Berawal dari pertemuan pada ramadhan lalu..., Kara dan teman kerja di kantornya yang lama mengadakan buka puasa bareng plus reunian di kawasan Sarinah. Awalnya semua berjalan seperti biasa... Kara dan sahabatnya Via datang lebih awal, karena mereka didapuk sebagai panitia... Ya.. Seperti biasa, setiap kumpul bareng, Kara dan Vialah yg selalu diandalkan untuk mengumpulkan teman-temannya yang tersebar di kawasan Jakarta, sampai Kudus.
Perkenalan mereka berawal saat mereka bekerja di sebuah kantor media di Jakarta Barat. Geng mereka beranggotakan sekitar 20 orang dari berbagai divisi... Dari divisi news hingga IT. Seperti pertemanan pada umumnya... Beberapa dari mereka dekat satu sama lainnya, bahkan sampai ada yang pacaran, seperti Indah dan Rama... Walaupun hubungan mereka tidak langgeng, namun mereka masih bisa bersahabat. Tidak jarang dari mereka naksir satu sama lainnya, seperti Via yang naksir berat sama Roni, si Playboy cap jempol itu. Tidak sedikit cowok-cowok di geng mereka yang terpesona dengan kecantikan Ratih. Mereka bahkan bersaing ketat untuk mendapatkan Ratih, walaupun akhirnya usaha mereka sia-sia, karena Ratih memilih pangerannya dari luar geng. Sementara Kara, dia hanya menjadi penonton, yang menikmati ulang para sahabatnya itu. Sama seperti Ratih, Kara juga memilih menyukai Dimas, pangeran di luar geng.
Tidak terbayang di benak Kara, jika harus naksir cowok-cowok dalam geng, karena dia tahu betul tabiat cowok-cowok itu. Mereka sebenarnya tidak jahat, hanya sedikit nakal. Di antara cowok-cowok dalam geng, Kara cukup dekat dengan Gilang. Gilang adalah satu-satunya cowok yang tahu perasaannya pada Dimas. Satu-satunya cowok tempat dia mencurahkan keluh kesah tentang Dimas. Entah kenapa Kara merasa begitu nyaman saat ngobrol dengan Gilang. Pada dasarnya Kara adalah orang yang cenderung tertutup, apalagi mengenai perasaan pribadinya pada Dimas. Tapi entah kenapa, saat bersama Gilang, semua keluh kesah begitu mudah terucap. Hingga suatu saat Dimas resign dari perusahaan itu, seperti petir di siang bolong... Kara sepertinya belum siap berpisah dengan Dimas... Jangankan berpisah, tidak melihat Dimas satu hari saja bisa membuat Kara uring-uringan... Dan Gilanglah yang kemudian menghiburnya...
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, satu per satu dari kamipun resign dari perusahaan itu. Tidak terkecuali Kara dan Gilang. Keputusan Kara untuk resign, tidak hanya karena status outsourchingnya, tapi juga karena Kara tidak bisa berada di tempat yang selalu mengingatkannya akan Dimas. Sementara Gilang memutuskan resign karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik...
Seiring kesibukan mereka di tempat baru, pertemuan dengan anggota geng pun terbatas... Hanya sesekali jika ada event yang spesial. Begitu juga dengan Kara dan Gilang... Hanya sesekali mereka ngobrol lewat bbm. Hingga saat itu tiba... Di sebuah restoran cepat saji... Kara, Via dan anggota geng yang lain sudah berkumpul... Bahkan ada yg membawa serta istri dan anaknya..., tiba-tiba Kara melihat sosok yang selama ini menghiburnya disaat ia patah hati... Entah kenapa saat itu, jantung Kara berdebar begitu kencangnya kala mata Kara dan Gilang bertatapan..., dan seprti biasa... Gilang langsung duduk di sebelah Kara. Entah kenapa kala melihat Gilang, Kara merasa ada yang berbeda pada diri sahabatnya itu...
Gilang terlihat lebih dewasa dan menarik. Heem.. Dalam benak Kara berkata, "kenapa dia bisa semenarik ini?" Dia juga sudah Shalat, kegiatan yang jarang Ia lakukan. Di benak Kara bertanya-tanya, siapa orang yang bisa mengubah Gilang seperti ini. Setahu Kara, Gilang paling tidak suka diingatkan untuk shalat. Menurutnya Shalatnya itu urusan dia dengan Tuhan. Orang ini pasti spesial.
Usai acara makan-makan, seperti kebiasaan yang dulu-dulu, kami tidak langsung pulang, melainkan mampir ke sebuah kedai kopi di kawasan Sabang. Dan seperti biasa, untuk menuju kedai kopi, Kara menumpang motor Gilang. Tapi ada yang tidak biasa... Tiba-tiba, Gilang meminta Kara untuk berpegangan di pinggangnya... Namun Kara menolaknya, Ia beranggapan... Tidak terlalu penting untuk berpegangan, toh, jarak antara tempat makan ke kedai kopi cukup dekat. Sesampainya di kedai kopi kami berbincang-bincang mengenai pekerjaan kami masing-masing.
Setelah itu sekitar pukul 21.00 kami memutuskan pulang... Karena rumah Kara dan Gilang tidak satu arah, Kara memutuskan pulang dengan bus transjakarta, semetara Gilang pulang bersama Via. Kara dan Gilang pun berpamitan seperti biasa..., dalam hati kecil Kara, rasanya ia belum puas ngobrol dengan Gilang...
Sejak pertemuan itu, entah kenapa di benak Kara selalu memikirkan Gilang... Hari berganti hari... Tiba-tiba suatu pagi, HP Kara berbunyi, ternyata ada WA, setelah dibuka, betapa terkejutnya Kara saat melihat DP di WA tersebut, ternyata Gilang, dan yang membuat shock Kara adalah dalam foto itu, Gilang tidak sendirian, melainkan berdua dengan seorang wanita cantik berkerudung pink, dan mereka terlihat bahagia... Pemandangan itu sangat bertolak belakang dengan suasana hati Kara saat itu, hati Kara tiba-tiba sakiiit... Sepertinya Kara tidak rela sahabatnya ini bersama dengan wanita lain, Kara merasa wanita itu tidak berhak merebut sahabatnya, Kara pun merasa sedih sekaligus marah, Kara mengira Gilang menghubunginya hanya ingin memamerkan wanita itu padanya. Dan percakapan di WA antara Kara dan Gilang pun tidak berlangsung lama, Kara sudah badmood kala melihat foto mereka.
Walaupun Kara berusaha menyembunyikan rasa sakitnya, namun sepertinya terbaca oleh Gilang. Saat itu Kara menanyakan apa yg sedang Gilang lakukan saat itu, dan Gilang menjawab, bahwa ia sedang terbengong-bengong tidak ada yg dikerjakan, mendengar hal itu, entah kenapa Kara merasa marah sekali, sampai Kara menjawab dengan sinis "pantas, tumben biasanya ga' pernah WA" melihat jawaban Kara, Gilang yang memiliki sifat sensitif menjawab "ya sudahlah biasa aja". Kara pun memutuskan untuk tidak menjawab WA Gilang... Beberapa menit kemudian Gilang WA Kara, melihat layar HP yang tertulis nama Gilang, tanpa pikir panjang, Kara langsung mematikan HP dan mencabut batrainya tanpa membaca pesan dari Gilang, entah apa yg tertulis di pesan WA saat itu. Kara pun langsung memutuskan untuk menghindari Gilang. Sejak saat itu Gilang maupun Kara tidak saling berkomunikasi lagi... Entah sampai kapan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H