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:37 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_323948" align="aligncenter" width="664" caption="Dengan ramah para relawan melayani para pasien yang memeriksakan kesehatan mereka."][/caption]

Untuk menciptakan kedamaian di bumi, batin manusia haruslah selaras. Jika batin manusia tidak selaras, maka bumi akan sulit menjadi tenteram dan damai. Kita telah melihat bahwa semua relawan Tzu Chi bersungguh hati dalam menjalankan Empat Misi Tzu Chi (Amal, Kesehatan, Pendidikan, Budaya Kemanusiaan). Mereka tidak hanya melakukan kewajiban dalam pekerjaan mereka saja, tetapi juga berusaha menyebarkan kekuatan cinta kasih ke seluruh dunia dan berusaha agar misi kesehatan Tzu Chi dapat mengakar kuat dan dalam. Dengan kekuatan cinta kasih, mereka melindungi kehidupan, melindungi kesehatan, dan melindungi cinta kasih. Mereka berusaha agar kekuatan cinta kasih tumbuh menjadi lebih kokoh agar semua orang dapat terinspirasi untuk bersumbangsih tanpa pamri. Demikian dikatakan oleh pendiri yayasan Buddha Tzu Chi dalam suatu ceramahnya.

Dunia akan terasa lebih indah apabila setiap hati manusia memiliki cinta kasih yang tanpa batas, tanpa memdekakan kedudukan, dan status .

Hari itu saya harus bangun jam 4 pagi karena jarak lokasi kegiatan dikarawang lumayan jauh. Sekitar pukul 4.30 bersama rekan saya naik ojek dulu menuju kantor untuk mengambil mobil. Agar teman saya tidak ngantuk mengendarai saya ajak ngobrol saja, sesekali saya tepuk pundaknya agar tetap waspada di jalanan saat mengemudi. 120 km tertera dispedometer. Sekitar jam 8 bersama 10 rombonan bus dan kendaraan pribadi yang berisi relawan, dokter, dan perawat tiba dilokasi.

Saya juga melihat keindahan dari sebuah cinta kasih. Minggu 16/2/14 Baksos kesehatan umum Tzu Chi dipusatkan di halaman sebuah Vihara Wihara Buddha Sasana (Shia Tjin Kong) Rengasdengklok, Karawang. Dua titik yang lain di Sekretariat Pondok Pesantren Nurul Huda, Desa Telukbangau, Batujaya, dan disebuah rumah milik seorang Haji Namin di Desa Segaran, Batujaya, Karawang yang rumahnya bersedia dijadikan tempat pelaksanaan karena memiliki halaman yang luas. Baksos ini diadakan karena daerah ini terkena banjir beberapa hari yang lalu. Penyakit yang diderita juga kebanyakan masalah kulit, gatal-gatal, dan demam.

Suatu ironi adalah terkadang terlihat beberapa yang datang biasanya bapak-bapak memeriksa kesehatan sambil merokok. Berjalan sambil terbatuk-batuk tetapi rokok ditangan tidak juga dibuang. Ketika ditanya knapa masih merokok juga, kebanyakan merekamenjawab sulit untuk melepaskan dari kebiasaan buruk tersebut. Ketika menghadapi hal ini, relawan harus memberi pengertian agar mereka tidak tersinggung kalau tidak boleh merokok di area kegiatan.

Relawan Tzu Chi datang dari Jakarta dan juga dari daerah Karawang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Meski bertempat di sebuah halaman vihara, namun minat warga untuk datang berobat tidaklah berkurang. Disana juga terlihat relawan muslim mengenakan jilbab banyak ikut membantu. Suatu pemandangan yang harmonis. Antar relawan saling menyemangati, bersama sama belajar dan melatih diri. Mencurahkan perhatian kepada masyarakat, rendah hati, penuh hormat dan bekerja sama dengan harmonis. Dokter, juga relawan bagian pendaftaran, relawan pengukur tensi darah, relawan bagian apoteker, relawan penyerahan obat, relawan dapur, dan juga relawan yang bertugas “hanya” mengucapkan Gan En (terimakasih) semuanya bekerja dengan sungguh-sungguh.

Kepada setiap penerima bantuan relawan selalu mengucapkan Gan En (terimakasih)

Janganlah kita menyepelekan relawan yang “hanya” bertugas mengucapkan terima kasih itu. Makna dibalik itu salah satunya adalah kita harus bersyukur karena kita telah diberikan kesempatan untuk berbuat baik, belajar rendah hati dan hormat kepada orang lain. Kita juga belajar melihat ke diri kita, beruntungnya kita memiliki kehidupan yang lebih baik dari mereka. Dan yang terpenting dalam hal ini adalah saat memberikan bantuan, relawan Tzu Chi memberi pengarahan dengan lembut untuk menjaga harga diri para penerima bantuan.

[caption id="attachment_323945" align="aligncenter" width="637" caption="Warga yang tingga disekitar tempat pelaksanaan baksos dengan sabar menunggu giliran untuk diperiksa. Senyum mereka seolah menjadi obat yang lain menghibur bersama warga yang lain."][/caption] Intinya, kebaikan tidaklah sulit untuk dilakukan. Asalkan kita memiliki niat, maka tidak ada hal yang tidak dapat dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun