“Masa? Mulai kapan?”
“Ada deh…” tersenyum… “Kamu ga perlu jawab sekarang. Pasti kamu butuh waktu”
“Ya iya lah.. Aku ga abis pikir. Kok bisa ya..”
“Udah deh, aku nunggu jawaban dari kamu. Kalo kamu mau pulang sekarang silahkan. Sudah mulai sore. Mau bareng? Kan kita searah..”
“Ga ah, aku mau ke rumah temen dulu, ga langsung pulang”
“Oh, oke deh. Hati-hati dijalan ya”
“Oke.. Makasih ya”
Aku sengaja untuk tinggal sebentar di kelasnya dan membiarkan dia dan teman-temannya pergi duluan. Duduk di bangku yang bekas Bunga tadi. Diam sejenak. Tersenyum. Lega. Lalu nyalain sebatang rokok sisa istirahat ke-dua tadi. Sebatang puntung rokok emang sangat berguna saat ini.
Selesai hisapan terakhir aku berdiri dan bergegas pulang. Hikmat pasti sudah berkarat menunggu di Kantor Pos tempat biasa teman-teman nongkrong sepulang sekolah. Sepanjang jalan menyesali apa yang baru saja tadi aku katakan. Kenapa harus nembak? Kalopun memang aku akan menembak dia, kenapa harus tadi, bukan nanti saja? Sial.. Pasti dia ngira aku yang bukan-bukan. PASTI.
Sudahlah. Toh sudah terjadi. Apapun jawaban yang aku dapat nanti akan aku terima. Sekarang pulang dulu aja…
Bersambung..